Pelaku Bom Bunuh Diri di Bandung Bekerja sebagai Juru Parkir di Solo, Penghasilan Rp 500 Ribu Sehari
Pelaku bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar bekerja sebagai juru parkir di sebuah restoran di Solo. Pelaku dikenal pendiam dan jarang bersosialisasi.
Penulis: Faisal Mohay
Editor: Nanda Lusiana Saputri
"Dari awal tinggal disini, tidak pernah melapor, sama sekali tidak pernah kesini (RT) juga. Kalau ada kejadian seperti ini, baru tau," pungkasnya.
Baca juga: Aipda Sofyan, Korban Bom Bunuh Diri Bandung Dapat Kenaikan Pangkat Luar Biasa Aiptu Anumerta
Suparno juga tidak mengetahui sudah berapa lama pelaku tinggal di kos tersebut dan baru diberi informasi oleh pemilik kos setelah kejadian bom bunuh diri di Bandung.
"Kalau kata pemilik kos, sudah satu tahun. Itu yang bilang pemilik kosnya," ungkapnya.
Menurutnya pelaku dan keluarga sangat tertutup dan tidak pernah mengikuti kegiatan RT setempat.
"Semuanya tidak pernah bersosialisasi, arisan tidak pernah ikut. Disini tidak ada yang mengetahui (kenal)," terangnya.
Kata mantan teroris
Seorang polisi bernama Aiptu Sofyan meninggal dunia akibat ledakan bom di Polsek Astana Anyar, Kota Bandung.
Aipda Sofyan merupakan Bhabinkamtibmas di Kelurahan Karanganayar, Astana Anyar, Kota Bandung.
Ia menjadi korban meninggal dunia akibat teror bom bunuh diri yang dilakukan Agus Sujatno alias Agus Muslim.
Seorang mantan teroris, Robby Rubiansyah alias Abu Askar menjelaskan alasan aparat penegak hukum dijadikan target oleh kelompok JAD.
Ia mengungkap, di mata kelompok JAD, sebuah negara yang tidak menggunakan asas Islam akan dipandang sebagai thougut atau musuh Islam.
"Bagi mereka ketika berbicara satu negara tidak berdasarkan syariat Islam, kemudian tidak ada mencoba perubahan, ya mereka kafirkan," ujarnya dikutip dari TribunJabar.com.
Baca juga: Kecam Bom Bunuh Diri Polsek Astana Anyar, MUI: Tak Sesuai Ajaran Islam
Mantan tersangka kasus bom Kedutaan Besar Myanmar 2013 ini mengatakan, aparat penegak hukum menjadi target JAD karena membela negara yang tidak berasaskan Islam dan dipandang sebagai penolong sistem setan.
"Warga sipil pun mereka kafirkan. Aparat penegak hukum, khususnya TNI-Polri membela negara, maka mereka sebut thogut atau penolong sistem setan dan jelas itu target mereka," terangnya.