Soal Atap SD Muhammadiyah Bogor Ambruk, 1 Anak Meninggal hingga Siswa Trauma
Kabar terbaru soal rubuhnya atap SD Muhammadiyah di Gunungkidul, 1 siswa jadi korban dan banyak yang alami trauma.
Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Atap SD Muhammadiyah Bogor, Playen, Kabupaten Gunungkidul yang rubuh menelan satu korban jiwa.
Atap yang ambruk Selasa (8/11/2022) pagi tersebut membuat belasan siswa dilarikan ke puskesmas, dan satu anak dirawat intensif di RSUD Wonosari.
Setelah dirawat intensi di RSUD Wonosari, FA (12) meninggal dunia, Selasa (8/11/2022) pukul 21.00 WIB.
Mengutip TribunJogja, hal tersebut dibenarkan oleh Heru Sulistyowati selaku Direktur RSUD Wonosari.
FA mendapatkan penanganan intensif karena mendapatkan luka berat akibat atap sekolahnya runtuh.
"Benar, yang bersangkutan meninggal dunia sekitar pukul 21.00 WIB," ungkap Heru.
Baca juga: Atap SD Muhammadiyah di Gunungkidul Runtuh, Seorang Siswa Meninggal Dunia setelah Dirawat Intensif
Saat kejadian, FA dikabarkan sempat berupaya melindungi teman-temannya.
FA sendiri dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi tak sadarkan diri.
Kondisi FA sempat membaik usai mendapat penanganan.
Jenazah FA dimakamkan di Grogol, Paliyan, di sebelah makam ayahnya.
Lurah Ngawu, Wibowo Dwi Jatmiko mengatakan bahwa belum lama ini, ayah FA telah meninggal dunia.
Siswa Trauma
Akibat dari runtuhnya atap SD Muhammadiyah Bogor ini, banyak siswa yang mengalami trauma.
TribunJogja melansir, siswa mengalami susah tidur.
Ada juga siswa yang menutupi wajahnya dengan bantal.
Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Perempuan dan Anak (UPT PPA), Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos-PPA) Gunungkidul akan melakukan trauma healing.
Baca juga: Fakta Insiden Atap SD Ambruk di Gunungkidul: 11 Pelajar Jadi Korban hingga Tanggapan Bupati
Trauma healing ini akan dilakukan bagi siswa yang menjadi korban.
"Mereka sampai terganggu pola tidur dan kesehariannya karena kejadian kemarin," kata Aris Winata selaku Kepala UPT PPA, Dinsos-PPPA.
Trauma healing perlu dilakukan untuk mengembalikan kondisi psikis anak.
Proses penyembuhan ini akan dilakukan setelah para korban selesai mendapatkan pemulihan medis.
"Nanti kalau secara medis sudah dinyatakan stabil, baru akan kami lakukan trauma healing," jelasnya.
(Tribunnews.com, Renald)(TribunJogja, Alexander Aprita)