Siswa MI di Lamongan Jatim Pindah Belajar di Musala Karena Gedung Sekolah Banjir
Banjir yang sudah berlangsung dua bulan setengah di 5 kecamatan itu tidak menyurutkan semangat belajar anak-anak
Editor: Erik S
Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Hanif Manshuri
TRIBUNNEWS.COM, LAMONGAN -Banjir di Lamongan hingga kini belum surut. Selain merendam 41 desa, sejumlah lembaga pendidikan juga dikepung banjir yang mengganggu aktifitas proses belajar mengajar.
Namun, banjir yang sudah berlangsung dua bulan setengah di 5 kecamatan itu tidak menyurutkan semangat belajar anak-anak di Lamongan.
Karena gedung sekolah mereka kebanjiran, terpaksa proses belajar para siswa di salah satu sekolah di Lamongan ini digelar di tempat ibadah, mushala dan masjid desa.
Salah satu sekolah yang menggelar proses belajar mengajar di musala dan masjid desa itu adalah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Roudhotul Ulum Desa Sumowinangun, Kecamatan Karangbinangun.
Baca juga: Banjir Surut, Begini Penampakan Lumpur di Pondok Gede Permai Bekasi
MI Roudlotul Ulum ini satu diantara puluhan sekolah yang terendam banjir luapan air sungai Bengawan Jero.
Agar proses belajar tetap bisa berjalan, terpaksa sekolah dialihkan ke mushala dan masjid desa.
"Karena gedung sekolah terendam banjir, proses belajar mengajar kita alihkan ke mushala dan masjid desa agar anak-anak tetap bisa belajar meski dalam suasana banjir," kata Kepsek MI Raudlatul Ulum, Muhammad Syamsul kepada wartawan, Kamis (17/2/2022).
Baca juga: Sungai Cileungsi Meluap, Perumahan Vila Nusa Indah 1 dan 2 Terendam Banjir
Syamsul menuturkan, MI Raudlatul Ulum mulai terendam banjir sejak 2 bulan lalu akibat tingginya curah hujan yang membuat Bengawan Jero pun meluap.
Selain gedung MI, jalan desa yang ada di Desa Sumowinangun juga terendam banjir dengan ketinggian air beragam antara 20 cm hingga 40 cm.
"Kalau gedung sekolah terendam banjir dengan ketinggian air banjir kurang lebih setinggi 30 cm,"katanya.
Melihat kondisi ini, pihak sekolah kemudian mengambil inisiatif dengan mengalihkan proses belajar mengajar di masjid dan mushalla karena dirasa lebih aman.
Meski tidak nyaman, ketinggian air banjir membuat mereka terpaksa mengalihkan tempat belajar agar anak-anak tetap bisa mendapatkan pelajaran.
"Semua ruang kelas yang ada di MI semuanya terendam air banjir, sehingga kami mengambil inisiatif mengalihkan ke masjid dan mushalla desa," jelasnya.