Cerita Mahasiswi dan Ibunya Disekap Hingga Dianiaya Tiga Pria di Garut, Dipicu Masalah Utang
Mahasiswi bersama ibunya menjadi korban tindak kekerasan yang dilakukan tiga orang di Garut, Jawa Barat.
Penulis: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, GARUT - Mahasiswi bersama ibunya menjadi korban tindak kekerasan yang dilakukan tiga orang di Garut, Jawa Barat.
Peristiwa yang viral di media sosial tersebut terjadi di rumah korban, Rabu (23/3/2022) dini hari.
Para pelaku masuk dengan cara membobol pintu rumah korban yang berada di Kampung Bongkor, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Korban diketahui bernama Rifda Abidah (19) dan ibunya bernama Solihati Nurzanah (42).
Peristiwa tersebut pun berhasil direkam Rifda Abidah menggunakan ponsel saat para pelaku mendatangi rumahnya.
Dalam akun Instagramnya, Rifda membagikan pengalaman mengerikan saat sedang tidur di kamarnya sementara komplotan pelaku dengan leluasa berlalu lalang di rumahnya.
Unggahan yang diberi judul "Malem paling kelam seumur hidup, rumah dibantai tiga orang laki-laki," itu direspons ribuan pengguna Instagram dan Tiktok.
Baca juga: Pembobolan Rumah di Garut: Pelaku Aniaya Ibu dan Anak hingga Babak Belur, Sempat Terjadi Negosiasi
"Rumah dibobol 3 orang laki-laki jam 1 malem, posisi di rumah cuma ada aku sama mamah di kamar masing-masing," tulis mahasiswi yang akrab disapa Abit ini dalam unggahannya.
Di malam yang mencekam itu mahasiswi Garut dianiaya pelaku secara brutal dengan dicekik, kepala dibenturkan ke lemari hingga diancam akan dibunuh.
Ia mendapat luka serius dan luka sobek di wajahnya, sementara ibunya mendapat luka memar di sekujur tubuhnya.
Terlihat dalam video itu ia merekam komplotan pelaku yang sedang berlalu lalang di ruangan tengah rumahnya dalam keadaan gelap.
Komplotan pelaku juga menghancurkan barang-barang di dalam rumah hingga kegaduhan di malam mencekam itu tidak terhindarkan.
Baca juga: Mahasiswi di Garut Rekam Aksi Perampokan di Rumahnya, Dia & Ibunya Dianiaya dan Diancam akan Dibunuh
Sementara Abit yang ketakutan berhasil merekam detik-detik menegangkan itu.
"Teriak sekenceng-kencengnya ga ada yang denger karena posisi rumah jauh dari kawasan tetangga yang lain," ujarnya.