Sepekan Sebelum Meninggal, Kafka Sempat Video Call Orang Tua Sampaikan Keinginannya untuk Pulang
Sebelum meninggal, Kafka video call dengan ayah, ibu, kakak dan adiknya. Dia mengatakan keinginannya untuk pulang ke rumah.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Muhammad Kafka Firmansyah menjadi salah satu korban meninggal saat susur Sungai Cileueur.
Kafka masuk daftar 11 siswa MTS Harapan Baru Pondok Pesantren Cijantung, Ciamis, Jawa Barat yang meninggal dunia tenggelam saat susur sungai pada Jumat (15/10/2021).
Jenazah Kafka telah dikebumikan di pemakaman keluarga di Cijapat, Cipayung, Kota Depok, setelah jasadnya tiba pada Sabtu (16/10/2021) dini hari WIB.
Abdullah Sajat sang ayah menceritakan komunikasi terakhir dengan putranya itu sepekan silam, saat dijumpai di rumah duka, Sukmajaya, Depok.
"Minggu lalu video call, dia minta pulang," ucap Abdullah, Minggu (17/10/2021).
Selain Abdullah, Kafka video call juga dengan anggota keluarga lainnya seperti ibu, kakak dan adiknya. Mendengar keinginan anaknya pulang ke rumah, Abdullah pun memberikan pengertian.
Perlahan, Abdullah memberitahukan Kafka baru bisa pulang saat libur semester pada bulan Desember nanti.
Ia pun berjanji akan langsung menjemput Kafka di MTs Harapan Baru, tempatnya menuntut ilmu sejak Juli 2021.
Agar anaknya tetap bertahan di sekolah, Abdullah sempat memberikan opsi lain.
"Kalau enggak nanti ayah jenguk saja ya minggu depan, Insya Allah kalau ada rezeki," terang Abdullah.
Selain Kafka, ada tiga anak perempuan di lingkungan Sukmajaya yang berangkat bersekolah di MTs Harapan Baru.
Baca juga: 11 Siswa MTs di Ciamis Meninggal Saat Kegiatan Susur Sungai, Begini Komentar Kementerian Agama
"Itu satu RW semua. Jadi yang meninggal ada dua anak saya dan perempuan satu (Siti Jahra Anjani) tapi dimakamkan di Tasik," jelas Abdullah.
Meninggalnya Kafka, Abdullah mengaku tahu dari grup wali santri dan bukan dari kabar pihak sekolah.
Abdullah pun tak tahu jika MTs Harapan Baru menggelar susur sungai untuk siwa kelas 7 dan 8.
"Enggak ada kabar, karena kita juga sudah percaya sama program di sana," ucap Abdullah.
"Apa yang dilaksanakan kita percaya dan yakin," ia menambahkan.
Hanya vaksinasi yang pihak sekolah kabarkan kepada orang tua, termasuk Abdullah. Saat itu pun ia mengizinkan Kafka mendapat vaksin Covid-19.
Abdullah kemudian mencari informai tersebut, ternyata benar ada siswa tenggelam dalam susur sungai di Ciamis.
"Benar ada kejadian MTs Harapan Baru Ponpes Cijantung melaksanakan pramuka dan terjadi seperti ini," ujarnya.
Pusaran Air
Leuwi Ili, lokasi 11 siswa MTS Harapan Baru ditemukan meninggal tenggelam, banyak didatangi warga untuk memancing terlebih saat ini yang airnya tenang.
"Biasanya banyak yang mancing sampai malam. Dibilang angker tidak begitu juga, buktinya banyak yang mancing di sini sampai malam," ujar Ismail (53).
Ia bersama 20 warga lainnya setempat ikut membantu tim SAR gabungan mencari 11 siswa MTS Harapan Baru yang tenggelam.
Ismail ikut menyelam dan mendapat dua korban di dasar Leuwi Ili yang tidak begitu jauh dari pemukiman warga tersebut.
Lantaran berada di belokan, meski permukaan air terlihat tenang, namun di ada pusaran air di kedalaman tiga meter Leuwi Ili.
Ada dugaan siswa MTs Harapan Baru ini melihat permukaan air tidak deras dan dangkal. Sehingga mereka melanjutkan susur sungai.
Satu hal yang tak mereka ketahui, di dasar Leuwi Ili terdapat hamparan batu. Menurut informasi, 11 korban meninggal ditemukan di sela-sela batu saat ditemukan penyelam.
"Dengan kondisi Leuwi Ili semacam tersebut memang cukup berbahaya untuk dilewati, apalagi bagi yang tidak bisa berenang," ucap Ismail.
"Bagi yang bisa berenang juga berbahaya, kalau berenangnya pakai sepatu dan bawa ransel. Leuwi ini cukup dalam," ia menambahkan.
Baru kali ini ada korban meninggal di Leuwi Ili saat airnya tenang, apalagi jumlahnya cukup banyak.
Evakuasi korban berlangsung dramatis dan berakhir sampai pukul 20.20 WIB. Korban terakhir yang ditemukan meninggal dunia atas nama Zahra.
Baca juga: Profil MTs Harapan Baru Ciamis yang 11 Siswanya Tenggelam saat Kegiatan Susur Sungai
Dari 11 korban yang ditemukan tewas terdiri dari 3 orang siswi dan 8 orang siswa.
Ada 2 orang berhasil diselamatkan warga, yakni Fabian Fasya Firmansyah (14) dan Yama Tama (24), guru pembimbing.
Kondisi mereka kritis dan dirawat di Ruang ICU RSUD Ciamis.
Ikan Besar
Warga bercerita kejadian tak biasa di Sungai Cileueur sebelum terjadinya peristiwa maut yang menelan nyawa 11 siswa MTs Harapan Baru Ciamis.
Kejadian itu dialami warga di Kampung Leuwi Ili, Desa Utama, Kecamatan Cijeunjing, Kabupaten Ciamis.
Dian (46), warga setempat menceritakan kejadian yang dirasa aneh tersebut. Dian bercerita, banyak warga yang memancing mendapat ikan dengan ukuran besar.
Ada warga yang mendapatkan ikan lele dengan bobot enam kilogram lebih. Padahal kejadian tersebut tidak pernah terjadi sebelumnya.
"Nah, sehari sebelum ada kejadian meninggal ini ada tanda aneh di sini. Semua pemancing yang biasa di sini dapat ikan banyak sekali dan besar-besar," ucap Dian.
Tak hanya lele 6 kilogram, ada juga yang mendapatkan nila dengan bobot mencapai 3 kilogram.
"Bahkan, ada yang mendapatkan ikan lele 6 kilogram dan ikan nila sampai 3 kilogram. Eh, besoknya kejadian seperti ini," sambung Dian.
Namun, warga tak tahu apakah kejadian tersebut hanya fenomena alam terkait arus sungai maupun hal lainnya.
Di sisi lain, Maman dan masyarakat setempat pun sempat melarang para siswa berkegiatan di pinggir sungai.
Namun, siswa dan guru tetap melakukan susur sungai.
Tak berselang lama, ada beberapa siswa yang tenggelam sampai harus dievakuasi tim SAR gabungan karena terbawa arus pusaran air di bawah muara tersebut.
"Habis Jumat saya langsung ke kolam ikan ke saung sini. Mereka sudah ada di seberang sungai sedang pada ngumpul. Tak lama kejadian langsung," kata Maman.
Kepolisian Resor Ciamis, Jawa Barat, menyelidiki dugaan tindak pidana dalam kasus tewasnya 11 siswa MTs Harapan Baru Ciamis yang terbawa arus Sungai Cileueur di Kecamatan Cijeungjing.
Baca juga: Tragedi Susur Sungai di Ciamis, DPR Soroti Faktor Keselamatan hingga Izin Orang Tua
Polisi mencari tahu, apakah ada kelalaian saat kegiatan Pramuka yang dilakukan dengan susur sungai.
"Entah itu awalnya kelalaian atau bagaimana, yang pasti kami akan profesional dalam melakukan pemeriksaan ini. Kami juga proporsional," kata Kepala Kepolisian Resor Ciamis AKBP Wahyu Broto Narsono.
Wahyu menuturkan, kepolisian sudah melakukan olah tempat kejadian perkara di lokasi kegiatan susur sungai yang dilakukan para siswa MTs Harapan Baru.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, kedalaman sungai saat siswa menyeberang hanya 70 sentimeter. Namun di titik lain, tempat ditemukannya siswa yang tewas, kedalamannya sekitar 2 meter.
Kepolisian, juga sudah memeriksa empat orang saksi yang berada di lokasi kejadian.
Sementara pemeriksaan terhadap pihak sekolah belum dilakukan, karena masih berduka.
"Kami melakukan pemeriksaan baru empat," kata Wahyu.
Wahyu mengatakan, hasil penyelidikan sementara, polisi tidak menemukan peralatan atau kelengkapan alat keselamatan untuk menyeberangi sungai, seperti tali dan pelampung.
Wahyu mengatakan, insiden itu seharusnya bisa dicegah apabila tindakan pencegahan seperti penyediaan alat keselamatan terpenuhi.
"Kami akan menelusuri kenapa hal ini bisa sampai terjadi, kenapa hal ini tidak bisa dicegah pada saat itu, di mana saat itu ada beberapa hal yang bisa dicegah," kata dia.
Wahyu mengatakan, saat menyeberangi sungai itu, para peserta susur sungai hanya bergandengan tangan. Sementara, kondisi batu di sungai tersebut sangat licin.
"Tidak ada yang mengharapkan ini terjadi, tidak siapa pun ingin ini terjadi. Entah itu awalnya kelalaian atau bagaimana," kata Wahyu.(Tribun Network/dwi/kps/wly)