Ajukan Buka VoA 16 Negara Lain, Gubernur Koster Sebut untuk China Masih Dibahas
Khusus Tiongkok atau China belum dibuka kunjungannya untuk ke Bali karena harus menyertakan masa karantina.
Editor: cecep burdansyah
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Saat ini wisatawan mancanegara (Wisman) dari 23 negara telah dibuka untuk berkunjung ke Bali.
Namun Tiongkok atau China belum dibuka kunjungannya untuk ke Bali karena harus menyertakan masa karantina.
"China belum dibuka karena untuk baliknya karantinanya 2-3 minggu di negaranya. Jadi, walaupun kita buka mereka malas ke luar karena baliknya mereka karantina 2-3 minggu," kata Gubernur Bali, Wayan Koster saat jumpa pers di rumah dinas Gedung Jayasabha, Selasa (15/3).
Koster juga mengatakan kemarin sudah ada pembahasan, walaupun kebijakan karantina itu rencananya akan dibuka.
Apakah mereka datang atau tidak karena kebijakan negaranya, itu urusan lain. Namun untuk di Indonesia sudah mempertimbangkan keputusan dari Menkomaritim rencana akan dibuka, tapi jadwalnya belum dipastikan kapan.
Koster juga memaparkan ia telah mengajukan tambahan 16 negara lagi untuk penerbangan ke Bali.
"Kemarin saya mengajukan tambahan lagi 16 negara, tapi kira-kira akan disetujui 5 atau 6 negara," katanya.
Terkait dengan kebijakan tanpa karantina dan visa on arrival di Bali untuk wisatawan mancanegara, Koster mengatakan terdapat berbagai respon positif dari masyarakat, baik yang berada di Bali maupun luar Bali akan kebijakan ini.
"Saya dapat laporan memang masyarakat di luar negeri itu menyampaikan responnya bahwa Bali ini luar bisa sangat cepat tanggapan kebijakan tanpa karantina dan VoA. Mereka itu hampir tidak yakin bahwa berlaku kebijakan seperti itu dan setelah dikonfirmasi. Saya dapat konfimasi dari Australia, saya mengatakan ini benar. Saya menandatangani surat keputusan rapat," jelasnya.
Jadi, untuk saat ini jumlah penerbangan ke Bali semakin banyak, kedatangan warga negara asing (WNA) juga diakui Koster jumlahnya semakin banyak. Selain itu ia juga menyampaikan yang terpenting adalah tidak ada penambahkan kasus Covid-19. Bahkan kini kasus Covid-19 semakin menurun.
"Dari lebih 5 ribu kedatangan wisman, tercatat hanya 20 yang positif. Dari yang 20 ini sudah sembuh. Tinggal 7 yang masih diisolasi. Semuanya tanpa gejala dan tidak ada yang sampei ke rumah sakit," tambahnya.
Sejauh ini, Koster melihat para pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) sangat tertib dan displin memenuhi syarat untuk berkunjung ke Bali. Juga melakukan prokes ketika saat kedatangan dan selama di Bali.
"Saya kira ini momen pemulihan ekonomi dan pariwisata yang kita syukuri. Terima kasih ke pemerintah pusat karena telah memenuhi usulan Gubernur Bali tanpa karantina dan VoA. Sehingga Bali sekarang geliatnya mulai terlihat ditambah persyaratan PCR dan antigen bagi pelaku perjalanan dalam negeri (PPDN) yang vaksinasi dua kali itu sudah tidak lagi berlaku. Saya kira domestik bakal meningkat yang ke Bali," katanya.
Koster juga menegaskan jika ditemukan warga negara asing (WNA) yang melakukan pelanggaran protokol kesehatan, akan dilakukan deportasi.
"Kalau melanggar itu langsung dideportasi, dan dikenakan sanksi Rp 1 juta, tapi sejauh ini wisatawan yang terdidik. Menengah ke atas sangat tertib dan displin dalam prokes, taat pakai masker, tidak ada yang nakal. Jadi, yang datang ini adalah orang-orang menengah ke atas," ungkapnya.
Dia mengatakan, kesehatan PPLN yang datang tentunya dengan prosedur yang ketat. Selain itu PPLN yang datang juga telah mengeluarkan biaya yang cukup maka para wisman ini memang adalah orang yang terdidik, tertib displin dan taat prokes.
Di Bali terdapat 1.388 hotel untuk karantina yang sudah berstandar CHSE. Semua hotel yang telah CHSE wajib menyiapkan kamar untuk isolasi bagi wisman yang positif Covid-19.
"Jadi memang isolasi di kamar yang ditempatnya menginap. Kedua, ada pengawasan ketat dari Satgas Bali. Jadi dipantau secara ketat. Jadi tidak ada masalah. Sejauh ini tidak ada klaster baru dari pelaku wisata, yang ada di hotel maupun di destinasi wisata. Jadi saya melihat ini suatu yang positif," tambahnya.
"Tidak mungkin kepergiannya dengan dana cukup besar itu akan membuat resiko besar bagi dirinya. Jadi ini sangat positif," imbuhnya. Justru yang ia khawatirkan adalah PPDN yang kurang tertib dan taat prokes karena jumlahnya masih mendominasi saat ini di Bali. (sar)
Baca juga: Bali United di Ambang Juara