Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sebelum Ditangkap, Kopda Andreas Menyesal dan Was-was Ketika Kasus Nagreg Viral

Kopda Andreas Dwi Atmoko mengaku tidak tenang dan menyesal saat kasus kecelakaan sejoli Handi dan Salsabila di Nagrek viral.

Penulis: Gita Irawan
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Sebelum Ditangkap, Kopda Andreas Menyesal dan Was-was Ketika Kasus Nagreg Viral
KOMPAS.COM/HANDOUT
Rekonstruksi pembuangan sejoli korban tabrakan di atas jembatan Sungai Tajum Desa Menganti, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin (3/1/2022). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kopda Andreas Dwi Atmoko, sopir Kolonel Inf Priyanto, terdakwa kasus dugaan pembunuhan berencana dalam kecelakaan di Nagreg mengaku menyesal dan tidak tenang sebelum ditangkap saat kasus tersebut viral.

Andreas menyesali perbuatannya karena telah mengikut perintah yang melanggar hukum dari Priyanto untuk membantu ya membuang Handi dan Salsabila ke Sungai Serayu.

"Saya tetap tidak tenang. Tidak tenang. Saya was-was dan saya dalam hati juga menyesal. Saya sudah berbuat salah. Mengikuti perintah yang salah," jawab Andreas ditanya hakim dalam sidang di Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta pada Selasa (15/3/2022).

Baca juga: Anak Buah Kolonel Priyanto Ceritakan Proses Pencarian Sungai hingga Sejoli Handi-Salsabila Dibuang 

Begitu pula dengan sopir cadangan dalam perjalanan tersebut yakni Koptu Ahmad Soleh.

Ia juga menyesali perbuatannya.

Keluarganya pun mengasihanianya atas apa yang terjadi kepadanya.

"Mereka kasihan, karena kita juga menyesal. Kalau sudah terjadi begini ya kita menyesal," jawab Ahmad.

Berita Rekomendasi

Baik Andreas maupun Ahmad dihadirkan dalam sidang tersebut sebagai saksi.

Di persidangan, keduanya mengungkapkan telah berulang kali memohon kepada Priyanto agar membawa jenazah korban kecelakaan yang melibatkan mereka yakni Handi Saputra dan Salsabila ke Puskesmas Limbangan.

Namun permohonan dan saran tersebut ditolak dan Priyanto tetap melanjutkan perjalanan meski telah melewati Puskesmas tersebut.

Tiga oknum anggota TNI AD pelaku tabrak lari yang menewaskan sejoli Salsabila (14) dan Handi Saputra (16) di Nagreg, Kabupaten Bandung saat dihadirkan dalam pelimpahan berkas ke Oditur Militer Tinggi II Jakarta, Kamis (6/1/2022).
Tiga oknum anggota TNI AD pelaku tabrak lari yang menewaskan sejoli Salsabila (14) dan Handi Saputra (16) di Nagreg, Kabupaten Bandung saat dihadirkan dalam pelimpahan berkas ke Oditur Militer Tinggi II Jakarta, Kamis (6/1/2022). (TribunJakarta.com/Bima Putra)

Terungkap juga mereka merasa bingung dan takut untuk melarikan diri dari mobil tersebut setelah Priyanto mengungkapkan niat kepada mereka untuk membuang Handi dan Salsabila di sungai Jawa Tengah.

Diberitakan sebelumnya Kolonel Inf Priyanto didakwa atas dakwaan berlapis pada persidangan Selasa (8/3/2022).

Dakwaan primer yang didakwakan yakni pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana jo Pasal 55 ayat 1 KUHP tentang Penyertaan Pidana, subsider Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan, jo Pasal 55 ayat 1 KUHP.

Kolonel Inf Priyanto yang dihadirkan sebagai terdakwa dalam sidang perkara tabrak lari yang menewaskan sejoli Salsabila dan Handi Saputra di Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta, Selasa (8/3/2022).
Kolonel Inf Priyanto yang dihadirkan sebagai terdakwa dalam sidang perkara tabrak lari yang menewaskan sejoli Salsabila dan Handi Saputra di Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta, Selasa (8/3/2022). (TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA)

Sedangkan dakwaan subsider pertama yang didakwakan yakni Pasal 328 KUHP tentang Penculikan juncto Pasal 55 ayat 1 KUHP, subsider kedua Pasal 333 KUHP Kejahatan Terhadap Kemerdekaan Orang juncto Pasal 55 ayat 1 KUHP.

Untuk dakwaan subsider ketiga yang didakwakan yakni Pasal 181 KUHP tentang Mengubur, Menyembunyikan, Membawa Lari, atau Menghilangkan Mayat dengan Maksud Menyembunyikan Kematian jo Pasal 55 ayat 1 KUHP.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas