Minyak Goreng Langka, Mbah Tumi Produksi Minyak Kelapa Tradisional
Mbah Tumi (70) mengakali mengganti minyak goreng dengan minyak kelapa murni.
Editor: Erik S
TRIBUNNEWS.COM, GUNUNGKIDUL - Mbah Tumi (70) mengakali mengganti minyak goreng dengan minyak kelapa murni.
Mbah Tumi adalah warga dari Pedukuhan Gedangsari, Kalurahan Baleharjo, Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta.
Proses pembuatan masih dilakukan secara tradisional di dapur rumahnya.
Setidaknya sudah puluhan tahun ia menekuni profesi tersebut.
Baca juga: Kunjungi Lampung, Mendag Lutfi Janjikan Ketersediaan Minyak Goreng
Sejak sebelum menikah hingga suaminya tiada, sampai sekarang.
"Dulu ikut kakak saya, lalu saya teruskan sama suami," tutur Mbah Tumi ditemui pada Rabu (23/02/2022).
Nyaris tak ada yang berubah dari rutinitas beliau.
Tiap hari, mulai pukul 03.00 WIB dini hari, Tumi akan ke pasar untuk menjual Minyak Kelapa jadi.
Siangnya, setelah istirahat, kembali membuat Minyak Kelapa di rumah.
Bahan utama dari minyak ini adalah daging Kelapa yang diparut dengan mesin.
Baca juga: Pedagang Antre Minyak Goreng Murah di Tulungagung Sejak Subuh: Pembelian Dibatasi 2 Karton
Santannya kemudian diambil lalu dimasak dengan cara diaduk secara terus-menerus, hingga menjadi ampas yang disebut sebagai blondo.
Dari blondo inilah Minyak Kelapa didapat, dengan cara ditiriskan dengan saringan berbahan kain katun.
Minyak yang sudah ditiriskan kemudian dipindahkan ke botol-botol plastik dan siap dijual.
"Kadang-kadang masak santannya pakai air Kelapa , karena rasanya nanti bisa lebih gurih," ungkap ibu 3 anak ini.
Ia menjual Minyak Kelapa buatannya dalam dua bentuk kemasan.
Baca juga: Penyelenggara Vaksinasi di Salatiga Jateng Sediakan Doorprize Minyak Goreng
Botol ukuran 600 mililiter dijualnya seharga Rp 50 ribu, sedangkan untuk botol 1,5 liter dijual Rp 125 ribu.
Harga yang tinggi terbilang wajar lantaran Minyak Kelapa murni memang mahal.
Namun Tumi tetap mampu menjual minyak buatannya tersebut, bahkan bisa terjual habis.
"Biasanya banyak yang beli pas tanggal muda (awal bulan) atau dekat Lebaran," ujarnya.
Untuk bisa mendapatkan 3 liter minyak, Tumi membutuhkan sekitar 50 butir Kelapa.
Saat bersama suami, ia bisa mengolah hingga 1.000 butir, namun saat ini hanya mampu 100 butir.
Baca juga: Gelar Operasi Pasar, PTPN Group Siapkan 2 Ribu Liter Minyak Goreng
Mahalnya harga Minyak Kelapa sesuai dengan kualitas yang didapat.
Menurutnya, memasak dengan Minyak Kelapa akan menghasilkan citarasa makanan yang lebih gurih.
"Kadang saya pakai hanya buat goreng tahu-tempe bacem dan telur, kalau buat goreng kerupuk minyaknya ndak cukup," kata Tumi sambil tertawa.
Minyak Kelapa buatan Tumi kini dicari hingga dari Klaten.
blondo alias ampasnya pun juga dicari karena rasanya yang gurih, biasanya dijadikan sebagai bahan pembuatan gudeg.
Hingga usianya yang senja, ia tetap bertahan membuat Minyak Kelapa sendirian.
Sebab dua anaknya sudah menetap di daerah lain, sedangkan satu lagi yang masih bersamanya sembari membantunya.
"Saya jujur tidak tahu siapa nanti yang akan melanjutkan usaha ini," kata Tumi. (alx)
Berita ini telah tayang di Tribun Jogja berjudul:
Mbah Tumi, Pembuat Minyak Kelapa Tradisional Gunungkidul di Tengah Langkanya Minyak Sawit