Merasa Terhina, Suku Dayak Lundayeh Sampai Lakukan Potong Babi di Tengah Kota Samarinda
Agar masalah ini tidak berlarut-larut, pihak masyarakat Dayak melalui LPADKT-KU meminta Kapolri untuk segera mengambil tindakan tegas
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Kaltim Muhammad Fachri Ramadhani
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Nama Edy Mulyadi semakin populer di telinga masyarakat Kalimantan usai dugaan penghinaan yang ia lakukan berhasil membuat geram amsyarakat Kalimantan, khususnya Kalimantan Timur.
Edy Mulyadi menyebut Kalimantan tempat jin buang anak beberapa waktu lalu dalam sebuah video yang viral di sosial media.
Kendati sudah menyampaikan permintaan maaf, namun kelompok masyarakat Kalimantan belum menerima.
Mereka ingin Edy Mulyadi diproses hukum atas ucapan yang membuat masyarakat Kalimantan gusar.
Kini Edy Mulyadi dalam masalah, tak hanya melapor ke polisi, masyarakat adat dayak Kalimantan sampai potong babi di tengah kota Samarinda, persisnya di simpang Lembuswana.
Organisasi masyarakat (ormas) Laskar Pemuda Adat Dayak Kalimantan Timur-Kalimantan Utara (LPADKT-KU), bereaksi keras terhadap ujaran yang dilontarkan Edy Mulyadi yang banyak tersebar di media sosial.
Baca juga: Profil Edy Mulyadi, Sosok yang Jadi Sorotan karena Ucapan soal Kalimantan, Pernah Dipanggil Polisi
Kemarahan dan tersinggungnya ormas yang mayoritas diisi masyarakat Adat Dayak ini dengan melakukan pemotongan hewan ayam dan babi.
Ketua LPADKT-KU Fendi Meru, mengatakan suku Dayak ini sangat sakral dan paling banyak.
Suku Dayak ada 288 etnis, dan sub-sukunya ada 400 tersebar di seluruh tanah Kalimantan.
Setiap suku Dayak atau etnis Dayak punya adat budaya yang berbeda-beda.
Ada pun simbol dari pemotongan ayam dan babi dalam aksi LPADKT-KU yang digelar di simpang Mall Lembuswana, Kota Samarinda, ialah adat suku Dayak Lundayeh.
"Sebab itu saya hanya bicara bagaimana suku Dayak lundayeh, bahwa apabila kita melakukan pemotongan babi atau ayam dan mengeluarkan darah, ini membuktikan masyarakat Dayak itu marah, tersinggung. Leluhur kita marah dan tersinggung atas tindakan orang-orang yang melecehkan suku itu sendiri," tegas Fendi Meru.
Poster-poster penolakan dan kecaman bertebaran saat aksi demo ini.