Kerusuhan Maut Arema FC Vs Persebaya, Momen Mencekam Pemain Persebaya Terjebak di Mobil Rantis
Kerusuhan yang terjadi dalam pertandingan Arema FC Vs Persebaya semalam di Stadion Kanjuruhan, Malang berakhir ricuh, ratusan suporter tewas.
Penulis: garudea prabawati
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Tragedi kerusuhan kembali terjadi di dunia sepak bola tanah air, di mana saat pertandingan Arema FC Vs Persebaya semalam, Sabtu (1/10/2022).
Kerusuhan maut terjadi pasca-laga Arema FC kontra Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, dalam lanjutan Liga 1.
Diketahui update terakhir 129 suporter sepak bola tewas dalam tragedi tersebut, termasuk dua anggota Polri.
Dilaporkan pemicu kerusuhan berawal dari ketidakterimaan suporter menerima Arema FC yang kalah dari Persebaya.
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainuddin Amali, buka suara akan tragedi kerusuhan Arema FC Vs Persebaya.
Baca juga: Imbas Tragedi Laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, Kanjuruhan hingga FIFA Jadi Trending Topic
Berdasarkan informasi yang diterimanya, ada sebagian suporter atau pendukung klub tidak bisa terima kekalahan itu.
Kemudian mereka melampiaskan kekesalan dan kemarahan, dan akhirnya terjadilah tragedi yang menewaskan 129 orang ini,
“Tentu ini harus diinvestigasi, tidak boleh dibiarkan, ini harus kita investigasi, dan harus ini menjadi yang terakhir, karena ini korbannya besar,” lanjut Zainuddin, dikutip dari Kompas TV.
Momen Mencekam
Momen mencekam banyak terjadi saat kerusuhan maut tersebut, termasuk ketika pemain persebaya akan meninggalkan stadion
Hal tersebut diunggah di cuitan twitter resmi Persebaya, @persebayaupdate.
Dalam cuitan tersebut sempat terjadi momen tim sepak bola Persebaya yang terjebak di kendaraan taktis (rantis).
"Mohon doanya untuk tim yang masih berada di dalam rantis dan terjebak di kepungan massa," tulis cuitan tersebut.
Baca juga: Korban Meninggal Dunia di Tragedi Laga Arema Vs Persebaya Telah Dipulangkan ke Pihak Keluarga
Di cuitan berikutnya disebutkan akhirnya tim Persebaya dapat dievakuasi.
"Tim telah keluar dari area stadion dan langsung menuju titik evakuasi agar bisa segera kembali ke Surabaya dan beristirahat."
Persebaya juga turut berduka atas peristiwa naas hingga memkaman korban jiwa tersebut.
"Keluarga besar Persebaya turut berdukacita sedalam-dalamnya atas jatuhnya korban jiwa setelah laga Arema FC vs Persebaya Tidak ada satupun nyawa yang sepadan dengan sepak bola."
Alfatihah untuk para korban Dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan."
Kronologi
Pemicu kerusuhan tersebut diduga karena ribuan orang dari tribun penonton masuk ke lapangan usai Arema FC dikalahkan Persebaya dikalahkan dengan skor 2-3.
Para pemain Arema dan Persebaya tak sempat berbagi salam untuk penghormatan setelah pertandingan.
Sebab, suporter beranjak ke lapangan secara sporadis. Pihak keamanan langsung mengamankan pemai, dikutip dari Kompas.com.
Suporter yang turun ke lapangan berlari menuju ruang ganti untuk mengejar pemain.
Beberapa dari mereka juga melempari dengan benda-benda tumpul. Perlengkapan pertandingan dan fasilitas di dalam lapangan meliputi bangku pemain, papan iklan, jaring gawang ikut menjadi pelampiasan kekecewaan.
Mobil polisi turut menjadi sasaran amukan massa.
Hingga akhirnya polisi menembakkan gas air mata.
Gas air mata tersebut menyelimuti tribun penonton.
Dikutip dari TribunJatim.com, akibat lontaran gas air mata tersebut suporter mengalami sesak napas dan tak sedikit dari mereka jatuh pingsan saat berebut keluar area stadion.
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya, Dede Nasrullah mengatakan dalam gas air mata terkandung 3 kumpulan bahan kimia salah satunya yang sering digunakan adalah chloroacetophenone yang disingkat dengan CN dan chlorobenzylidenemalononitrile atau yang disingkat CS.
Sehingga berbahaya apabila terpapar langsung terlebih di waktu yang lama.
Terkait penggunaan gas air mata dalam pertandingan sepak bola, Dede menilai pengamanan dengan menggunakan gas air mata tersebut merupakan pelanggaran kode etik keamanan FIFA.
Apalagi dampak dari akibat gas air mata tersebut dengan kondisi stadion yang sangat penuh sesak dan tidak kondusif seharusnya pihak berwajib dapat melakukan tindakan pengamanan yang lainnya.
"Semoga dengan kejadian ini dapat menjadi pelajaran bagi kita semuanya sehingga sepakbola di Indonesia menjadi lebih baik lagi dan tidak ada kejadian kejadian yang serupa karena pada hakikatnya nyawa harus lebih dipentingkan dari segala-galanya," tegasnya
Kata Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta
Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta membuka suara soal penembakan gas air mata terhadap suporter Arema FC di tribune yang memicu tragedi Kanjuruhan Arema FC di Malang.
Nico menyatakan bahwa penembakan gas air mata itu sudah sesuai prosedur untuk menghalau upaya oknum suporter merangsek turun ke lapangan dan berbuat anarkistis, melansir Kompas.com.
"Para supoter berlarian ke salah satu titik di Pintu 12 Stadion Kanjuruhan. Saat terjadi penumpukan itulah, banyak yang mengalami sesajk napas," kata Nico dalam konferensi pers di Mapolres Malang sebagaimana dilansir Tribun Jatim dari Kompas.com Regional, Minggu (2/10/2022) pagi.
Baca juga: Tragedi Kanjuruhan, Arema Bakal Disanksi Berat, Netizen: Degradasi! FIFA Bakal Banned Indonesia?
Nico menyebutkan, dari sekitar 42.288 supoter tidak semuanya turun ke lapangan.
Hanya sekitar 3.000 orang yang merangsek ke dalam lapangan.
"Hanya sebagian yang turun ke lapangan, sekitar 3.000 suporter," tandas Nico.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati) (TribunJatim.com/Sulvi Sofiana) (Kompas TV/Kurniawan Eka Mulyana) (Kompas.com/Mochamad Sadheli)