Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Pasutri Punya 16 Anak Kandung, Lahir dalam Periode 19 Tahun, 6 di Antaranya Jadi Hafiz Alquran

Kini di usia perkawinan ke-26 tahun, Februari 2022, pasangan guru PNS dan ibu rumah tangga ini telah dikaruniai cucu pertama.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Kisah Pasutri Punya 16 Anak Kandung, Lahir dalam Periode 19 Tahun, 6 di Antaranya Jadi Hafiz Alquran
couretsy_tribun gorontalo/dok keluarga
Pasangan suami istri Kamaruddin Djiwa Daeng Tombong (56) dan Najrah (48) bersama 15 anak kandung di tahun 2016 lalu. Mereka tinggal di Desa Katoi, kecamatan Katoi, Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. Pasangan asal Sulsel ini kini menetap sebagai guru SD di Kolaka Utara. 

TRIBUNNEWS.COM, GORONTALO - Pasangan suami istri Kamaruddin Djiwa (56) dan Najerah Kama (48) tak pernah menyangka mereka akan tercatat dalam buku rekor sebagai pasangan dengan anak terbanyak di Indonesia tahun 2022 ini.

Ya, pasangan suami istri asal Desa Katoi, Kabupaten Kolaka Utara, pelosok tenggara Sulawesi ini sejak tahun 2016 tercatat memiliki 16 anak kandung atau 8 pasang, terdiri dari 8 wanita dan 8 pria.

Kamaruddin mengatakan mereka hanya menjalani takdir Allah SWT.

Di usia 23 tahun, Najrah melahirkan anak pertamanya.

Lalu anak terakhir lahir tahun 2016, atau saat usianya 42 tahun.

Hingga Senin (7/3/2022), ke-16 anak dari pasangan itu sehat wal afiat.

Berikut kisah pasangan ini seperti dikutip Tribunnews dari Tribun Gorontalo:

Berita Rekomendasi

Kini di usia perkawinan ke-26 tahun, Februari 2022, pasangan guru PNS dan ibu rumah tangga ini telah dikaruniai cucu pertama.

Proses persalinan dan kelahiran ke-16 anaknya dianggapnya sebagai berkah dari Sang Pencipta.

"Alhamdulillah, hanya Faiqaah dan Dhiyaa yang lahir di rumah sakit Pangkep (Sulsel), 14 anak persalinannya di rumah panggung dibantu tetangga kami di Katoi," kata Kamaruddin Djiwa, kepada Tribun, Sabtu (5/3/2021) malam.

Alasan pasangan ini memilih tak melahirkan di fasilitas kesehatan, karena mereka tinggal di pelosok, jauh dari dokter dan bidan.

Kamaruddin diangkat jadi guru PNS di SDN 1 Katoi, Kecamatan Katoi, Kolaka Utara, sebelum orde Reformasi.

"Kami ini guru di pelosok Sulawesi," kata Daeng Tombong, sapaan sayang Najrah untuk suaminya, Kamaruddin.

Dia berkisah, kala itu, jarak kampung Katoi ke Kolaka, ibu kota kabupaten sebelum pemekaran, sekitar 87 km.

Sedangkan jarak Katoi ke Kendari, ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara, sekitar 390 km ke timur.

Awal Februari 2022, anggota keluarga 19 anggota ini bertambah.

Pasangan suami istri Kamaruddin Djiwa Daeng Tombong (56) dan Najrah (48) bersama 16 anak kandung, anak menatu dan cucu pada Levarab tahun 2021 lalu di rumah panggung mereka di Desa Katoi, kecamatan Katoi, Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. Pasangan asal Sulsel ini kini menetap sebagai guru SD di Kolaka Utara.
Pasangan suami istri Kamaruddin Djiwa Daeng Tombong (56) dan Najrah (48) bersama 16 anak kandung, anak menatu dan cucu pada Levarab tahun 2021 lalu di rumah panggung mereka di Desa Katoi, kecamatan Katoi, Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. Pasangan asal Sulsel ini kini menetap sebagai guru SD di Kolaka Utara. (couretsy_tribun gorontalo/dok keluarga)

Nurfaaiqah Kamaruddin (25), putri sulung pasangan asal Pangkajene-Camba Sulsel ini, melahirkan anak pertamanya.

