Dukung Pelestarian Ekosistem Mangrove, 5.000 Bibit Bakau Ditanam di Pesisir Pemogan Bali
Sejak program ini dijalankan total 1 juta bibit mangrove telah ditanam di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, BALI - Sebanyak 5.000 bibit bakau ditanam di pesisir Pemogan, Bali untuk mendukung pelestarian ekosistem mangrove sekaligus mendukung agenda pemerintah dalam penyelenggaraan KTT G20 pada November 2022 mendatang di Bali.
Inisiatif penanaman bibit bakau ini datang dari Djarum Trees for Life (DTFL) bekerja sama dengan Direktorat Rehabilitasi Perairan Darat dan Mangrove, Direktorat Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Pemerintah Provinsi Bali dan kalangan kampus.
FX Supanji, Vice President Director Djarum Foundation mengatakan, penanaman 5.000 bibit mangrove ini sebagai kelanjutan dari program konservasi ekosistem mangrove yang mereka jalankan sejak 14 tahun terakhir dan kali ini melibatkan 150 mahasiswa yang tergabung dalam Darling Squad.
Dia mengatakan, sejak program ini dijalankan total 1 juta bibit mangrove telah ditanam di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa.
Direktur Rehabilitasi Perairan Darat dan Mangrove, Direktorat Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ir.Inge Retnowati, M.E. mengatakan tanaman mangrove memberi banyak manfaat buat kehidupan.
Baca juga: Penanaman Mangrove, Upaya PNM Melestarikan Ekosistem Hutan Bakau di Subang
Diantaranya, menyimpan cadangan karbon 4 sampai 5 kali lebih besar dari tanaman hutan di daratan. "Semakin banyak lahan mangrove yang dibuka, akan semakin membantu dalam pengendalian iklim," ujarnya.
Namun dia mengingatkan, untuk menanam bibit bakau tidak bisa sembarangan jika ingin bibit tersebut bisa tumbuh besar dan membentuk ekosistem pesisir.
"Kenali dulu kondisi biofisik di lapangan, gelombang air laut, juga cemaran kimianya di lokasi. Begitu juga kondisi sosial ekonomi masyarakat perlu dikenali untuk mendorong masyarakat bersama-sama menjaga mangrove," ujarnya.
"Upaya penyelamatan dan pelestarian mangrove juga dilakukan melalui regulasi, termasuk penetapan sanksi atas semua pihak yang membuka lahan pada area hutan mangrove," imbuhnya.
Dia menekankan, Indonesia sangat confident mengangkat tema mangrove di pertemuan KTT G20 di Bali November 2022 ini karena Indonesia saat ini memiliki 3,36 juta ha lahan mangrove atau setara dengan 22 persen lahan mangrove di dunia.
"Indonesia di G20 mengangkat topik manfaat mangrove untuk keanekaragaman hayati hingga menahan abrasi," ujarnya.
"Ada yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan lingkungan. Kita memiliki peta mangrove yang selalu kita perbarui setiap tahunnya sesuai dengan tutupan lahannya di seluruh Indonesia."
Pihaknya menyambut baik semua pihak yang ingin terlibat dalam konservasi mangrove di Tanah Air dan siap menunjukkan lokasi penanaman mangrove.
Asisten Pemerintah dan Kesra, Sekda Provinsi Bali, I Gede Indra Dewa Putra, SE., MM menyatakan, hutan mangrove berperan besar dalam pengendalian perubahan iklim karena mampu menyimpan dan menyerap karbon empat sampai lima kali lebih banyak dari hutan tropis daratan.
Pihaknya mengapresiasi kegiatan penanaman dan konservasi mangrove yang diinisiasi o Bakti Lingkungan Djarum Foundation melalui program Djarum Trees for Life.
Dr. Soni Trison, S.Hut., M.Si, akademisi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan, dalam 20 tahun ke depan, mangrove yang ditanam di program DTFL akan mampu menyerap 468,69 ton per hektar emisi karbon di Bali.
Dia mengatakan, manfaat mangrove akan mulai bisa dinikmati ketika sudah mulai berusia 10 tahun.
Ekosistem mangrove bisa digunakan untuk budidaya kepiting, serta berbagai produk turunan dengan nilai mencapai Rp 17 juta per hektar per tahun dan dari hasil risetnya diproyeksikan dapat menggerakkan perekonomian, dengan total mencapai Rp104 juta per hektare per tahun.