Upaya Pendampingan Anak Tunarungu, Orang Tua hingga Metode AVT
Orang tua berperan besar terhadap pendampingan anak tuna rungu, termasuk untuk mengaplikasikan metode AVT
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Berbagai cara digunakan untuk memberikan pendampingan terhadap anak tuna rungu.
Termasuk halnya peran lingkungan sekitar, dalam hal ini keluarga atau orang tua.
Selain itu, metode yang pas juga menjadi faktor anak dengan difabel dengar menerima segala pembelajaran.
Demikian dibahas dalam acara yang digelar Komunitas Difabel Dengar Solo Raya dengan Kasoem Hearing Center di Adiwangsa Hotel, Solo, Minggu (26/6/2022).
Baca juga: 67 Peserta SBMPTN Difabel Diterima, Ketua LTMPT: Persaingannya Lebih Ketat
Adapun dalam penyelenggaraannya, orang tua harus menjadi yang utama memberikan pendampingan pada anak difabel.
Edukasi yang benar disebutkan menjadi langkah awal agar orang tua siap, pasalnya tidak semua orang tua memiliki kesiapan serta kematangan.
"Mereka berharap pada hal yang katanyan bisa menyembuhkan masalah pendengaran yang dialami anak meraka, padahal gangguan pendengaran difabel dengar ini biasanya masakah saraf, tidak bisa disembuhkan walau bisa diupayakan mengurangi keterbatasan,"jelas Penasihat Komunitas Difabel Dengar Solo Raya, Sukoco.
Orang tua juga harus memperhatikan pendampingan anak tuna rungu berupa terapi.
Sukoco mengatakan, tak sedikit orang tua mengeluarkan banyak uang untuk melangsungkan metode penyembuhan yang sebetulnya tidak perlu dilakukan.
Kemudian banyak hal yang bisa dilakukan orang tua untuk mendidik anak tuna rungu terkait masalah komunikasi.
Seperti halnya dengan penggunaan bahasa isyarat hingga alat bantu dengar.
Metode Pendampingan
Pada intinya dari sekian banyak metode, orang tua tetap berperan besar untuk pendampingan dan pendidikan anak tuna rungu bisa berkomunikasi dua arah.
Lantas, Sukoco juga bercerita tentang pendampingan kepada anak tuna rungu seperti halnya yang dialaminya mendampingi sang anak yang memiliki gangguan pendengaran.
"Orang tua harus mulai membiasakan diri untuk melakukan pendampingan yang rutin pada anak untuk mengenalkan bunyi dan kosa kata-kosa kata pada si anak dengan dukungan pendekatan yang bisa divisualkan saat mengenalkan bunyi dan kosa kata tersebut salah satunya dengan metode Auditory-Verbal Therapy (AVT)," jelasnya.
"Tentu harus sabar, karena prosesnya jauh lebih panjang daripada mengajari anak nornal," ucap Sukoco.
Terkait Auditory-Verbal Therapy (AVT) adalah metode pembelajaran yang menggabungkan pelatihan melalui pendengaran, wicara, dan pengelihatan agar lebih mudah untuk diadopsi oleh anak difabel dengar.
Tantangannya adalah model pembelajarannya menuntut keaktifan orang tua untuk selalu kreatif dalam merangsang anak dalam menggunakan alat bantu dengar yang mereka pakai.
Dengan metode ini penyandang tuna rungu memiliki kesempatan untuk mendengar dan akhirnya bisa meniru dan mulai mengikuti dalam penggunaan bahasa verbal dalam keseharian mereka.
"AVT adalah terapi intervensi dini untuk anak-anak gangguan pendengaran dan keluarga. Peran orangtua jadi sangat vital karena merekalah yang paling banyak berinteraksi dengan anak mereka,"terang Research and Development Kasoem Hearing Center, Rini Nurbaeti.
Lanjutnya,workshop ini dilakukan untuk membekali orangtua agar paham cara dan mengetahui pendekatan untuk membimbing dan melatih anak-anak berkebutuhan.
(*)