Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Made Pasek, Perajin Anyaman Pandan di Karangasem Pertahankan Warisan Leluhur Abad 18

Kerajinan mengayam pandan di Desa Tumbu ada sekitar abad ke-18. Awalnya anyaman pandan digunakan kepentingan ritual.

Editor: cecep burdansyah
zoom-in Kisah Made Pasek, Perajin Anyaman Pandan di Karangasem Pertahankan Warisan Leluhur Abad 18
Tribun Bali/saiful rohim
Tribun Bali/saiful rohim ANYAMAN - I Made Pasek memperlihatkan hasil kerajinan anyaman pandan di Tumbu, Kecamatan Karangasem, Selasa (22/3). Hasil anyaman bervariasi, seperti tas, tikar, dan tempat tisu. 

TRIBUNNEWS.COM, KARANGASEM - Tanganya masih cekatan menganyam pandan. Tatapannya masih tajam. Dan tenaganya masih kuat menjahit ratusan pandan yang sudah dirangkai, serta mengangkat daun pandan dari kebun.

Namanya adalah I Made Pasek. Usianya 50 tahun lebih. Beliau adalah perajin anyaman pandan di Desa Tumbu, Kecamatan/Kabupaten Karangasem yang masih bertahan di era gempuran globalisasi.

Pria asli Desa Tumbu ini menggeluti kerajinan pandan sejak sekolah. Mulai seriusi kerajinan anyaman pandan saat remaja. Tujuannya awal untuk lestarikan warisan leluhur.

"Saya menggeluti kerajinan ini sejak kecil. Yang mengajarkan menganyam pandan yakni orangtua. Tujuan awal untuk melestarikan warisan leluhur. Pertama saya hanya membuat anyaman tikar. Tahun 1996 baru coba buat tas karena adanya permintaan," jelas Pasek, Selasa (22/2).

Setelah lama menggeluti kerajinan, Made Pasek memutuskan menjadi pengepul hasil kerajinan anyaman dari warga.

Mengingat banyak perajin kesulitan memasarkan hasil kerajinan mereka. Lalu mendirikan Kelompok Kerajinan Pandan Wangi, yang beranggotakan sekitar 70 orang/KK.

"Dari sinilah kerajinan ini kembali perkembang. Kerajinan anyaman pandan sangat berdampak ke perekonomian masyarakat di Tumbu. Melalui kerajinan ini, warga memiliki penghasilan sampingan. Bisa dipakai untuk biaya anak sekolah dan kebutuhan sehari-hari," kata I Made Pasek.

BERITA REKOMENDASI

Kerajinan mengayam pandan di Desa Tumbu ada sekitar abad ke-18. Awalnya anyaman pandan digunakan kepentingan ritual, seperti untuk sembahyang dan membungkus mayat.

Hingga sekarang kerajinan ini bisa menjadi icon di Tumbu. Hampir 50 persen masyarakat sebagai perajin pandan.

"Makanya setiap KK pasti warganya tanam pohon pandan minimal 10 pohon. Ada juga yang lebih. Biasanya digunakan untuk sampingan oleh ibu rumah tangga. Astungkara, sampai ini kerajinan mengalami kemajuan," tambahnya.

Ada tiga Banjar di Tumbu yang menjadi sentral kerajinan pandan. Satu di antaranya Banjar Tumbu Kaler dengan jumlah KK sekitar 376, Tumbu Kelod sekitar 314 KK, dan Banjar Kebon Tumbu sekitar 68 KK.

"Perajinnya rata-rata sudah berusia dan berumah tangga," imbuh Pasek.


Pria berbadan tinggi ini mengatakan, kelompok pandan wangi mampu memproduksi sekitar 300 unit per bulan. Jenis anyaman bervariasi, seperti anyaman tikar, tas, serta tempat tisu.

Ukurannya bermacam-macam, tergantung permintaan konsumen. Berarti kelompok mampu memproduksi 10 unit per hari.

"Kalau buat anyaman pandan yang paling bagus saat musim panas. Pengeringan daun pandan lebih cepat, sehingga kualitas yang dihasilkan menjadi bagus dan kuat. Setelah kering, baru dilemaskan," kata Made Pasek.

Untuk pemasaran, tak ada masalah. Hasil kerajinan dikirim ke pengepul sekitar Sukawati, Denpasar, Badung, dan Gianyar.

Sedangkan pengepul dari luar Kabupaten Karangasem biasanya mengekspor ke luar negeri, seperti ke China, Amerika, Australia, Belanda, Perancis, hingga ke Inggris. (saiful rohim)

Baca juga: Sandiaga Permudah Masuk Bali, Hapus Karantina, E-Visa Jadi Visa on Arrival, dan Hajar Mafia Visa

Sumber: Tribun Bali
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas