Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kasus Bayi Meninggal di RSUD Jombang Berakhir Damai, Bagaimana Kasus Itu Bermula?

Pihak RSUD Jombang dan keluarga pasien telah mediasi. Kedua pihak menerima dan memahami adanya kesalahan komunikasi.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
zoom-in Kasus Bayi Meninggal di RSUD Jombang Berakhir Damai, Bagaimana Kasus Itu Bermula?
Freepik
ILUSTRASI. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan RI dr Siti Khalimah menyampaikan perkembangan kasus bayi meninggal di RSUD Jombang karena 'dipaksa' lahir normal.

Dokter Siti menjelaskan, pihak RSUD Jombang dan keluarga pasien telah menemui titik terang atas kejadian tersebut.

"Kedua belah pihak telah melakukan mediasi. Dijelaskan dan keduanya menerima dan memahami (ada kesalahan komunikasi)," kata dokter Siti saat dikonfirmasi Tribunnews.com, Kamis (4/8/2022).

Ia pun menerangkan, telah terjadi kesalahan komunikasi, dimana saat merujuk Puskesmas menyampaikan pada keluarga bahwa pasien mengalami pre eklampsia, namun keluarga mendengarkan sebagai operasi.

"Sudah dilakukan mediasi antara RS dengan keluarga pasien dan semua bisa memahami," imbuhnya.

Siti pun menjelaskan mula kejadian tersebut.

Berita Rekomendasi

Sebelumnya, ia telah melakukan koordinasi dengan sejumlah pihak terkait.

Baca juga: Pengakuan Ayah Bayi yang Meninggal di RSUD Jombang, Sebut Tetap Dipaksa Normal Meski Harusnya Sesar

Diawali dengan pasien dirujuk dari Puskesmas Sumobito ke RSUD Jombang dengan diagnosis preeklampsia.

Preeklampsia adalah kondisi dimana ibu hamil mengalami peningkatan tekanan darah sehingga bisa membahayakan ibu maupun bayinya. 

"Jadi persalinan harus dilakukan oleh Dokter spesialis di RS," ujarnya. 

Setelah itu dilakukan, saat pemeriksaan di RSUD Jombang ditemukan bayi sudah turun ke jalan lahir dan memungkinkan untuk dilakukan persalinan normal.

"Saat proses persalinan inilah tiba-tiba terjadi penyulit dan saat lahir bayi sudah dalam keadaan meninggal," jelasnya.

Perjalanan kasus 

Seorang bayi meninggal dunia saat proses persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jombang, Jawa Timur, Kamis (28/7/2022).

Bayi tersebut merupakan anak dari pasangan Yopi Widianto (26) dan Rohma Roudlatul Jannah (29).

Mereka merupakan warga Dusun Slombok, Desa Plemahan, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang.

Kasus ini mencuat setelah pihak keluarga mengunggah kekecewaan terhadap pelayanan RSUD Jombang di Twitter.

Yopi Widianto, ayah dari bayi yang meninggal di tengah proses persalinan, di RSUD Jombang, Jawa Timur, saat ditemui Kompas.com, Senin (1/8/2022).(KOMPAS.COM/MOH. SYAFII)

Kisah tersebut diunggah oleh akun @MinDesiyaa pada Minggu (31/7/2022).

Setelah ramai menjadi perbincangan pihak rumah sakit buka suara hingga DPRD Kabupaten Jombang turun tangan.

Dilansir Kompas.com, Yopi menceritakan, istrinya mengalami kontraksi pada Rabu (27/7/2022) malam.

Rohma kemudian dilarikan ke Puskesmas Sumobito pada Kamis (28/7/2022) pagi.

Pihak puskesmas kemudian merujuk Rohma ke RSUD Jombang sekitar pukul 09.00 WIB.

1. Dipaksa Lahir Normal

Sejak masa kehamilan, kata Yopi, istrinya sudah disarankan oleh bidan maupun dokter yang memerika agar melakukan persalinan dengan cara operasi sesar.

Karena hal itu, pihak Puskesmas Sumobito kemudian merujuk Rohma ke RSUD Jombang.

Namun, saat di RSUD Jombang, petugas yang menangani Rohma terkesan mengabaikan saran tersebut.

Baca juga: PERSI Turun Tangan Investigasi Kasus Bayi yang Meninggal karena Dipaksa Lahir Normal di RSUD Jombang

Petugas medis di RSUD Jombang memilih untuk melakukan persalinan secara normal.

"Padahal istri saya sudah tanya 2 kali atau 3 kali, kenapa tidak sesar? Tapi dijawab kita usahakan normal," kata Yopi, Senin (1/8/2022).

2. Tubuh Bayi Tersangkut dan Tak Bisa Keluar

Sayangnya, proses persalinan secara normal tidak berjalan lancar.

Kepala bayi yang dilahirkan bisa keluar, tapi bagian badan bayi tersangkut dan tak bisa keluar.

"Sampai kira-kira setengah delapan atau jam delapan, si bayi belum bisa keluar, divakum, disedot. Disedot itu cuma keluar kepalanya," terangnya.

Karena proses persalinan tak berjalan lancar, nyawa sang bayi pun tak tertolong.

Untuk menyelamatkan nyawa sang ibu, petugas melakukan operasi untuk mengambil bagian tubuh bayi yang masih berada di dalam kandungan Rohma.

3. Pihak RSUD Jombang Buka Suara

Dikutip dari Tribun Jatim, pihak RSUD Jombang melalui Kabid Humas Pelayanan Medis dan Keperawatan, Vidya Buana, memberikan penjelasan terkait kejadian meninggalnya bayi saat proses persalinan.

Menurutnya, Rohma terindikasi keracunan kehamilan atau preeklamsia.

Penanganan pasien, kata dia, sudah sesuai standar operasional prosedur (SOP).

Saat pemeriksaan awal, ibu bayi dalam keadaan baik.

Kondisi sang ibu juga sudah memasuki fase aktif pembukaan.

"Setelah konsultasi dengan dokter dan keputusannya adalah karena sudah terjadi pembukaan sehingga diputuskan oleh dokter sesuai standar diupayakan untuk lahir normal," ujarnya, Senin.

Dikatakan Vidya, tim medis melakukan observasi terhadap pasien lantaran sudah dalam fase pembukaan tujuh.

Kemudian, tim medis melakukan proses persalinan setelah dinyatakan lengkap atau pembukaan sepuluh.

"Sampai kepala bayi lahir setelah itu terjadi kemacetan proses melahirkan."

"Kemudian dilakukan pertolongan berbagai upaya tiga dokter SpOg mendampingi proses melahirkan," jelasnya.

Vidya melanjutkan, tim dokter sudah berupaya melakukan pertolongan terhadap pasien yang mengalami distosia, namun gagal.

"Kondisi bayi tidak bisa diselamatkan sehingga prioritas selanjutnya kemudian tim kami fokus menyelamatkan kondisi ibu," ungkapnya.

4. DPRD Panggil Manajemen RSUD Jombang

Terkait kejadian tersebut, DPRD Kabupaten Jombang berencana memanggil manajemen RSUD Jombang.

Langkah ini dilakukan untuk meminta penjelasan terkait insiden bayi meninggal saat proses persalinan.

Selain itu, pihak DPRD Jombang juga akan mengundang keluarga pasien.

Demikian disampaikan anggota Komisi D DPRD Jombang Luluk Chintya.

"Besok (hari ini Selasa), ada pemanggilan untuk RSUD, Dinas Kesehatan dan Puskesmas (Sumobito), termasuk keluarga pasien," ujarnya, Senin, dilansir Kompas.com.

Secara khusus, Luluk meminta agar dokter spesialis kandungan yang menangani persalinan dihadirkan dalam pertemukan tersebut.

Ia berharap, dengan pemanggilan pihak-pihak terkait tersebut dapat menyimpulkan penyebab utama dari persalinan yang berujung kematian bayi.

(Tribunnews.com/Rina Ayu Pancarini/Nanda Lusiana, TribunJatim.com/Mohammad Romadoni, Kompas.com/Moh Syafii)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas