Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dosen di Langsa Aceh Temukan Bunker, Ada Botol Miras Diduga Milik Serdadu Belanda

Ketika pinggiran Sungai Tamiang direnovasi oleh excavatot/beko, nampak sejumlah bungker dan botol bekas peninggalan Belanda itu

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Dosen di Langsa Aceh Temukan Bunker, Ada Botol Miras Diduga Milik Serdadu Belanda
Foto Dokumen Dr. Usman Ibrahim
Dosen Pusat Kajian Sejarah Universitas Samudra (Unsam) Langsa, Dr Usman Ibrahim saat melihat Bungker Serdadu Belanda, di Desa Punti Lama, Kecamatan Seruway, Aceh Tamiang 

Laporan Wartawan Serambi Indonesia Zubir

TRIBUNNEWS.COM, ACEH - Sebuah tangsi militer peninggalan sejarah penjajahan zaman Belanda yang diperkirakan sudah berusia 137 tahun, di Dusun Punti, Desa Punti Lama, Kecamatan Seruway, Aceh Tamiang.

Bungker ini sebagai tempat perlindungan dan persembunyian bagi serdadu Belanda dulu, tatkala diserbu oleh pihak musuh dengan kedalamannya 2 meter dan panjang sekitar 2,5 meter serta lebar 1,20 meter. 

Diperkirakan ada puluhan bungker lainnya sebagai penangkis ketika diserang dari pihak lawan namun hanya 7 bungker yang pernah nampak di tangsi lama itu, tapi sekarang ini hanya satu saja yang masih utuh dan terlihat jelas. 

Juga di lokasi yang sama ditemukan satu botol miras bekas minuman serdadu.

Adalah Dosen Pusat Kajian Sejarah Unsam Langsa yang terdiri dari Dr. Usman Ibrahim, M.Pd., Dr. Bachtiar Akob, M.Pd., dan Dr. Rahmatsyah, M.Pd, menemukan sebuah Bungker terbuat dari beton di lokasi, Dusun Punti, Kecamatan Seruway.

Menurut Dr Usman Ibrahim, M.Pd, kepada Serambinews.com, Selasa (25/1/2021), menyehutkan, fungsi bungker ini pula dibangun berjajar dengan Sungai Tamiang dan berada dalam markas besar militer.

Berita Rekomendasi

Ketika pinggiran Sungai Tamiang direnovasi oleh excavatot/beko, nampak sejumlah bungker dan botol bekas peninggalan Belanda itu.

Baca juga: Gadis Berusia 16 Tahun asal Aceh Tenggara Jadi Korban Rudapaksa di Villa

Dosen Kajian Sejarah Dr. Usman Ibrahim yaang menemui warga setempat, yaitu Dusun Punti, meminta informasi dari M.Taleb yang sudah berusia 87 tahun, bahwa sewaktu Belanda mendarat ke Seuruway dibangunnya tangsi militer di Dusun Punti seluas 1.500.000 meter. 

Sekarang areal lokasi tangsi militer itu, sudah berulang kali digenang banjir besar tahun 1996, 2006 dan 2021 lalu. 

Bahkan sebelumnya sejak zaman Belanda, Jepang hingga awal Indonesia merdeka, juga lokasi tangsi lama Seruway itu pernah terjadi banjir bandang di wilayah Seruway.

Makanya sebagian besar aset-aset peninggalan zaman Belanda tidak nampak bekas tapak lantai, dinding beton dan sebagian bungker ikut tertimbun dengan lumpur akibat naik air Sungai Tamiang. 

M. Taleb juga menyebutkan bahwa tangsi milier peninggalan Belanda itu tidak hanya di lokasi Tangsi Lama tetapi ada di Peukan Seruway dekat Istana Raja. 

Sewaktu Tangsi Lama dan Peukan Seruway digempur oleh pasukan Aceh pimpinan Panglima Nyak Makam, Tuanku Ibrahim Bangta Muda dan Teuku Cut Latih, ada serdadu Belanda yang gugur.

Mayatnya dikuburkan di muka SDN 1 Sungai III Arong Gajah dekat Peukan Seruway.

Tetapi di lokasi kuburan itu sudah dibangun gedung baru SDN berlantai 2 dan kuburannya tidak nampak lagi.

Untuk mengenang sejarah tangsi militer di Dusun Punti dari peninggalan kolonial Belanda itu.

Tim Dosen Kajian Sejarah Universitas Samudra hanyalah mengulas sedikit penyerangan dari pasukan gerilyawan Aceh pimpinan Nyak Makam dan Tuanku Hasyim.

Tatkala mereka bertugas di Pantai Timur tempo dulu di bawah pimpinan Panglima Teuku Nyak Makam.

Pada 18 Desember 1885 dengan kekuatan 50 orang prajurit siap tempur merebut Tangsi Militer Belanda di Seuruway, setelah berhasil dipancing untuk keluar dari markasnya. 

Baca juga: Harta Kekayaan Laksdya TNI Agung Prasetiawan, Pangkoarmada yang Pernah Komandani 5 Kapal Perang

Pada tanggal 29 Desember 1885, waktu tengah malam pasukan Aceh yang dipimpin langsung oleh Teuku Nyak Makam sendiri menggempur Seuruway.

Tangsi ini dipertahankan 300 serdadu Belanda yang lengkap dengan kaveleri, arteleri termasuk pos-pasukan marinir.

Sembari itu, juga pasukan Aceh berhasil mengobrak-abrik rumah penjara/tahanan di Seuruway, selain kepala penjaranya sendiri dan beberapa orang serdadu Belanda gugur kala itu. .

Bulan Juni 1891, pasukan pejuang Nyak Makam yang diperkuat oleh Panglima Perang Umar dan Nyak Ulim dari Meureudu kembali menggempur tangsi militer Belanda di Tamiang.

Dengan kekuatan 125 orang Prajurit Sabilillah dilengkapi persenjataan modern, melakukan penyerangan-penyerangan terhadap patroli Belanda di sekitar Seruway (1891). 

Sejak tahun 1892 sampai 1895, sebagian besar wilayah Tamiang dan berhasil memblokade patroli serdadu Belanda oleh pasukan Teuku Nyak Makam sehingga banyak pasukan Kolonial Belanda di kala peperagan Aceh itu menderita kekalahan dan banyak pasukan Belanda yang mengalami korban jiwa. 

"Pejuang Aceh waktu itu juga mengobrak-abrik kampung warga Tionghoa dekat Tangsi Militer Belanda di Seuruway," tutupDr. Usman Ibrahim, M.Pd. (*)

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Dosen Unsam Langsa Temukan Tangsi Militer Belanda di Seruway Tamiang, Ulas Penyerangan Pasukan Aceh

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas