Tanggapan Cucu Pakubuwono XI soal Kericuhan di Keraton Solo, Ungkap Penyebab dan Solusi
Bendoro Raden Mas Nugroho Iman Santoso, salah satu cucu Pakubuwono XI angkat bicara soal kericuhan di Keraton Solo
Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Salah satu cucu Pakubuwono XI, Bendoro Raden Mas Nugroho Iman Santoso ikut menanggapi tentang kericuhan di Keraton Solo yang tak kunjung usai.
Keraton Solo telah dilanda konflik sejak 2004, pasca Pakubuwono XII mangkat.
Setelah sedikit redam, konflik Keraton Solo kembali bergejolak mulai 2017 hingga akhir tahun ini.
Raden Mas Nugroho menungkapkan konflik ini belum menunjukkan tanda akan selesai.
"Konflik Kasunanan memang berkelanjutan, berseri-seri, dan belum akan menunjukkan tanda-tanda akan selesai," jelas Nugroho, kepada TribunSolo.com.
Ia juga menyebutkan, ada dua hal yang menyebabkan konflik tetap ada.
Baca juga: Sosok 2 Kubu yang Berseteru di Keraton Solo: Paku Buwono XIII dan LDA Pimpinan Gusti Moeng
Yang pertama dari pemerintah, Keraton Kasunanan Surakarta sudah menyatakan bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Namun, produk-produknya belum bisa mengakomodir semua kalangan.
Keputusan-keputusan pemerintah lah, sebut Nugroho yang membuat kasunanan terpecah.
"Justru keputusan-keputusan pemerintah itu, mengakibatkan kasunanan itu terpecah-pecah,"
"Ada kubunya Gusti Tedjo, ada kubunya Sinuhun sendiri dan ada kubu LDA (Lembaga Dewan Adat) atau Gusti Moeng," ujar Nugroho.
Kedua, dari raja yang menurutnya gagal memimpin Keraton kasunanan Surakarta.
Ia mengatakan, jika sudah ada raja, otomatis semua wajib untuk mengikuti titah raja.
"Keraton kan sudah ada rajanya. Otomatis semua harus wajib tunduk, tunduk akan perintah-perintah beliau, sabda-sabda beliau dan seterusnya," lanjut Nugroho.