Penyebab Suhu Dingin di Wilayah NTT dan NTB, Ini Penjelasan BMKG
Suhu dingin di NTB mencapai 18,3 derajat celcius pada Jumat (8/7/2022). di wilayah NTT juga mengalami suhu yang cukup dingin. Lantas apa penyebabnya?
Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah wilayah di Indonesia mengalami suhu dingin, di antaranya Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Suhu dingin di NTB mencapai 18,3 derajat celcius pada Jumat (8/7/2022), dan menjadikannya yang terdingin selama tahun 2022 ini.
Catatan BMKG, suhu udara NTB pada periode Juli-Agustus di yang pernah terjadi umumnya kisaran 20,3 derajat celcius.
Sementara itu, di wilayah NTT juga mengalami suhu yang cukup dingin.
Prakirawan BMKG Stasiun El Tari Kupang Nanik Tresnawati mengatakan, suhu paling dingin di NTT mencapai 13 derajat celcius, yakni di Ruteng Kabupaten Manggarai.
Lantas apa yang menjadi penyebab suhu udara di NTB dan NTT ini lebih dingin dari biasanya?
Baca juga: Kepala BMKG: Peningkatan Suhu Permukaan di Indonesia Sangat Bervariasi
Stasiun BMKG NTT dalam unggahan di Instagramnya menyampaikan, saat ini wilayah NTT telah memasuki musim kemarau.
Pun demikian di wilayah NTB, saat ini telah memasuki periode musim kemarau.
Suhu dingin diprediksi akan berlangsung hingga Agustus nanti.
Suhu dingin akan lebih dingin daripada biasanya karena adanya pergerakan massa udara dari Australia yang saat ini sedang berada pada puncak musim dingin dengan membawa udara dingin dan kering ke Asia melewati Indonesia yang dikenal dengan Monsun Dingin Australia.
Baca juga: Fenomena Embun Es Kembali Muncul di Dieng, Suhu Mencapai Minus 1 Derajat Celcius
NTT yang secara geografis berada lebih dekat dengan Australia, hal ini menjadikan wilayah tersebut turut merasakan suhu udara yang lebih dingin dari bulan-bulan sebelumnya disertai dengan angin kencang yang kering.
Menurut BMKG NTT, kondisi meteorologis seperti ini sebenarnya rutin terjadi pada musim kemarau setiap tahunnya pada bulan Juli hingga Agustus.
Umumnya, pada saat puncak kemarau, suhu udara lebih dingin dan permukaan bumi lebih kering.
Pada kondisi demikian, panas matahari akan lebih banyak terbuang dan hilang ke angkasa.
"Tutupan awan relatif sedikit dan pantulan panas dari bumi yang diterima dari matahari tidak tertahan oleh awan, sehingga langsung terbuang dan hilang di angkasa," terang BMKG NTT dalam unggahannya.
Hal itu yang menyebabkan suhu udara musim kemarau lebih dingin daripada suhu udara musim hujan.
Masyarakat diimbau untuk mengantisipasi kondisi perbedaan suhu pada siang dan malam hari yang drastis ini sehingga tidak sampai mengganggu kesehatan.
Masyarakat dapat menggunakan jaket atau pakaian yang lebih tebal saat beraktifitas di luar ruangan dan perbanyak minum air agar tercukupi kebutuhan cairan dalam tubuh.
(Tribunnews.com/Tio)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.