Terbongkarnya Joki Vaksin di Semarang dengan Bayaran Rp 500 Ribu, 3 Ibu Rumah Tangga Bersekongkol
Kasus joki vaksin Covid-19 di Kota Semarang, Jawa Tengah, berhasil dibongkar pihak kepolisian. Dari kasus ini, tiga ibu-ibu berhasil diamankan.
Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Inza Maliana
TRIBUNNEWS.COM - Kasus joki vaksin Covid-19 di Kota Semarang, Jawa Tengah, berhasil dibongkar pihak kepolisian.
Dari kasus ini, tiga orang ibu rumah tangga (IRT) berhasil diamankan.
Mereka masing-masing berinisial CL (37) sebagai penyewa joki, DS (41) sebagai joki, dan IO (47) sebagai perantara.
Ketiganya bersengkongkol hingga terlibat joki vaksin berawal dari curhatan CL kepada IO.
Baca juga: Vaksinasi Booster Dimulai 12 Januari 2022, Lansia dan Peserta PBI BPJS Kesehatan Dapat Vaksin Gratis
Awal mula terbongkar
Dihimpun dari TribunJateng.com, kasus ini bermula saat DS mendatangi Puskesmas Manyaran, Kembangarum, Semarang Barat, Senin (3/1/2022) sekira pukul 10.30 WIB.
Kehadiran DS untuk melakukan vaksinasi Covid-19.
Suasana berjalan normal hingga akhirnya petugas mendapatkan kejanggalan saat proses screening.
Petugas mendapati KTP yang dibawa tidak sesuai dengan kondisi fisik dari DS.
Petugas yang curiga dengan hal itu, lantas melaporkan kejadian itu ke Polsek Semarang Barat.
3 pelaku diamankan
Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar mengatakan, pihaknya berhasil mengamankan 3 pelaku usai melakukan pendalaman.
Perempuan berinisial DS (41) warga Kuningan, Semarang Utara, mengakui memang menjadi joki.
Ia disewa oleh seorang perempuan berinisial CL (37) warga Griya Beringin Asri, Wonosari, Ngaliyan.
"Petugas lalu mengamankan CL dan DS. Perkembangan selanjutnya, kami juga ikut mengamankan IO (47) sebagai perantara," kata Irwan, dikutip dari TribunJateng.com.
Irwan menambahkan, kasus itu diselesaikan secara kekeluargaan antara ketiga pelaku dan puskesmas.
CL akhirnya juga sudah mau divaksin.
Baca juga: Jadi Joki Vaksin, Abdul Rahim Resmi Ditetapkan Sebagai Tersangka, Terancam 1 Tahun Penjara
Pengakuan CL
CL di hadapan polisi dan awak media mengakui perbuatannnya.
Ia nekat mencari joki vaksin untuk memperloleh sertifikatnya.
Ini ia lakukan karena hendak keluar kota.
Selain itu, CL sudah merasa kebal dengan Covid-19 karena sejumlah alasan.
"Selain sudah kena Covid-19, saya juga memiliki riwayat penyakit mitral vale prolaps dan colitis sehingga saya berasumsi tidak perlu divaksin," kata CL dikutip dari Kompas.com.
Berawal dari curhat
CL nekat menyewa joki juga bermula dari curhatan ke tetangganya perempuan berinisial IO sesama warga Griya Beringin Asri.
Ketika curhat itu, gayung bersambut, IO mengenalkan kepada CL ke DS.
CL mengaku, butuh vaksin untuk pergi keluar kota.
Ia lantas mengimingi-imingi DS dengan uang Rp 500 ribu dengan syarat mau menggantikannya divaksin.
"Saya sudah daftar di aplikasi Victori dapat jadwal di Puskesmas Manyaran lalu menyuruh DS berbekal KTP saya," katanya.
Ia mengatakan, tidak mengenal DS secara dekat hanya dikenalkan kepadanya oleh IO.
Baca juga: Soal Kasus Joki Vaksin di Pinrang, dr Tonang: Perlu Data Valid, karena Vaksinasi Ada Tahap Skrining
"Saya mengetahuinya hanya sebatas seorang ibu rumah tangga yang butuh uang sehingga dia mau," terangnya, dikutip dari TribunJateng.com.
Sementara itu, DS mengaku, memang butuh uang sehingga mau menjadi joki vaksin.
Ia sendiri sudah mendapatkan vaksin sebanyak dua dosis pada kurun Oktober sampai November.
"Ya butuh uang sehingga saya mau. Saat jadi Joki saya belum dibayar," paparnya.
Mereka bertiga, CL, DS dan IO akhirnya meminta maaf atas persengkokolan mereka yang tidak membantu Pemerintah dalam penanganan wabah Covid-19.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)(TribunJateng.com/Iwan Arifianto)(Kompas.com/Riska Farasonalia)