Mengenal Ngurisan, Tradisi Cukur Rambut Bayi yang Warnai Hari Raya Idul Fitri di Lombok
Ngurisan yang berarti mencukur rambut merupakan tradisi yang mewarnai hari besar keagamaan di Lombok seperti saat hari raya Idul Fitri?
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM, MATARAM - Ngurisan yang berarti mencukur rambut merupakan tradisi yang mewarnai hari besar keagamaan di Lombok seperti saat hari raya Idul Fitri.
Udin, tokoh agama di Kelurahan Karang Baru, Kecamatan Selaparang, Kota Mataram mengatakan jika tradisi ngurisan dilakukan pada bayi berusia di bawah enam bulan.
Saat hari raya Idul Fitri, tradisi ini berlangsung selepas sholat Ied dan bersalaman.
“Nanti diumumin dulu siapa yang mau nguris anaknya biar nunggu setelah salam-salaman,” kata Udin, Senin, 2 Mei 2022.
Untuk orang tua yang ingin menjalankan tradisi ini maka diharuskan membawa andang-andang.
Andang-andang merupakan nampan berisi bunga tabur, beras yang telah diwarnai kuning, semangkuk air, gunting kecil dan beberapa uang receh yang nominalnya disesuaikan dengan kemampuan.
Baca juga: Pelepasan 350 Lampion Cantik Mewarnai Malam Takbiran di Desa Rarang Induk Lombok Timur
Proses tradisi ngurisan dimulai dengan sang bayi digendong oleh ayahnya mengitari barisan tokoh agama, tetua maupun warga dan harus merupakan laki-laki.
“Nanti dikelilingi bayinya dengan bawa andang-andang itu sambil dibacakan sholawat nabi,” ujarnya.
Kemudian, secara bergiliran para tokoh agama, tetua dan warga menggunting rambut si bayi.
Mengguntingnya pun hanya sejumput dari rambut si bayi.
“Diguntingnya sedikit biar jadi syarat ajak,” jelasnya.
Potongan rambut tersebut lalu diletakkan dalam mangkuk berisi air yang ada di dalam dandang.
Proses ini berlanjut terus hingga ke ujung dari barisan.
Setelah semua selesai, recehan uang yang bercampur dengan beras kuning pada andang-andang terus dilemparkan ke halaman.
Baca juga: Gema Takbir di Seribu Masjid: Ini Pesan Gubernur Zulkieflimansyah untuk Masyarakat NTB
Baca juga: Krisis Air Bersih Dialami Warga Pulau Maringkik di Kabupaten Lombok Timur
Momen ini menjadi saat yang dinanti oleh anak-anak.
Sekumpulan anak-anak akan berkumpul dan berebut untuk mengambil uang receh yang dilemparkan tersebut.
Menurut Udin, tradisi ini telah lama dilakukan oleh warga Lombok.
“Seperti doa supaya anak dapat berkah dari Allah,” pungkasnya.
(Tribunlombok.com, Patayatul Wahidah)