Ayah Pratu Mar Dwi Miftahul Akhyar Sempat Tak Bisa Tidur Nyenyak hingga Kabar Duka itu Datang
Sartono mengakui tidak bisa tidur nyenyak pada Jumat malam sampai ada kabar bahwa anaknya telah meninggal karena kekejaman KKB.
Editor: Dewi Agustina
Sejak kecil sampai berhasil masuk TNI AL, Miftah tetap baik, santun dan sederhana.
Firasat yang berbeda dirasakan orangtuanya, Sartono.
Bapak almarhum ini mengakui hanya tidak bisa tidur nyenyak pada Jumat malam sampai ada kabar bahwa anaknya telah meninggal karena kekejaman KKB.
"Saya semalam itu susah tidur, tidak seperti biasanya. Tahu-tahu kemudian ada kabar kalau Mif (panggilan korban) meninggal karena KKB," ungkapnya.
Sartono merasa sedih kehilangan sang putra yang masih lajang itu.
Dia diakui sebagai anak yang baik.
Sejak kecil hingga dewasa dan menjadi anggota TNI, akhlaknya tetap, dia santun dan baik dengan semua orang.
"Kalau pulang maupun hendak berangkat tugas selalu pamit dan jabat tangan dengan para tetangga, termasuk dengan keluarga," katanya.
Mif, katanya, punya rencana juga akan mengumpulkan teman-teman sekolahnya ketika sudah pulang dari tugas di Papua.
"Anak itu baik, santun sama semua orang," kata Sartono.
Bahkan, almarhum belum berencana untuk menikah karena ingin melanjutkan sekolah sebagai seorang tentara.
"Dia belum, belum punya pacar. Dia tidak mikir itu, karena maunya hanya ingin sekolah dulu," ungkapnya.
Sartono berharap kejadian yang dialami anaknya menjadi insiden terakhir.
Doa dari semua orang untuk anaknya sangat ia harapkan.