Potensi Bahaya Erupsi Anak Krakatau Berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana
Aktivitas gunung Anak Krakatau terus mengalami peningkatan semenjak April 2022, ini potensi bahayanya.
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
Masyarakat atau wisatawan dilarang melakukan aktivitas radius 5 kilometer dari Gunung Anak Krakatau.
Baca juga: Foto-foto Aktivitas Gunung Anak Krakatau, Erupsi 7 Kali di Bulan April
Baca juga: ASDP Telah Siapkan Mitigasi Risiko Hadapi Dampak Buruk Erupsi Gunung Anak Krakatau
Catatan Badan Geologi, Gunung Anak Krakatau yang aktivitasnya menggeliat sejak awal April 2022 sudah mengeluarkan material jenis sulfur dioksida sebanyak 9.219 ton.
Pada tanggal 14 April 2022 tercatat gunung Anak Krakatau mengeluarkan emisi sebanyak 28,4 ton sulfur dioksida per hari.
Kemudian pada tanggal 15 April 2022 naik menjadi 68,4 ton sulfur dioksida per hari.
Selanjutnya tanggal 17 April 2022 menjadi 181,1 ton sulfur dioksida per hari.
Puncaknya terjadi pada tanggal 23 April 2022 mencapai 9.219 ton sulfur dioksida per hari.
"Pantauan SO2 dari magma ini berkorelasi dengan peningkatan aktivitas erupsi Guning Anak Krakatau saat ini.Peningkatan SO2 yang signifikan mengindikasikan adanya suplai magma baru dan adanya material magmatik yang keluar ke permukaan berupa lontaran material pijar yang diikuti oleh aliran lava," tulis keterangan Badan Geologi di situs resminya, Minggu (24/4/2022) malam.
Dilihat dari jumlah emisi sulfur dioksida yang kecendrungannya terus mengalami peningkatan belum ada tanda-tanda aktivitas Gunung Anak Krakatau turun.
"Dari pantauan emisi ada kecendrungan aktivitas Gunung Anak Krakatau terus meningkat. Belum menunjukkan adanya penurunan aktivitas vulkanik," tulis Badan Geologi. (*)
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunBanten.com dengan judul Ini Potensi Bahaya Erupsi Gunung Anak Krakatau Berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana