Tangani Stunting di Semarang, Pemkot Bagikan Susu Gratis
Kota Semarang Jawa Tengah mendapat pujian BKKBN Pusat karena sangat perhatian kepada upaya penurunan angka stunting.
Editor: Erik S
Terpisah, berdasar Data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), stanting di Jateng mencapai 20 persen. Capaian tersebut membuat Jateng mencatatkan diri sebagai provinsi di Pulau Jawa dengan angka stanting terendah. Saat ini angka stanting nasional di angka 27 persen.
Selain angka stanting, Jateng juga didapuk sebagai provinsi penyangga utama di Indonesia terkait Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Menurut data dari PK21, Total Fertility Rate (TFR) dari program MKJP di Jateng di angka 2,09 persen dan berbanding tipis dengan target nasional 2.1 persen. Tak hanya itu, peserta KB aktif di Jateng yang mencapai 60,3 persen juga di atas nasional 54,7 persen.
Baca juga: Persentase Stunting di 5 Kabupaten di Jawa Tengah Masih
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jateng, Widwiono menyampaikan fakta-fakta tersebut saat membuka Forum Jurnalis Bangga Kencana Jawa Tengah, secara virtual. Ia menyampaikan, meski angka menunjukkan progres baik, namun masih perlu untuk ditingkatkan.
"Angka stanting di Jateng memang terendah di Pulau Jawa. Hasil tersebut masih bisa dimaksimalkan jika semua bergerak bersama. Kami yakin akhir 2022, penurunan angka stanting di Jateng bisa mencapai 3,5 persen, dan di 2023 bisa di bawah 14 persen," katanya, Selasa (22/3).
Seorang warga sebut saja Laila, bercerita bagaimana dia menjalani kehamilan, persalinan hingga merawat bayi. Saat hamil, Laila diberi resep oleh ibunya berupa jamu-jamuan yang bisa menambah nutrisi pada janin.
Namun, sebelum mengkonsumsinya, ia terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter kandungannya.
"Namanya orangtua zaman dahulu, pasti punya beberapa resep tradisional yang diyakini baik untuk janin. Meski berbahan baku herbal, saya tetap coba berkonsultasi dahulu ke dokter. Supaya penggunaannya tepat," kata Laila.
Usai menjalani proses persalinan, Laila langsung memberikan ASI eksklusif kepada anaknya. Ia berusaha bagaimana caranya supaya sang anak mendapatkan ASI selama enam bulan penuh.
"Durasinya juga saya atur. Ketika anak berumur 6 hingga 8 bulan, saya beri ASI dua kali sehari. Tapi bisa lebih. Saat usia 9 hingga 23 bulan, minimal saya beri ASI tiga kali sehari. Sisanya saya tambahi dengan makanan pendamping ASI yang optimal," beber Laila. (afn/bud/eyf)
Penulis: Eka Yulianti Fajlin
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Liputan Khusus: Upaya Tangani Stunting di Kota Semarang, Hendi Siapkan Susu Gratis