Ban Bekas Isi Biogas, Energi Bersih Warga Sawahan Menuju Keluarga Sejahtera
Pertamina kemudian memberi ide agar biogas ditampung dalam ban bekas. Selanjutnya, ban bekas yang sudah diisi biogas bisa dibawa pulang untuk memasak
Penulis: Daryono
Editor: Wahyu Gilang Putranto
Ia biasanya melakukan isi ulang setiap dua hari sekali.
Aktivitas isi ulang ini mirip mengisi angin pada ban yang kempes.
Hanya butuh waktu sekitar 10-15 menit.
Pengisian biogas ke dalam ban itu juga bisa lakukan sendiri oleh Dwi.
Pasalnya, beberapa waktu lalu, Dwi telah mendapat pelatihan yang difasilitasi oleh Pertamina sehingga ia telah mengetahui cara mengisi ulang biogas ke dalam ban.
Menurut Dwi, hadirnya biogas dalam ban bekas yang dipakai untuk memasak membuat keluarganya kini bisa berhemat.
Selain itu, kualitas biogas juga tidak kalah dengan gas LPG.
Kelebihan lain, kini ia tidak bingung lagi saat gas LPG 3 Kg mengalami kelangkaan.
"Sekarang, kalau ada kelangkaan gas LPG 3 Kg sudah tidak ngaruh lagi," ungkap wanita 42 tahun ini.
Awalnya, Dwi sempat khawatir saat dikenalkan memasak dengan menggunakan biogas yang ditampung dalam ban bekas.
Kekhawatiran itu di antaranya soal keamanan. Namun, setelah diberi pemahaman dan mencoba langsung memasak bersama ibu-ibu yang lain, kekhawatiran itu akhirnya hilang.
Dwi Setyaningsih merupakan satu dari 42 kepala keluarga (KK) di Desa Sawahan yang telah menggunakan biogas untuk kebutuhan memasak sehari-hari.
Mereka tergabung dalam Kelompok Ternak JSN Cengkir Gading.
Kelompok ternak berbasis kegiatan pengajian ini bernaung di bawah Majelis JSN Cengkir Gading.