"Semoga bisa ikuti jejak kami juga, bersyukur dan tetap ikhlas menjalani hidup di rantau," katanya.

Ke-16 putri-putra Kama dan Najerah lahir dalam periode 19 tahun.

Artinya rerata tiap 16 bulan, pasangan ini dikaruniai seorang anak.

Melalui aplikasi percakapan istant, WhatsApp, Jumat (4/3/2022) lalu, Kama mengirimkan daftar nama dan usia ke-16 anaknya.

Putri tertua bernama Nurfaaiqah (1997), dan anak kedua bernama Dhiyaa Fakhria (1998).

Kedua putri pertama ini lahir di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pangkep, Sulsel, tahun 1997 dan 1998.

Anak pertama mereka lahir bersamaan dengan puncak krisis moneter dan orde reformasi melanda negeri.

Bersamaan dengan itu, Kamaruddin diangkat jadi guru PNS di Lasusua, saat Kolaka Utara baru dimekarkan jadi daerah otonomi baru di Sulawesi Tenggara.

Akumulasi krisis moneter, minimnya fasilitas dan layanan medis di pedalaman Teluk Bone itu, mereka berempat ‘merantau' ke tenggara.

Baru empat bulan di Katoi, sekitar 20 km dari Lasusua, ibu kota baru Kolaka Utara, Najerah hamil dan melahirkan anak ketiganya.

Baca juga: Lakukan Kunker ke Gorontalo, Komisi IX DPR Tinjau RS Hasri Ainun Habibie

"Doa kami diterima, (Muhammad) Mufassir lahir tahun 1999, dan kini sudah 23 tahun dan akhir kuliah di Kendari," katanya.

Secara beruntut tiga putri dan satu putra lahir dalam periode 4 tahun; Rizky Amaliah (2000), Sitti Atiyya (2001) dan Ainul Mardhiyah (2002) dan Abdullah Azzam (2003).

Najerah “istirahat” dan tak melahirkan di tahun 2004.

Anak kedelapan, Abdurrahman An Nawawi (16), baru lahir tahun 2005.

Lalu berturut-turut lagi dalam 24 bulan (2006 dan 2007), lahir sepasang putra dan putri untuk anak ke-9 dan ke-10.

Anak ke-9, Abdurrahim As Sayuti tahun 2022 ini sudah duduk di bangku kelas 1 SMA Islam bersama Khalisatul Fikriah (14 tahun) yang kini duduk di bangku kelas III madrasah tsanawiyah.

Dalam tiga tahun, 2009 hingga 2011, pasangan ini kembali dianugerahi dua putra (Muhammad Ainur Rafiq (12 tahun) dan Fakhrul Islam, 11 tahun) serta seorang putri, Rifyatul Azizah (10 tahun).

Tiga anak terakhir mereka, juga lahir berturut-turut.

Nazirah Syauqiyatul Jannah (2013), Auliyaa Rahman (2014) dan Zayyan Aqif Rahmani (2015).

"Yang bontot kini sudah kelas 2 SD di Katoi. Sama kakaknya mereka adalah murid generasi pandemi corona."

Apakah pasangan Kamaruddn dan Ustadzah Najrah akan melahirkan anak lagi?

"Biarlah Allah SWT yang mengatur, kita hanya menjalani hidup ini. Toh ini adalah takdir kami, diamanahkan memelihara 16 anak, yang alhamdulillah sehat, patuh dan taat menjalankan ibadah," ujar pria yang di Katoi dan Pangkep, akrab disapa Tuan Guru Kama.

Sapaan ‘Tuan Guru’, bukanlah permintaannya.

Kue ulang tahun ke-25 perkawinan pasangan Kamaruddin Djiwa Daeng Tombong (56) dan Najrah (48) hadiah dari 16 anaknya, tahun 2021 lalu. Pasangan asal Sulsel ini kini menetap sebagai guru SD di Kolaka Utara.
Kue ulang tahun ke-25 perkawinan pasangan Kamaruddin Djiwa Daeng Tombong (56) dan Najrah (48) hadiah dari 16 anaknya, tahun 2021 lalu. Pasangan asal Sulsel ini kini menetap sebagai guru SD di Kolaka Utara. (couretsy_tribun gorontalo/dok keluarga)

Karena aktif juga berdakwah dan istrinya aktif membina majelis taklim ibu-ibu kampung, Kamaruddin akrab disapa Tuan Guru Kama'.

Apalagi dalam dua dekade terakhir, Kama ikut merintis pesantren dan sekolah Islam terpadu di ibukota provinsi.

"Sapaan Tuan Guru Kama itu melekat, karena selain dia guru, ustaz, Kama juga sering jadi tempat konsultasi spiritual dan kehidupan warga kampung," kata Abdul Gaffar Said (50), adik Kama di Tumampua, Pangkajene, Pangkep, Sulsel.

Kisah "keperkasaan" Tuan Guru Kama dan "ketabahan dan kegigihan" Ibu Najerah Kama, sejak sedekade ini, jadi buah bibir di kampung halamannya.

Pasalnya, saat itu Tuan Guru Kama mudik Lebaran tahun 2019 lalu, dia membawa 16 anak, istri dan 1 anak menantunya ke Pangkep dan Camba, Maros.

Mereka mendaki gunung dan menyeberangi laut, sejauh sekitar 620 km untuk mudik lebaran sebelum wabah Corona.

"Kalau tidak salah ingat, mereka menumpang 3 mobil Avanza dan Cayla dari tenggara ke selatan," ujar Gaffar, adik Kama.

Kisah itu kian menakjubkan sebab dari 16 anak pasangan keluarga ini, enam di antaranya adalah hafidz dan hafidzah Alquran.

Bahkan 12 anaknya kini tercatat jadi santri dan santriwati pada sebuah pesantren dan sekolah Islam terpadu di kawasan Baruga, Kota Kendari.

Baca juga: Cegah Omicron, Binda Gorontalo Akselerasi Vaksinasi untuk Anak 6-11 Tahun

"Alhamdulillah, semua anak kami ikhlas dan bersedia mondok. Itu yang membuat hidup ini lebih berberkah," ujar Kamaruddin, yang juga sarjana pendidikan dari Universitas Halouleo, Kendari ini.

Tuan Guru Kama diangkat jadi guru SD negeri di Kolaka Utara, dengan bekal ijazah dan akta guru dari Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Pangkep tahun 1987 silam.

Sedangkan istrinya, Najrah adalah santriwati alumnus Pondok Pesantren Darul Istiqamah, Maccopa, Maros tahun 1993.

Kedua pasangan ini bertemu di pondok pesantren rintisan mendiang, KH Ahmad Marzuki Hasan ini.

Rekor Anak Terbanyak

Pasangan Tuan Guru Kama dan Ustadzah Najrah sejauh ini belum menyatakan lelah mengasuh anak.

Ke-16 anak yang mereka lahirkan, pelihara, dan didik, baginya adalah rezeki dan amanah dari Allah SWT.

Apakah Tuan Guru merasa, Anda dan Ustadzah Najrah pemegang rekor anak terbanyak, berpasang-pasangan, dan 14 di antaranya lahir di rumah panggung?

"Wallahua’lam. Saya pernah dengar ada punya 15 anak di Sumatera, di Malang ada 11 anak," ujar Tuan Guru Kama, menjawab pertanyaan Tribun.

