Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Guru di Lereng Gunung Semeru Terjang Material Vulkanik Demi Mengajar Murid yang Terisolir

Bencana tak menyururkan semangat guru dan murid di Lumajang untuk tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Kisah Guru di Lereng Gunung Semeru Terjang Material Vulkanik Demi Mengajar Murid yang Terisolir
SURYA/HAYU YUDHA PRABOWO
Lava pijar Gunung Semeru terlihat dari Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (11/12/2021) malam. Satu pekan pascaerupsi, lava pijar masih terlihat di puncak gunung tertinggi di Pulau Jawa itu. Kisah Guru di Lereng Gunung Semeru Terjang Material Vulkanik Demi Mengajar Murid yang TerisolirSURYA/HAYU YUDHA PRABOWO 

TRIBUNNEWS.COM, LUMAJANG - Bencana tak menyururkan semangat guru dan murid di Lumajang untuk tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Di tengah keterbatasan yang ada pasca erupsi Gunung Semeru, guru dan murid SDN Jugosari III di Kecamatan Candipuro, Lumajang, tetap semangat melangsungkan pembelajaran tatap muka.

Meski untuk bisa mengajar muridnya, para guru harus menerjang jutaan material erupsi Gunung Semeru.

Baca juga: Wakil Wali Kota Bogor Lepas Keberangkatan Tim Peduli Semeru

Baca juga: Viral Video Syuting Sinetron di Tengah Pengungsi Erupsi Semeru, Diprotes Warga Lumajang

Saat kabut di sekitaran SDN Jugosari III di Kecamatan Candipuro, Lumajang, belum sepenuhnya hilang, Eri Eliyawati dan dua rekan guru lainnya harus bersiap pergi ke Dusun Sumberlangsep.

Hal itu dilakukan karena ada puluhan murid yang terisolir dan tak bisa bersekolah, akibat dam di atas Sungai Regoyo terputus.

Sekitar pukul 07.30 WIB, tiga guru termasuk Eri bersiap menuju Dusun Sumberlangsep. Jaraknya memang hanya 3,5 kilometer. Namun, mereka harus melewati jalan makadam, serta jutaan kubik material vulkanik Gunung Semeru yang memadati Sungai Regoyo.

Berita Rekomendasi

Sepeda motor matic yang mereka tunggangi tak banyak membantu dalam perjalanan. Sering motor mereka hampir kehilangan keseimbangan karena rodanya selip. Sampai akhirnya, mereka memutuskan memakirkan kendaraan di bibir sungai.

Mereka kemudian melepas sepatu, dan menerabas sungai dengan bertelanjang kaki.

Setelah berhasil melewati sungai, mereka disambut para murid yang sudah menunggu.

Para guru langsung memeluk dan menanyakan satu per satu kabar muridnya, setelah beberapa hari lalu Sungai Regoyo diterjang banjir lahar.

Situasi permukiman warga setelah erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur.
Situasi permukiman warga setelah erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur. (Istimewa)

Banyak di antara mereka meneteskan air mata.

Setelah saling melepas rindu, para guru ini kemudian sedikit memberi materi pelajaran kepada para murid.

Mereka memang tidak bisa berlama-lama bertemu, karena biasanya melewati pukul 09.00 WIB, kawasan puncak Gunung Semeru mendung. Jika terjadi hujan, Sungai Regoyo terancam kembali diterjang banjir lahar.

Eri Eliyawati mengatakan, memang setelah dam di atas Sungai Regoyo terputus, banyak warga terisolir.

Dam tersebut merupakan akses jalan satu-satunya penghubung antardusun. Sedikitnya, kini sekitar 43 murid SD di Dusun Sumberlangsep tak bisa pergi ke sekolah.

Hal yang lebih memprihatinkan setelah dam putus diterjang banjir lahar, pihak sekolah tak bisa berbuat banyak. Sekolah daring mustahil dilakukan, karena di kawasan perbukitan sinyal internet sering tidak stabil.

Hal inilah yang membuat para guru akhirnya nekat mendatangi para murid di wilayah terisolir.

"Karena sudah mulai ditangani secara darurat, akhirnya kami nekat mendatangi para murid," katanya.

Untuk sementara waktu, pihak sekolah melarang para murid datang ke sekolah. Sebab selain arus sungai cukup deras, banjir lahar Gunung Semeru juga masih sering mengancam. Sangat berisiko pada keselamatan para murid jika tetap nekat ke sekolah.

Namun, untuk memastikan para murid mendapat ilmu pelajaran selama dam belum tertangani, pihak sekolah akan tetap mengadakan pembelajaran di pinggir sungai.

"Dua hari sekali ketemuan di bibir sungai. Kalau setiap hari terlalu berat, apalagi anak-anak kan masih banyak yang trauma. Jadi kemarin kebijakan kepala dibuat dua hari sekali," ujarnya.

Sementara itu, Adit (10) salah seorang murid, mengatakan selama beberapa hari terakhir tidak sekolah membuat dirinya ketinggalan materi pelajaran. Ia berharap secepatnya di dusunnya dibangun jalan alternatif pengganti dam yang putus. Supaya warga bisa kembali beraktivitas normal.

"Kemarin-kemarin gak bisa sekolah, baru sekarang ketemu guru, tapi pinginnya belajar di sekolah," pungkasnya.

Rela Terjebur Dalam Pasir
Terputusnya dam di Dusun Sumberlangsep, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, akibat erupsi Gunung Semeru, tampaknya memang harus segera ditangani.

Pasalnya, tumpukan material pasir yang terbawa banjir lahar beberapa waktu lalu, belum sepenuhnya kering. Siapa saja yang lewat terancam bisa jatuh dan terjebak pasir yang basah jika tak hati-hati memilih jalan.

Seperti yang dialami Isdaroki, guru SDN Jugosari III Lumajang.

Ketika itu, dia bermaksud mengantar paket bantuan dari donatur untuk diserahkan kepada muridnya yang terisolasi di Dusun Sumberlangsep.

Isdaroki, guru SDN Jugosari III, Candipuro, Lumajang, terjebak pasir saat mengantar bantuan ke pelajar yang terisolir di Dusun Sumberlangsep, Jumat (7/1/2022).
Isdaroki, guru SDN Jugosari III, Candipuro, Lumajang, terjebak pasir saat mengantar bantuan ke pelajar yang terisolir di Dusun Sumberlangsep, Jumat (7/1/2022). ( Tribun Jatim Network/Tony Hermawan)

Saat mendekati aliran Sungai Regoyo, kakinya tak sengaja menginjak tanah yang masih gembur. Akibatnya separuh badannya tercebur di dalam pasir.

Warga yang berada di sekitar lokasi langsung menolongnya.

Batang kayu ditata di dekatnya. Oleh warga, tangan dan kakinya ditarik perlahan-lahan, dengan berpijak di atas batang pohon.

"Saya pikir tadi tanahnya sudah kering, ternyata masih basah. Rasanya di kaki anget," kata dia.

Meski sempat mengalami nasib nahas, Isdaroki dan sejumlah rekan guru lain tetap melanjutkan perjalanan menemui para murid di seberang sungai.

Perjalanan dramatis guru ini terbayarkan oleh sejumlah siswa yang sudah menunggu dengan tersenyum.

"Namanya juga sudah amanah, ya harus diantar, meskipun medannya berat," ujar Isdaroki.

Diketahui, setelah dam atau jembatan limpas itu terputus, setidaknya ada sekitar 127 kepala keluarga terisolir. Sebab, keberadaan jembatan itu selama ini menjadi akses satu-satunya penghubung jalan dusun.

Warga berharap secepatnya di dusunnya dibangun jalan alternatif pengganti dam yang putus. Supaya warga bisa kembali beraktivitas normal.

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Perjuangan Guru Lereng Semeru Demi Mengajar 42 Murid Terisolir, Lewat Makadam dan Material Vulkanik, 

dan Jatuh Bangun Guru di Lereng Gunung Semeru Antarkan Bantuan ke Pelajar di Lumajang yang Terisolir, 

(TribunJatim.com/Tony Hermawan)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas