Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ban yang Pernah Melingkar di Leher Buaya Sejak 2016 Akan Dimuseumkan dan Julukan Baru untuk Tili

Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid berencana memuseumkan ban milik Tili yang berhasil dilepasnya dari leher buaya.

Editor: Wahyu Aji
zoom-in Ban yang Pernah Melingkar di Leher Buaya Sejak 2016 Akan Dimuseumkan dan Julukan Baru untuk Tili
TRIBUN PALU/Alan Sahril
Wali Kota Palu Hadianto Rasyid bersama Tili di ruang kerjanya Jl Balai Kota Palu, Kelurahan Tanamonindi, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Kamis (10/2/2022) siang.  

"Dari pemerintah tidak ada reward yang diberikan, hanya kita menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pak Tili, Alhamdulillah atas perhatian yang baik dan kemudian keberanian serta tekat yang bulat dalam upaya menyelamatkan Buaya Berkalung Ban yang di berada di Sungai Palu bisa bisa berjalan dengan baik," jelas Hadianto Rasyid, Kamis (10/1/2022) siang.

Tili mengucapkan terima kasih atas undangan dan perhatian Pemerintah Kota Palu.

"Terima kasih kepada Wali Kota Palu karena sudah mengundang saya makan siang. Dan apresiasi yang sudah diberikan kepada saya," ujar Tili.

Sebelumnya, Aksi penangkapan buaya berkalung ban tersebut menjadi tontonan warga sekitar hingga membuat macet jalanan.

Baca juga: Perjalanan Lepas Jeratan Buaya Berkalung Ban Sejak Tahun 2016 hingga Tili yang Kini Jadi Incaran

Motif penangkapan yang dilakukan oleh Tili ialah semata-mata karena ia merasa kasihan dengan buaya itu.

"Saya memang mau menangkapnya karena kasihan. Buaya itu terlilit ban selama bertahun-tahun," ucap Tili.

Ia memasang umpan dan menalikan umpan itu dengan sebuah tali yang ujungnya diikat pada batang kayu besar disekitar sungai.

Berita Rekomendasi

Hal itu dimaksudkan agar memudahkan dalam menarik buaya saat umpannya dimakan.

Usaha penangkapan buaya berkalung ban yang dilakukan oleh Tili ini telah berlangsung selama tiga pekan lamanya.

Tili (kanan) seorang penangkap buaya berkalung ban di Kota Palu, Sulteng, memelihara burung di rumahnya.
Tili (kanan) seorang penangkap buaya berkalung ban di Kota Palu, Sulteng, memelihara burung di rumahnya. (TRIBUNPALU.COM/SUTA)

Tepatnya sejak pertengahan Januari lalu, Tili setiap sore memasang umpan untuk menangkan sang buaya.

Umpan yang diberikan pun bermacam-macam, mulai dari merpati hingga ayam.

Tili mengaku, selama ini ia mengeluarkan uang dari kantong pribadinya hingga jutaan rupiah untuk membeli umpan.

Menurutnya, ia sudah menghabiskan umpan hingga 35 ekor ayam dan juga merpati dengan kisaran biaya Rp4 juta.

Baca juga: Perjuangan Tili Tangkap Buaya Berkalung Ban: Percobaan Selama 3 Pekan, Habis Rp 4 Juta untuk Umpan

"Habis uang sekitar Rp4 juta, kalau ayam sekitar 35 ekor sama merpati," ujarnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Palu
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas