Soal Konflik di Keraton Solo, Gibran Siap Fasilitasi Mediasi, Putra Mahkota Berharap Ada Solusi
Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka, memberikan tanggapan terkait konflik di Keraton Solo, Jawa Tengah, siap menjadi penengah.
Penulis: Suci Bangun Dwi Setyaningsih
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka, memberikan tanggapan terkait konflik di Keraton Solo, Jawa Tengah.
Sebagaimana diketahui, baru-baru ini terjadi keributan di sekitar Keraton Solo pada Jumat (23/12/2022) malam.
Keributan terjadi antara kubu Sasonoputro yang mengatasnamakan Sri Susuhunan Pakubuwono XIII dan Lembaga Dewan Adat (LDA) atau kubu Gusti Moeng.
Atas kejadian tersebut, sejumlah warga menanyakan terkait tindakan pemerintah setempat, yakni Pemkot Surakarta.
Gibran pun mengaku siap memfasilitasi mediasi kepada pihak yang terlibat konflik di Keraton Solo.
Pernyataan itu, disampaikan Gibran melalui akun resmi Twitternya @gibran_tweet ketika menanggapi pertanyaan dari warganet.
"@gibran_tweet mas wali kota itu kluarga kraton surakarta ribut2 lagi apa dr pemerintahan sendiri tidak mau menengahi atau memediasi buat mereka damai ya mas?" tanya @Wahyu hidayat.
Baca juga: Soal Ricuh Keraton Solo, Ada Anggota Polisi yang Disebut Todongkan Pistol hingga Kronologinya
Lantas, Gibran menjawab pertanyaan dari akun yang bernama Wahyu Hidayat.
Gibran mengatakan, sudah sering turun tangan terkait persoalan di Keraton Solo.
Putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini, mendorong adanya pertemuan antara dua kubu yang berkonflik dan siap menjadi penengah.
"Sudah sering pak. Tadi pagi (Sabtu) saya sudah janjian dengan pak kapolres agar kedua kubu bisa duduk bareng dan berdamai."
"Kami siap untuk memfasilitasi mediasi. Tapi sekali lagi karena ini masalah internal, yg bisa menyelesaikan ya dari internal keluarga sendiri," tulis Gibran, dikutip Tribunnews.com dari akun Twitter @gibran_tweet.
Hal senada juga disampaikan Putra Mahkota Keraton Kasunanan Surakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Harya (KGPH) Purbaya.
KGPH Purbaya juga mengupayakan adanya pertemuan keluarga menyusul konflik internal yang terjadi di Keraton Surakarta.