Kamaruddin mengaku karunia 16 anak dan satu cucu, adalah amanah dan takdir dari Allah SWT.

"Kami mengalir saja seperti air di sungai jernih. Banyak suka dukanya, misalnya kalau berkumpul di Bulan Ramadhan, kami sediakan 10 liter beras sehari, dan ikan sampai 5 kg. Tapi rezeki Allah itu kan luas, ada saja dan selalu kami syukuri."

Penelusuran Tribun, tahun 2020 lalu, pasangan Mulyono (46) dan Partina (45) warga Sukoharjo, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Jatim tercatat punya 15 anak.

Pasangan suami istri Kamaruddin Djiwa Daeng Tombong (56) dan Najrah (48) bersama 15 anak kandung di tahun 2016 lalu. Mereka tinggal di Desa Katoi, kecamatan Katoi, Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. Pasangan asal Sulsel ini kini menetap sebagai guru SD di Kolaka Utara.
Pasangan suami istri Kamaruddin Djiwa Daeng Tombong (56) dan Najrah (48) bersama 15 anak kandung di tahun 2016 lalu. Mereka tinggal di Desa Katoi, kecamatan Katoi, Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. Pasangan asal Sulsel ini kini menetap sebagai guru SD di Kolaka Utara. (couretsy_tribun gorontalo/dok keluarga)

Di selatan Sumatera, tepatnya di Desa Peninggiran, Kecamatan Tiga Dihaji, Kabupaten Oku Selatan, sepasang suami dan istri memiliki 11 anak di tahun 2021 lalu.

Hingga tahun 2022 ini, pasangan dari Inggris, Sue Radford (45) dan Noel Radford (50) dikaruniai 22 anak.

Merujuk Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2017, angka rerata melahiran seorang ibu Indonesia (TFR) adalah 2,4 anak selama hidupnya.

Di dekade 2000-an, TFR Indonesia 2,7 atau mendekati tiga anak.

Berdasarkan SDKI 2017 juga terungkap, daerah dengan angka TFR tertinggi ialah Nusa Tenggara Timur (NTT), yakni 3,4 anak per perempuan. Angkat itu disusul Provinsi Papua dan Maluku dengan 3,3 anak per perempuan.

Berikut 10 Fakta Pasutri dengan 16 Anak:

1. Ke-16 anaknya masing-masing sepasang; 8 putri - 8 putra

2. Hanya 2 anak (si sulung dan anak ke-2) lahir di rumah sakit, 14 anak lainnya lahir di ruang tengah keluarga tanpa bantuan medis dan bidan.

3. Anak sulung lahir di masa krisis moneter 1997 di Sulsel, si bungsu ke-16 lahir setelah Jokowi dilantik jadi presiden tahun 2015 di Sulawesi Tenggara

4. Rerata tiap tahun ibu melahirkan 1 anak. Ke-16 anak lahir dalam periode 19 tahun (1997-2016)

5. Nahrah, Si ibu melahirkan putra sulungnya (Zayyan) saat usia 43 tahun

6. Si suami guru SD negeri di pelosok Kolaka Utara, Sultra, si istri ibu rumah tangga biasa

7. Lima dari 16 anaknya adalah penghafal Quran. Kini tahun 2022, 12 jadi santri di Kendari

8. Di Bulan Ramadan atau saat 16 anak berkumpul, Sehari keluarga ini menanak 10 liter beras, 3 kg ikan dan lauk

9. Guna menafkahi keluarga, suami bantu istri jualan buah dan kue tradisional online; 4 anak lainnya jualan online kosmetik

10. Februari 2022 lalu, pasangan Guru Kama dan Nyonya Nahrah dianugerahi 1 cucu dari putri sulung

Artikel ini telah tayang di Tribungorontalo.com dengan judul 10 Fakta Pasangan Suami Istri dengan 16 Anak dari Pelosok Tenggara Sulawesi

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas