Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Relawan saat Evakuasi Korban Gempa Cianjur: Deteksi dari Bau hingga Tim SAR Tertua dari Jogja

Berikut ini cerita relawan, Nardi dan Supriyanta saat mengevakuasi korban gempa di Kabupaten Ciajur, Jawa Barat

Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Sri Juliati
zoom-in Cerita Relawan saat Evakuasi Korban Gempa Cianjur: Deteksi dari Bau hingga Tim SAR Tertua dari Jogja
Tribunnews.com/Abdy Ryanda Shakti
Tim Search and Resque (SAR), Nardi menceritakan penemuan jenazah yang tertimbun longsor di Desa Cijedil, Cugenang, Cianjur, Jawa Barat, Sabtu (26/11/2022). 

Selain Nardi, ada pula Surpiyanta, tim SAR tertua di Yogyakarta yang ikut membantu pencarian korban.

Surpiyanta adalah anggota Tim SAR Semesta yang berusia 55 tahun dan berasal dari Bantul, Yogyakarta.

Supriyanta (55), relawan dari SAR Semesta sengaja datang jauh-jauh dari Bantul, Yogyakarta untuk ikut andil dalam proses pencarian korban gempa Cianjur., Jawa Barat.
Supriyanta (55), relawan dari SAR Semesta sengaja datang jauh-jauh dari Bantul, Yogyakarta untuk ikut andil dalam proses pencarian korban gempa Cianjur., Jawa Barat. (Tribunnews.com/Igman Ibrahim)

Baca juga: Supriyanta, Anggota Tim SAR Tertua Rela Tinggalkan Pekerjaannya di Bantul Demi Bantu Korban Gempa

Ayah dua anak ini berangkat ke Cianjur setelah mendengar adanya gempa yang terjadi Senin (21/11/2022) lalu.

Supriyanta juga harus meninggalkan pekerjaannya sebagai karyawan swasta untuk ikut dalam gerakan kemanusiaan ini.

"Saya sehari-hari karyawan swasta, saya paling tua dari sekian pengikut operasi SAR saat ini."

"Hari Senin berangkat dari Jogja malam, sampai sini (Cianjur) Selasa sore,"

"Baru Rabu pagi kami ikut bergabung dalam operasi pencarian," kata Supriyanta saat berbincang dengan Tribunnews.com di Warung Sate Shinta, Cugenang, Cianjur, Jawa Barat, Minggu (27/11/2022).

BERITA REKOMENDASI

Ia juga ditugaskan Basarnas untuk mencari korban yang tertimbun longsor di area Warung Sate Shinta.

Meski usianya tak lagi muda, Supriyanta mengaku rasa kemanusiaanlah yang menjadi satu-satunya alasan untuk ikut andil membantu pencarian korban gempa.

"Saya berangkat dari nilai kemanusiaan karena nilai kemanusiaan itu dipresentasi kalau orang sekarang itu hanya 40-50 persen."

"Saya sebagai orang yang punya empati terhadap kemanusiaan, saya terjun ke dunia SAR karena SAR langsung ke titik pencarian dan pertolongan," ungkapnya.

Istrinya juga mendukung kegiatan Supriyanta dalam menjadi relawan.


Selain Supriyanta, sang anak juga ikut menjadi relawan gempa di Cianjur.

Meski telah lama menggeluti bidang ini, Supriyanta mengaku kerap dihantui rasa takut.

"Secara naluri tetap ada rasa takut, ketika kita operasi SAR tentu ada SOP yang harus kita ikuti, baik cara kita masuk ke lokasi maupun cara kita beraktivitas itu tetap ada SOP yang diarahkan oleh Kasi Operasi Basarnas," pungkasnya.

(Tribunnews.com, Renald/Abdi Ryanda Shakti/Igman Ibrahim)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas