Beratnya Perjuangan Korban Selamat Penembakan OPM: Berjalan 7 Km hingga Bermalam di Hutan
Para korban itu bahkan sampai harus batuk di dalam tanah agar keberadaan mereka tidak diketahui TPNPB.
Editor: Erik S
"Jadi kami memutuskan untuk bermalam di hutan. Kami pasrah dan berdoa terus. Kondisinya kami hanya pakai celana saja. Tidak pakai baju. Kami juga tidur di tanah dan di bawah pohon besar," tuturnya.
Baca juga: Isak Tangis Keluarga Pecah Saat 2 Warga Pinrang Sulsel Korban Tewas Penembakan TPNPB Dimakamkan
Saking takutnya ketahuan oleh KKB, ada satu pekerja yang menahan batuknya.
"Ada teman pekerja yang menahan batuk karena takut ketahuan. Nah, ketika sudah tidak bisa ditahan, ia menggali lubang di tanah. Kemudian mengarahkan mulutnya ke lubang dan batuk di lubang tersebut," jelasnya.
Paginya, Rizal dan kedua pekerja lainnya ini kembali menyusuri jalanan untuk sampai ke pemukiman warga.
"Beruntungnya kami bisa selamat. Tapi belakangan kami ketahui jika ada beberapa teman yang meninggal. Salah satunya keluarga saya Abbas Manna dan juga Armin yang merupakan warga Pinrang," tuturnya.
Daerah terpencil
Rizal menjelaskan jika proyek jalanan yang dikerjakan itu merupakan daerah yang cukup terpencil.
"Jadi kita buat jalan trans di sana. Di sebelah kanan itu sudah jurang dan sekeliling kami itu hutan-hutan," jelasnya.
Rizal mengaku mengerjakan proyek jalan trans Bintuni Maybrat ini karena dipanggil Abbas Manna.
Baca juga: Kerabat Kaget Abas Warga Pinrang Sulsel Jadi Korban Tewas Penembakan TPNPB: Beliau Orang Baik
"Saya dipanggil sama Abbas Manna. Saya berangkat ke Sorong pada 10 September," ungkapnya.
Di proyek jalan trans Bintuni Maybrat ini, almarhum Abbas Manna sebagai mandor.
Sementara, Rizal sebagai operator. Almarhum Armin sebagai sopir truk dan Ruslan sebagai pelaksana proyek.
"Ada 14 orang pekerja di sana. Termasuk juru masak perempuan yang bernama Reva. Khusus warga Pinrang ada empat orang. Yakni saya, almarhum Abbas, Ruslan dan almarhum Armin," sebutnya.
Ayah dari empat anak ini membeberkan sudah lama bekerja di Papua Barat. Namun, ini baru pertama kali ada kejadian seperti ini.