Beda Versi Warga dan Polisi terkait Kronologis Bentrok di Tamilouw Maluku yang Melukai Puluhan Orang
Bentrokan terjadi saat polisi hendak menahan belasan warga Desa Tamilouw yang terlibat perusakan tanaman warga Desa Sepa.
Editor: Dewi Agustina
"Yang berhadapan pertama para ibu-ibu, karena kondisi pagi para ibu ke pantai membuang sampah, lalu anak-anak berteriak karena ketakutan. Tiba-tiba diserobot seperti demikian, seperti mau menangkap PKI atau teroris, itu adalah psikolog kemanusiaan yang terjadi," kata Habiba Pellu.
Mantan Anggota DPRD Maluku itu menambahkan, kondisi insidentil yang terjadi ada adu mulut dan adu fisik, bahkan ada penghancuran mobil polisi.
Menurutnya, tindakan itu adalah reaksi warga terhadap personel kepolisian yang melakukan penembakan secara membabi buta terhadap masyarakat.
Baca juga: Propam Selidiki Dugaan Kesalahan Prosedur Oknum Brimob Tembak Peluru Karet ke Warga di Maluku Tengah
Selain itu, ia pun membantah pernyataan Kabid Humas Polda Maluku, Roem Ohoirat yang mengatakan bahwa aparat kepolisian menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.
Menurutnya, saat kejadian tidak ada penembakan gas air mata sama sekali.
Melainkan, pihak kepolisian langsung menembak masyarakat secara membabi buta.
"Kalau ikut aturan seharusnya pihak kepolisian menembakkan gas air mata dulu baru bisa menggunakan peluru, tapi ini tidak, mereka langsung tembak secara membabi buta," jelasnya.
Pistol yang dipakai pun merupakan pistol jenis kaliber 9 mili dengan peluru yang dipakai yakni peluru tajam.
"Bahkan pistol kaliber 9 mili itu mematikan," tandasnya.
Artikel ini telah tayang di TribunAmbon.com dengan judul Soal Polisi dan Warga Tamilouw Bentrok, Polda Maluku: Anggota Yang Salah Akan Ditindak