Kehadiran Pusat Endoskopi Saluran Cerna di Atambua Berkah untuk Masyarakat Belu
Pusat Endoskopi Saluran Cerna RSUD Mgr Gabriel Manek Kabupaten Belu di Atambua, Sabtu (18/6/2022), telah diresmikan
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pusat Endoskopi Saluran Cerna RSUD Mgr Gabriel Manek Kabupaten Belu di Atambua, Sabtu (18/6/2022), telah diresmikan. Kehadirannya, disebut sebagai berkah untuk masyarakat Belu.
"Sebagai putra daerah saya sangat berterima kasih kepada Prof Ari Fahrial Syam atas perhatiannya dalam mengedukasi para dokter dan tenaga medis yang ada di Atambua Belu," ujar Ketua Majelis Wali Amanat UI Saleh Husin, Senin (20/6/2022).
Menurut Saleh, harapannya kedepan juga dilakukan di rumah sakit kabupaten lainnya di nusa tenggara timur (NTT), dan yang paling utama adalah terbukanya akses untuk putra-putri NTT untuk menjadi spesialis dalam berbagai bidang di fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Baca juga: Saleh Husin Soroti Masalah Infrastruktur Wisata Nusa Tenggara Timur
"Sehingga kebutuhan akan dokter spesialis yang berkualitas di NTT dapat terpenuhi," imbuhnya.
Ia menambahkan, Ketua Umum Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia (PB PEGI) Ikatan Dokter Indonesia Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, yang juga Dekan FKUI, turut meresmikan Pusat Endoskopi Saluran Cerna RSUD Mgr Gabriel Manek Kabupaten Belu.
Kabupaten Belu merupakan kabupaten terluar Indonesia berbatasan dengan langsung dengan negara Republik Demokratik Timor Leste. Diketahui Bupati Belu Agustinus Taolin seorang internis dan konsultan gastroenterologi hepatologi alumni subspesialis IPD FKUI.
Baca juga: Kantor Imigrasi Kelas II Atambua Kembali Deportasi 164 WNA Asal Timor Leste
Bupati Belu Agustinus Taolin menyampaikan, berbagai gebrakan sudah dilakukan dalam 1 tahun lebih beliau menjabat menjadi Bupati khususnya memperbaiki pelayanan kesehatan untuk masyarakat.
"Dalam 3 bulan pertama masyarakat Belu sudah dipermudah untuk berobat hanya dengan menggunakan KTP," terangnya.
Terakhir sepak terjangnya adalah pendirian pusat endoskopi saluran cerna di RSUD Mgr Gabriel Manek Atambua pada tanggal 18 Juni 2022.
Plt Direktur RSUD menyampaikan bahwa keberadaan alat ini sudah sesuai aturan dan menggunakan Dana Alokasi Khusus.
"Pelayanan endoskopi saluran cerna ini merupakan satu-satunya, pelayanan endoskopi di level RSUD tingkat Kabupaten pada Provinsi Nusa Tenggara Timur," imbuhnya.
Selama ini, lanjut dia, jika masyarakat Belu perlu dilakukan endoskopi mereka harus ke Kupang dengan jalan darat selama 6 jam itupun hanya untuk tindakan diagnostik, kalau masyarakat tidak mampu sampai akhir hayat kalau ada gangguan pencernaan tidak bisa dieksplorasi penyebabnya.
"Sungguh kondisi yang memprihatinkan apalagi Belu merupakan halaman depan Indonesia, daerah terluar yang berbatasan dengan Timor Leste," tuturnya.
Sebelumnya terinfo dari dokter umum dan dokter spesialis, banyak ditemukan kasus-kasus perdarahan saluran cerna baik melalui atas dalam bentuk muntah darah maupun melalui anus dalam bentuk BAB berdarah. Kalau pasien mampu mereka berangkat ke Kupang, Mataram, Denpasar atau ke Pulau Jawa.
Padahal ongkos untuk mencapai kota-kota tersebut tidak murah dan akhirnya sampai akhir hayat mereka tidak tahu apa penyebab perdarahan tersebut. Selain itu banyak indikasi lain endoskopi, antara lain, diare kronis, sakit maag kronis, nyeri perut berulang disertai berat badan turun.
Pada saat launching pusat endoskopi saluran cerna tersebut juga dilakukan pemeriksaan pada 8 pasien dengan keluhan saluran cerna kronis dan 1 tindakan pengikatan varises kerongkongan/esofagus.
"Ternyata tanpa kami duga sebelumnya dari 8 pasien kami mendapat tumor pada 3 pasien yaitu tumor esofagus, tumor lambung dan tumor usus besar dan dari penampakan endoskopi ketiga tumor ini curiga ganas," terangnya.
Tim dokter mengambil sampel biopsy untuk pemeriksaan lebih lanjut dikirim ke Kupang. Pada 3 kasus saluran cerna atas ditemukan Esofagitis erosif dengan hiatal hernia.
Prof Ari, yang melakukan pemeriksaan ini, menyampaikan bahwa dari kasus-kasus yang ada memperlihatkan kasus yang terlambat untuk ditangani karena ketidakadaan alat diagnostik penting ini.
"Alat endoskopi saluran cerna ini memang bermanfaat bukan saja untuk skrining, kepastian penyakit tetapi juga tindakan terapeutik endoskopi misal pengikatan varises, pengambilan polip dan penyetopan perdarahan dengan klip (endoclip hemostatic)," tutur Prof Ari.
Dokter yang mengerjakan tindakan ini adalah dokter spesialis konsultan atau dokter spesialis penyakit dalam yang telah mengikuti pelatihan di senter pelatihan endoskopi. Perawat yang mendampingi juga harus melakukan pelatihan endoskopi karena proses pembersihan dan perawatan alat canggih ini harus dilakukan secara hati-hati.
Rumah sakit sudah mengirim 2 perawatnya untuk dilatih menjadi perawat endoskopi di RSCM Jakarta dan 2 dokter penyakit dalam juga akan dilatih untuk menggunakan alat endoskopi ini secara bertahap.
"Semoga peralatan canggih ini bisa membantu masyarakat dan dukungan Pemda seperti bisa menginspirasi kepala daerah lain untuk bisa menghadirkan alat ini di RSUDnya," tambah Prof Ari.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.