Dua Tahun Belajar Virtual, 10 Persen Siswa SD di Lombok Barat Tidak Lancar Baca Tulis
Proses adaptasi ini dilakukan untuk mencegah potensi penularan virus yang dapat terjadi akibat kontak fisik saat aktivitas tatap muka.
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM, LOMBOK BARAT – Sejak pandemi covid-19 melanda Indonesia pada awal tahun 2020 berbagai sektor kegiatan masyarakat harus beradaptasi dengan cara hidup baru.
Proses adaptasi ini dilakukan untuk mencegah potensi penularan virus yang dapat terjadi akibat kontak fisik saat aktivitas tatap muka.
Salah satu sektor yang berapdatasi dengan pandemi Covid-19 ialah pendidikan.
Baca juga: Ustaz Abdurrahman Athar Sebut Solusi Terbaik Bagi Anak Perempuan di Bawah Umur yang Menikah
Baca juga: Perangkat Desa di Nusa Tenggara Barat Menjadi Ujung Tombak untuk Mencegah Pernikahan Anak
Hampir semua level pendidikan mulai dari TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi melakukan proses belajar-mengajar melalui virtual (jarak jauh).
Cara ini telah berlangsung kurang lebih selama dua tahun. Alih-alih efektif, berbagai pendapat bermunculan akibat dampak yang ditimbulkan setelah peserta didik melakukan kegiatan belajar secara virtual.
Kepala Bidang Sekolah Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lombok Barat H Muzafir, mengungkapkan, banyak peserta didik baru di level SD kesulitan memahami cara membaca dan menulis.
“Saya ketemu dengan anak-anak kelas 4 dan 5, ada sampel di lima kecamatan. Mereka kenal huruf, tapi membacanya masih terbata-bata,” ungkapnya, Senin (25/4/2022).
Mengetahui kasus itu terjadi di lapangan, Muzafir menjelaskan, pihaknya telah Menyusun program Gerakan Tuntas Baca.
“Jadi langkah sekarang mendata anak-anak yang belum bisa membaca sampai kelas 4 dan 5,” ujarnya.
Menurutnya, membaca dan menulis menjadi bekal belajar peserta didik di kelas. Tanpa kemampuan itu, kehadiran peserta didik di kelas tidak berarti.
Dalam gerakan ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lobar akan bekerjasama dengan alumni sekolah-sekolah terkait untuk melakukan pembinaan kepada para peserta didik.
“Memang tidak besar jumlahnya (yang tidak bisa baca), presentasenya mungkin di bawah 10 persen. Tapi itu kan wajib kita perhatikan,” katanya.
Nantinya, Gerakan Tuntas Membaca akan dilaksanakan di masing-masing perpustakaan sekolah dengan mengelompokkan peserta didik yang belum lancar membaca dan menulis.
“Mungkin dua minggu akan kita evaluasi. Kalau sudah selesai, baru kita kembalikan,” tandasnya.
Mengenai kapan program ini akan dijalankan, Muzafir mengatakan, pihaknya telah siap pada tahun ajaran baru 2022.
“Insyaallah tahun ini,” pungkasnya.
(Tribunlombok.com, Robbyan Abel Ramdhon)