Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kandhang Art Hybrid Space Gelar Agenda Katabunyi Forum 2022, Gandeng 15 Komposer Muda Nusantara

Agenda yang diselenggarakan dengan tajuk “Sorak Sorai Keberaksaraan Musik” ini digelar selama empat hari mulai dari Kamis- Minggu 10-13 November 2022

Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Wahyu Gilang Putranto
zoom-in Kandhang Art Hybrid Space Gelar Agenda Katabunyi Forum 2022, Gandeng 15 Komposer Muda Nusantara
istimewa
Kandhang Art Hybrid Space Gelar Agenda Katabunyi Forum 2022, Gandeng 15 Komposer Muda Nusantara 

TRIBUNNEWS.COM - Sebagai ruang berkumpul membahas isu-isu kesenian, Kandhang Art Hybrid Space menggelar sebuah kegiatan bernama Katabunyi Forum 2022.

Agenda yang diselenggarakan dengan tajuk “Sorak Sorai Keberaksaraan Musik” ini digelar selama empat hari mulai dari Kamis-Minggu, 10-14 November 2022 di Sarangsari Hils, Magetan, Jawa Timur.

Dengan didukung oleh Direktorat Perfilman, Musik dan Media Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), kegiatan ini bertujuan untuk memfasilitasi komponis-komponis muda Indonesia agar dapat menjadi generasi komponis yang produktif dalam berkarya.

Tidak hanya itu, para komponis juga diharapkan dapat memiliki pemahaman literasi yang mumpuni dan cakap menuliskan gagasan karya dalam bingkai dramaturgi yang ideal.

Selain itu, kegiatan ini juga dapat membantu para komponis untuk berjejaring luas.

Baca juga: Kunjungan ISI Surakarta ke Universitas Nahdlatul Ulama NTB, Bawa Misi Sosialisasi & Bangun Kerjasama

Adapun Kandhang Art Hybrid Space menghadirkan 15 komposer yang berasal dari berbagai wilayah di antaranya Ahmad Nazir dari Agam, Akhmad Fauzan dari Jember, Ali Gardy dari Situbondo, Danang Rianto dari Blitar, Desi Kartika Sari dari Wonogiri dan Dinar Rizkianti dari Bandung.

Selain itu, hadir pula Gardika Gigih dari Sragen, Giant Maeztoso dari Subang, Gilang M Perdana dari Tangerang Selatan, I Gede Yogi dari Jembrana, Gigin Ginanjar dari Subang, Ni Made Ayu Sattvitri dari Badung, Ramadanur Al Fajri dari Pariaman, Sigit Setiawan dari Karanganyar dan Weldi Syaputra dari Indragiri Hulu.

Berita Rekomendasi

Mereka mewakili berbagai aliran, bentuk dan jenis musik nusantara yang ada di Indonesia.

"Dari yang kita kurasi (sebanyak) 15 orang ini, ini sudah beragam dan mewakili kebhinekaan."

"Baik secara musik, maupun instrumen alat musik yang mereka gunakan juga latar belakang pendidikannya."

"Jadi ini yang kemudian mungkin bisa (digunakan) untuk melihat peta komposer di Indonesia."

"Kalau kita kelompokkan, sebagian besar dari komposer ini berbasis musik tradisi dan ada juga yang berbasis musik konseptual. Musik konseptual ini yang kemudian biasa hadir di kelas-kelas musik yang serius."

"Karena itu para pemateri tidak hanya berlatar dari musik tradisi, eletronik, word musik tetapi juga pemateri yang berbasis konseptual," kata Joko S Gombloh sebagai tim Substansi Program Katabunyi Forum 2022 dalam konpersnya di Solo, Rabu (9/11/2022).

Sebagaimana dijelaskan Joko S Gombloh, untuk musik konseptual ini memang berada di 'Jalan Sepi'.

"Musik konseptual memang biasanya asik untuk menjadi bahan diskusi," sambung Joko S Gombloh.

Baca juga: Komunitas Seni dan Budaya Sunda Dukung Ganjar Pranowo Jadi Capres

Teknis Kegiatan dan Pencapaian

Selama empat hari mereka diberikan pengetahuan, pelatihan dan ruang eksplorasi untuk mematangkan embrio karyanya.

Seperti halnya masa inkubasi, mereka dikarantina selama empat untuk mendapatkan materi dramaturgi karya musik bersama Nyak Ina Raseuki dan Afrizal Malna.

Ke-15 komposer muda itu juga mendapatkan materi inkubasi penciptaan musik bersama Rino Dezapaty dan Gatot Danar S. 

Termasuk inkubasi soal produksi musik bersama Aji Wartono dan Wok The Rock.

Di hari terakhir, Minggu (14/11/2022) karya-karya hasil proses inkubasi mereka akan dipentaskan.

"Tapi karya yang ditampilkan tidak bersifat hingar bingar atau dalam wujud festival tetapi lebih mengarah kepada working progress.

"Berkaca dari Katabunyi pertama di tahun sebelumnya, mereka nanti akan dibagi menjadi kelompok-kelompok. Ini kan 15, mereka nantinya akan dibagi menjadi lima kelompok."

"Dari berbagai latar belakang musik mereka yang berbeda tadi, diharapkan mereka memeiliki wacana-wacana, punya pengetahuan, punya skill masing-masing."

Baca juga: Buku Terbaru “Cahaya, Seni, dan Kehidupan”: Tawarkan Rumus Canggih Jalani Kehidupan yang Damai

"Tahun ini kita pertemuakan mereka untuk saling bertukar ide, mungkin dalam satu kelompok itu (mementaskan karya) selama 5-7 menit. Ini adalah karya working progress, kita harapkan setelah ini mereka bisa terus mengembangkan atau melakukan kolaborasi bersama ," jelas Reizky Habibullah selaku Manager Program kegiatan ini.

Adapun pencapaian kegiatan ini tidak hanya persoalan pertunjukannya saja, tapi bagaimana para komposer itu memiliki pemahaman yang lebih dari sebuah karya ciptanya itu.

"Pencapaiannya tidak hingar bingar, tetapi pemahamannya lebih dari itu."

"Ini sebagai sebuah laboratorium selama empat hari (yang dalam teknisnya mereka benar-benar) digodog betul (oleh para pemateri)," kata Fafa Utami selaku Manajer Kerjasama kegiatan ini.

Menambahi pernyataan Fafa Utami, kata Joko S Gombloh, para komposer tentu tetap diberikan kebebasan untuk meliterasikan ide ide karyanya dalam bentuk apapun dan dalam simbol apapun.

(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas