Kisah di Balik Muktamar Ke-34 NU di Lampung: Gus Yahya dan Thomas Naik Speedboat ke Merak (2_Habis)
Ada orang kaya dan terkenal di Lampung yang menjadi tim sukses Gus Yahya dalam Muktamar NU ke 34. Siapakah dia? Ini sosoknya.
Editor: cecep burdansyah
Malam itu, Gus Yahya menginap di kediaman Thomas Riska di Bukit Mas. Keesokan harinya, setelah bertemu sebentar dengan pengurus NU Lampung, Gus Yahya dan Thomas Riska berangkat ke Pulau Tegal Mas.
Gus Yahya tidak lama di pulau karena ada rapat di Jakarta pada siang harinya. Setelah melihat jam, waktunya sudah sangat mepet. Kalau naik mobil ke Jakarta perlu 5 jam. Kalau naik pesawat juga perlu waktu sekitar 5 jam.
Apa yang mereka lakukan kemudian? Ternyata mereka melakukan perjalanan “gila-gilaan” lewat laut. Thomas menggunakan speedboat Toms 01 untuk membawa Gus Yahya dan stafnya, Ghufron. Juga ikut rekan Thomas yakni Haji Zikri, Heri Ilhamsyah, dan Ardin. Di belakang ada satu speedboat yang lebih kecil untuk mengawal.
Perjalanan dari Tegal Mas, lewat laut menyusuri Teluk Lampung, dan kemudian menyeberang ke Merak berjarak sekitar 100 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Sedianya, di Merak sudah standby mobil yang akan langsung membawa mereka ke Jakarta.
Apakah perjalanan itu lancar? Ternyata tidak. Di tengah perjalanan, mesin Toms 1 tiba-tiba rusak. Mungkin karena kepanasan. Speedboat berukuran sedang itu tidak bisa melanjutkan perjalanan.
Mereka pun pindah ke speedboat yang lebih kecil yang tadinya hanya untuk mengawal, yang kapasitasnya cuma untuk 6 orang. Dasar nekat, mereka tetap melanjutkan perjalanan ke Merak.
Setengah perjalanan, Thomas yang mengemudikan speedboat. Setengah perjalanan lagi, Gus Yahya yang mengemudi.
“Ternyata beliau juga orang laut. Tak terlihat panik, malah beliau senyum-senyum saja mengemudikan speedboad di tengah laut,” ujar Thomas.
Setiba di Jakarta, Gus Yahya menyampaikan perjalanan itu ke adiknya, Gus Yaqut. “Dia itu ‘orang gila’,” katanya mencandai Thomas.
Akan halnya Gus Yaqut, saat berkunjung ke Lampung, ia menyempatkan diri bersama keluarga untuk menginap di Tegal Mas. Di situ dia menikmati snorkling, diving, hingga bermain Jetski.
“Ini luar biasa, saya tak menyangka di Lampung ada tempat seperti ini,” katanya.
Saat dijamu Thomas di Bukit Mas, tak hentinya ia menikmati durian Lampung. Dan, juga minum madu yang langsung diambil dari sarangnya. Bukit Mas memang bekerja sama dengan Madu Suhita untuk memelihara lebah madu di kawasan itu.
Terkait dengan madu ini, Gus Yaqut sembari melihat ke arah istrinya yang duduk di kejauhan, mengajarkan cara membedakan madu asli dan madu palsu.
“Kalau yang diambil langsung dari sarangnya seperti ini, namanya madu murni,” ujarnya. Kalau madu yang sudah dioplos, itu madu palsu.
“Tapi, ada satu jenis madu lain lagi, yaitu madu asli. Cara mengetahui madu asli gampang. Kalau madu dibawa pulang ke rumah lantas piring dan gelas pecah berjatuhan, itu madu asli,” katanya berseloroh.(andi asmadi/habis)
Baca juga: Kisah di Balik Muktamar Ke-34 NU di Lampung:Tarik Menarik Jadwal hingga Isu Politik Uang (1)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.