Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sebelum Surabaya dan Sekitarnya, Minggu Sore Hujan Es Landa Sekincau Lampung dan 2 Desa di Magetan

Fenomena hujan es di Surabaya pada Senin (21/2/2022) kemarin ternyata sehari sebelumnya terjadi di Lampung Barat dan Magetan, begini peristiwanya.

Penulis: Theresia Felisiani
zoom-in Sebelum Surabaya dan Sekitarnya, Minggu Sore Hujan Es Landa Sekincau Lampung dan 2 Desa di Magetan
instagram
Hujan es terjadi di Sekincau, Lampung Barat, Minggu (20/2/2022) sore 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebelum heboh hujan es pada Senin (21/2/2022) kemarin, fenomena hujan es ternyata terjadi sejak Minggu (20/2/2022).

Wilayah Sekincau Lampung Barat dilanda hujan es pada Minggu (20/2/2022) sore.

Hal yang sama, dua desa di Magetan juga dilanda hujan es.

Barulah pada Senin (21/2/2022) sejumlah kota di tanah air dilanda hujan es dan angin kencang.

Hujan Es Landa Sekincau Lampung Barat

Hujan es terjadi di Sekincau, Lampung Barat, Minggu 20 Februari 2022, sore.

Fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi itu diketahui dari unggahan akun Instagram @lampuung, Minggu.

Berita Rekomendasi

Dalam keterangannya, hujan es terjadi Sekincau, Lampung Barat, Minggu sore.

Postingan tersebut pun mendapatkan beragam komentar dari netizen.

hujan es lampung barat
Hujan es terjadi di Sekincau, Lampung Barat, Minggu (20/2/2022) sore

Dilansir dari laman resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), bmkg.go.id, hujan es merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi.

Hujan es disertai angin kencang berdurasi singkat lebih banyak terjadi pada masa transisi musim alias pancaroba.

"Indikasi terjadinya hujan es disertai angin kencang biasanya diawali satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah. Udara terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4.5°C) disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (> 60 %)," tulis laman tersebut.

Dua Desa di Magetan Dilanda Hujan Es, BPBD Sebut Tidak Ada Laporan Kerusakan

Dua desa di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, sempat diterpa hujan deras disertai butiran es pada Minggu (20/2/2022) sore.

Kasie Kedaruratan Dan logistik BPBD Magetan Eka Wahyudi mengatakan, hujan deras disertai butiran es terjadi di dua desa yang terletak di kecamatan berbeda.

“Ada dua desa yang dilaporkan turun hujan disertai es, di Kecamatan Barat sama di Karangrejo,” ujarnya melalui sambungan telepon, Senin (21/02/2022).

Baca juga: Fenomena Hujan Es Landa Jatim, Jateng dan Jabar, Ada Apa ?

Menurut Eka, butiran es yang turun saat hujan deras itu ada yang sebesar kelereng.

Meski begitu, tidak ada laporan dari warga terkait kerusakan akibat bencana tersebut.

“Belum ada laporan warga terkait kerusakan baik kaca atau atap rumah warga,” imbuhnya.

Eka menambahkan, hujan es itu tak berlangsung lama, sekitar tiga menit.

Meski tidak ada kerusakan yang dilaporkan, hujan deras yang disertai butiran es sempat menumbangkan empat pohon.

Dua di antaranya sempat menghalangi lalu lintas.

“Yang kita tangani yang menghalangi arus lalu lintas karena kemarin ada empat titik pohon tumbang,” kata Eka.

hujan es 2 desa magetan
Hujan deras disertai butiran es terjadi di Kabupaten Magetan Hari Minggu (20/2/2022) sore. Dari laporan BPBD Kabupaten Magetan tidak ada kerusakan yang diakibatkan turunnya butiran es sebesar kelereng selama 3 menit tersebut.

Mengapa Bisa Terjadi Hujan Es? Ini Penjelasannya

Fenomena hujan es terjadi di Surabaya, Jawa Timur pada Senin (21/2/2022) siang.

Hujan es ini mengguyur Surabaya sekitar pukul 14.50 WIB dengan partikel es yang cukup besar.

Selain di Surabaya, dilaporkan juga terjadi di wilayah Kota Madiun, Kediri, dan juga Nganjuk.

Satu sehari sebelumnya, hujan es juga dilaporkan terjadi di Magetan Jawa Timur, Minggu (20/2/2022).

Lantas bagaimana fenomena hujan es itu bisa terjadi?

Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda menerangkan, hujan es dalam ilmu meteorologi disebut juga dengan hail.

Fenomena hujan es tidak menggambarkan adanya fenomena yang spesifik, kecuali adanya fenomena pertumbuhan awan konvektif yang masif.

Penyebab utama fenomena hujan es ini lebih banyak disebabkan oleh kondisi alam, yaitu kelembaban tinggi, massa udara yang tidak stabil, serta suhu permukaan bumi yang mendukung.

Baca juga: Warga Ceritakan Fenomena Hujan Es, Ada yang Sebesar Jempol Tangan, Krikil dan Kelereng

Hujan es merupakan hasil dari pembentukan awan comulonimbus yang tumbuh vertikal melebihi titik beku air.

Terjadinya awan comulonimbus merupakan bagian dari siklus hidrologi.

Awan ini tumbuh di ketinggian sekitar 450 mdpl hingga bisa mencapai 10.000 mdpl pada saat masa udara dalam kondisi tidak stabil.

"Hujan es hanya terjadi dari awan jenis Comulonimbus dengan suhu puncak awan mencapai -80 derajat celcius," terang BMKG Juanda di unggahan akun Instagram @infobmkgjuanda.

"Terdapat updraught atau aliran udara naik dalam awan yang sangat kuat yang menyebabkan awan tumbuh menjulang tinggi hingga lebih dari 5 km dan membawa uap air dari dasar terbawa ke atas dan mencapai lapisan freezing level atau titik beku," ungkap BMKG Juanda.

"Akibatnya, terjadi pengembunan secara tiba-tiba membentuk bongkahan es yang besar dan tidak sempat mencair saat mencapai permukaan tanah karena rendahnya suhu udara lingkungan," lanjut BMKG.

Jika suhu di permukaan bumi cukup rendah, maka kristal es akan mencapai bumi dalam bentuk es atau hail.

Tetapi jika suhu di permukaan bumi cukup panas maka kristal es akan sampai di permukaan bumi sebagai hujan yg kita kenal.

Hujan es biasanya terjadi dalam waktu yang tidak lama, tergantung volume awan Cumulonimbus yang terbentuk

"Kejadian hujan es sangat singkat biasa terjadi 3-5 menit dan disertai angin kencang," katanya.

Baca juga: Haru dan Bahagia, Keluarga di Sragen Sambut Kepulangan Tili, Sang Penyelamat Buaya Berkalung Ban

Berlindung di bawah bangunan atau di dalam kendaraan atau payung bisa menjadi pilihan.

Namun yang perlu diketahui, partikel es yang turun dari langit tidak dianjurkan untuk dikonsumi.

Pasalnya, hal itu bisa saja membahayakan karena tidak diketahui polutan apa saja yang terlarut di dalamnya.

"Partikel es tidak boleh dijadikan minuman, karena kita tidak tau polutan apa yang ikut terlarut saat proses kondensasi," jelas BMKG Juanda.

Indikasi Terjadi Hujan Es/Lebat

Sementara itu, dilansir laman bmkg.go.id, berikut ini indikasi terjadinya hujan lebat/es disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat.

Satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah.

Udara terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4.5°C) disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (> 60%)

Mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih berlapis - lapis), diantara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu - abu menjulang tinggi seperti bunga kol.

Baca juga: BMKG: Indonesia Bakal Diguyur Hujan Es Hingga April 2022

Hujan es terjadi di Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun
Hujan es terjadi di Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun (Istimewa)

Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu - abu / hitam yang dikenal dengan awan Cb (Cumulonimbus).

Pepohonan disekitar tempat kita berdiri ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat.

Terasa ada sentuhan udara dingin disekitar tempat kita berdiri.

Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba - tiba, apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari tempat kita.

Jika 1 - 3 hari berturut - turut tidak ada hujan pada musim transisi/pancaroba/penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak. (tribun network/thf/Tribunnews.com/TribunLampung.com/Kompas.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas