Kisah Solehuddin Bersama Anak-anaknya Tinggal Nomaden: dari Emperen Toko hingga di Pos Kamling
Di dalam Poskamling tak ada kasur empuk, yang ada hanya tumpukan baju, makanan ringan maupun beras.
Editor: Erik S
Namun karena rumah itu sudah dibangun, akhirnya Solehuddin pindah ke Poskamling yang tidak dipakai tersebut.
“Dia izin pada pemilik tanah, ternyata diperbolehkan,” tutur dia. Setiap harinya, Solehuddin bekerja sebagai buruh kasar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dia mengatakan, kedua anak Solehuddin tidak sekolah karena keterbatasan biaya. Untuk itu, dia berharap kondisi keluarga tersebut mendapat perhatian dari pemerintah.
“Saya juga sebagai Taruna Siaga Bencana (Tagana) Dinsos memohon mungkin ada yang berdonasi untuk kelayakan tempat tinggal dan kehidupan mereka,” papar dia.
Dia juga berharap agar ada kepedulian dari pemerintah agar kedua anak tersebut bisa kembali sekolah. Sebab, masa depan mereka masih panjang.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Jember Widy Prasetyo menambahkan sudah meminta anggotanya untuk melakukan assessment.
Rencananya dia akan mengunjungi Solehuddin dan anak-anaknya.
“Teman-teman Dinsos sudah saya minta assessment,” tutur dia.
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Kisah Pilu Dua Bocah Ini, Tinggal di Poskamling, Hidup Nomaden, Terpaksa Berhenti Sekolah