Ayah Pratu Mar Dwi Miftahul Akhyar Sempat Tak Bisa Tidur Nyenyak hingga Kabar Duka itu Datang
Sartono mengakui tidak bisa tidur nyenyak pada Jumat malam sampai ada kabar bahwa anaknya telah meninggal karena kekejaman KKB.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, LAMONGAN - Pratu Mar Dwi Miftahul Achyar gugur akibat serangan yang dilakukan oleh Kelompok Separatis Teroris Papua (KSTP) di sekitar Kalikote, Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga, Papua, Sabtu (23/4/2022).
Pratu Mar Dwi Miftahul Achyar adalah anggota Yon Taifib 2 Pasmar 2 yang tergabung dalam Satgas Trisula.
Selain satu personel gugur, anggota TNI AL lainnya, Mayor Mar Lilik Cahyanto terluka. Dia terkena tembakan recoset pada bagian bahu.
Meninggalnya Praka (Anumerta) Dwi Miftahul Akhyar (26) warga Kelurahan Babat, Lamongan, Jawa Timur menyisakan duka mendalam bagi keluarga.
Surya.co.id pagi tadi menemui tiga anggota keluarga dari Praka Dwi Miftahul Akhyar, ayah korban, Sartono (50); kakak korban, Yanta (32); guru kelas korban, Sukarni; dan 2 tetangga korban, Harsono dan Saroh.
Semua memberikan kesaksian yang sama, bahwa semasa hidup almarhum adalah orang baik.
Menurut kakak korban, Yanta, ada perubahan pada adiknya pada dua bulan terakhir sebelum meninggal.
Almarhum kerap meminta bantuan kakaknya untuk membagikan uang yang dikirimnya dari Papua untuk keluarga, teman dan beberapa orang yang sakit di Babat.
"Akhir-akhir ini sering memberi sedekah. Saya sering disuruh untuk menyerahkan," ungkap Yanta kepada Surya.co.id, Minggu (24/4/2022).
Baca juga: Kontak Tembak dengan KKB, Personel TNI AL Pratu Mar Dwi Miftahul Achyar Gugur, Satu Lainnya Terluka
Bahkan, menurut Yanta, uang yang ditransfer melalui rekeningnya itu dinilainya teramat sering dan jumlahnya juga cukup banyak.
"Lho kok banyak, ini kan belum Idul Fitri," kata Yanta pada sang adik.
Namun berulang kali Miftah (almarhum) menjawab, ia sedang dapat banyak tambahan uang. Dan tambahan itu diniatkan semua untuk disedekahkan.
"Gak, gak popo mas, aku dapat tambahan uang banyak. Tolong itu bagikan untuk orang-orang di rumah, teman, tetangga dan keluarga yang sakit," kata Yanta mengutip jawaban Miftah kala itu.
Kebaikan almarhum diakui Yanta bukan semasa jadi abdi negara.