BPPTKG Sebut Munculnya Awan Panas Guguran karena Aktivitas Kubah Lava di Tengah Puncak Merapi
BPPTKG menilai, awan panas Guguran yang keluar sejak semalam hingga dini hari tadi masih berada di jalur aman
Editor: Eko Sutriyanto
“Gugurannya ini susul-susulan. Terindikasi, tekanannya tidak cukup kuat sebenarnya sehingga, permukaan yang tertutup tidak langsung terlepas dalam jumlah masif,” jelasnya.
BPPTKG menilai, awan panas Guguran yang keluar sejak semalam masih berada di jalur aman.
Dikatakannya, potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.
Baca juga: Tiga Kali Erupsi Gunung Merapi Disebut BPPTKG Indikasi Suplai Magma Menuju Permukaan
Pada sektor tenggara, cakupan potensi meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
“Untuk saat ini, masyarakat belum perlu mengungsi, tapi akan terus memantau dan mengevaluasi apabila ada perubahan ke depan,” tukasnya.
Hanik menyampaikan, hawa panas di Yogyakarta tidak berkaitan secara langsung dengan meningkatnya aktivitas Gunung Merapi.
Ia menilai, hawa panas yang terasa beberapa waktu belakangan ini masih berkaitan dengan pengaruh iklim meteorologi yang dominan.
“Ada kenaikan suhu di puncak gunung, tapi hanya dirasakan di area sekitar puncak itu saja. Secara keseluruhan, panasnya Yogyakarta ini masih dipengaruhi iklim,” tandas Hanik. (Ard)
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul BPPTKG Jelaskan Pembentukan Awan Panas Guguran Gunung Merapi Pada 9-10 Maret 2022