Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Makam di Kabupaten Pesisir Barat Ini Disebut-sebut Peristirahatan Terakhir Gajah Mada, Benarkan?

Untuk membuktikan benar atau tidaknya objek makam tersebut adalah makam Gajah Mada, harus dilakukan penelitian secara mendalam dan empiris

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Makam di Kabupaten Pesisir Barat Ini Disebut-sebut Peristirahatan Terakhir Gajah Mada, Benarkan?
Tribunlampung.co.id / Nanda Yustizar Ramdani
Objek makam yang dinyana sebagai Makam Mahapatih Gajah Mada di Pekon Kerbang Dalam, Pesisir Utara, Pesisir Barat. 

"Dan berhasil mengembalikan tahta sang Raja," sambungnya.

Pemilik kanal YouTube Jelajah Kroe Official itu menjelaskan, karir Gajah Mada dalam konstelasi politik Majapahit melejit di masa kepemimpinan Ratu Tribuana Tunggadewi.

"Ia diangkat menjadi pejabat senior," terang Elly.

Era keemasan Gajah Mada dimulai kala Hayam Wuruk menjabat sebagai Raja Majapahit.

Ketika itu, Mahapatih Gajah Mada menjadi orang nomor dua di Kerajaan Majapahit setelah Raja Hayam Wuruk.

Inilah periode di mana Gajah Mada mengumandangkan sumpahnya yang begitu masyhur yang dikenal dengan istilah Sumpah Palapa.

Sumpah Palapa ini ditemukan pada teks Jawa Pertengahan Pararaton, yang berbunyi 'Sira Gajah Mada Patih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada, lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa'.

Berita Rekomendasi

Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, berbunyi 'Kamu Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Kamu Gajah Mada, jika telah menundukkan seluruh Nusantara dibawah kekuasaan Majapahit, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa'.

Baca juga: Kepala Arca Ditemukan di Situs Sirgading Malang, Diduga Terkait Masa Sebelum Kerajaan Majapahit

Elly menerangkan, sebenarnya sumpah tersebut merupakan hal yang lumrah dilakukan oleh pejabat kerajaan waktu itu dan sangat normatif.

"Oleh Moh Yamin dijadikan fenomenal oleh apa yang namanya 'Sumpah Palapa'," ungkap dia.

"Karena pada saat itu, Yamin mencoba membangkitkan nasionalisme negeri yang kala itu masih bernama Hindia-Belanda," tambahnya.

Saat krisis politik tejadi di Majapahit, entah karena perang Bubat atau berbagai persoalan internal politik Hayam Wuruk, Gajah Mada seolah harus bertanggung jawab terhadap krisis politik tersebut.

"Tiba-tiba karir Gajah Mada meredup seperti hilang entah ke mana," ujar Elly.

"Gajah Mada pun pergi untuk menenangkan diri," imbuh dia.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Lampung
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas