Soal Aksi Siskaeee Pamer Alat Vital, Ahli Ungkap Lebih Tepat Disebut Pelaku Pornografi
Ahli psikologi forensik menilai aksi Siskaeee pamer alat vital lebih tepat disebut pelaku pornografi daripada pelaku eksibisionis.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Ahli Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel ikut menanggapi terkait aksi Siskaeee, pelaku yang memamerkan alat vitalnya di Bandara Yogyakarta International Airport (YIA).
Reza menuturkan, kasus Siskaeee tidak tepat disebut sebagai aksi eksibisionisme.
"Sepertinya sudah terjadi pengaburan atau bahkan penyimpangan makna eksibisionisme itu sebenarnya istilah spesifik untuk salah satu jenis gangguan."
"Bukan sebutan umum yang bisa dikenakan ke siapa pun yang memamerkan (mengeksibisi, exhibite) organ vital mereka," kata Reza dalam keterangan tertulis kepada Tribunnews.com, Rabu (8/12/2021).
Reza menjelaskan, eksibisionisme adalah gangguan yang bermakna pelakunya merasakan kenikmatan seksual dengan cara mempertontonkan alat vitalnya.
Kemudian, pelaku merasa nikmat lantaran orang di hadapannya terguncang, tidak menyangka, dan menolak dihadapkan pada situasi tersebut.
Menurut Reza, hal itu berbeda dengan pemeran film porno.
Sebab, keduanya sama-sama mempertontonkan alat kelamin, tetapi pelaku melakukannya bukan dalam rangka memperoleh kenikmatan seksual.
"Orang yang menyaksikannya justru bersenang-senang melihat area sensitif si pelaku. Nah, ini memang memamerkan, tapi tidak tepat disebut sebagai pengidap gangguan eksibisionisme atau pelaku eksibisionisme."
"Sebagai gantinya, ya sebut saja mereka sebagai pelaku pornografi," jelas Reza.
Reza pun menduga, aksi Siskaeee memamerkan alat vitalnya demi mempromosikan layanan seksual virtualnya.
Baca juga: 5.700 Konten Syur Siskaeee Jadi Barang Bukti, Video Dibuat hingga di Luar Negeri
Baca juga: Siskaeee Buat Video Syur untuk Dapat Kepuasan dan Uang, Polisi: Ada Trauma Masa Lalu
"Jadi, bisa saja dia telanjang sedemikian rupa bukan untuk mengalami kenikmatan seksual sebagaimana pengidap eksibisionisme, melainkan dilatari motif instrumental untuk tujuan komersial," tutur Reza.
Terakhir, Reza turut menanggapi soal klaim Siskaee melakukan hal tersebut karena trauma masa lalu.
Menurutnya, jika memang terbukti mempunyai trauma masa lalu, maka pelaku patut untuk diobati.