Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Belajar Kuat dari Keju Indrakila, Usaha Lokal yang Terus Berkarya Walau Ditempa Pandemi dan PMK

Inilah kisah usaha lokal asal Boyolali, Jawa Tengah, Pabrik Keju Indrakila, yang tetap berkarya walau digerus Pandemi dan PMK.

Penulis: garudea prabawati
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Belajar Kuat dari Keju Indrakila, Usaha Lokal yang Terus Berkarya Walau Ditempa Pandemi dan PMK
ISTIMEWA
Noviyanto, Founder Keju Indrakila saat memberikan pelatihan pembuatan keju. (istimewa) 

Laporan Wartawan Tribunsolo.com, Garudea Prabawati

TRIBUNNEWS.COM, BOYOLALI - "Prinsipnya kalau kita tidak bergerak, nanti yang banyak bergerak itu adalah importir."

Kalimat tersebut seolah menjadi 'mantra' tersendiri dari seorang Noviyanto, pria 33 tahun Founder Pabrik Keju Indrakila, yang terletak di Boyolali, Jawa Tengah.

Dirinya dan usaha lokalnya tersebut terus bertahan, berjibaku dalam dinamika pasar saat ini.

Tetap kokoh berdiri, walaupun digempur pandemi Covid-19 serta wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Noviyanto dan Keju Indrakila terus berkarya, berinovasi, serta semangat berkolaborasi dengan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Berawal dari Modal Rp240.000

Berita Rekomendasi

Pabrik Keju Indrakila bukan pemain baru dalam produsen keju lokal.

Usaha tersebut berawal 13 tahun yang lalu, saat itu tahun 2009, Noviyanto berkesempatan menjadi asisten seorang ahli produksi olahan susu dari Jerman, Benjamin Siegl.

Benjamin Siegl merupakan seorang tenaga ahli di lembaga pembangunan Jerman The Deutscher Entwicklungsdienst (DED).

Romy, Co-Founder Keju Indrakila, usaha lokal asal Boyolali, Jawa Tengah, saat menunjukkan keju jenis Feta. (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)
Romy, Co-Founder Keju Indrakila, usaha lokal asal Boyolali, Jawa Tengah, saat menunjukkan keju jenis Feta. (Tribunnews.com/Garudea Prabawati) ((Tribunnews.com/Garudea Prabawati))

Dirinya ditugaskan membantu mencari solusi pengelolaan susu Boyolali.

Noviyanto pun memanfaatkan jalan terang tersebut, termasuk potensi Boyolali sebagai Kota Susu, daerah penghasil susu sapi terbesar se-Jawa Tengah.

Pengalaman dan ilmu pun didapatkan Noviyanto, dan dengan modal awal Rp240.000 dirinya berani mengembangkan Pabrik Keju Indrakila, di sebuah rumah sederhana Jl Profesor Soeharso Nomor 41, Desa Kiringan, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali.

Dan akhirnya bertahan hingga saat ini, satu dekade lebih.

"Dulu awalnya bermodalkan Rp240.000, dengan memproduksi 20 liter susu sapi dari peternak Boyolali," katanya kepada Tribunnews, Senin (26/12/2022).

Sampai akhirnya, Pabrik Keju Indrakila dapat memproduksi ribuan liter susu sapi, bahkan puncak sampai 3.000 liter.

Tentulah hal ini menjadi berkah tersendiri bagi peternak lokal Boyolali.

Tergerus Pandemi Covid-19

Lantas pada 2020, Pabrik Keju Indrakila ikut tertampar adanya pandemi Covid-19.

Kondisi ini membuat usaha lokal Noviyanto tersebut tergerus sangat parah, omzetnya turun drastis sampai 80 persen.

Noviyanto dan delapan karyawannya terus putar otak, mengencangkan ikat pinggang dan mengatur 'kuda-kuda'.

"Saya berpikir bagaimana caranya agar saya tidak memecat karyawan saya, walaupun usaha ini benar-benar rapuh saat itu," ujarnya.

Keju Indrakila, usaha lokal asal Boyolali, Jawa Tengah. (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)
Keju Indrakila, usaha lokal asal Boyolali, Jawa Tengah. (Tribunnews.com/Garudea Prabawati) ((Tribunnews.com/Garudea Prabawati))

Noviyanto pun merelakan beberapa armada-nya untuk dijual, dan tersisa dua mobil pick up.

Dua armada yang tersisa tersebut disulapnya untuk menjadi sarana bisnis baru, yakni tahu bulat dan berjualan ikan segar keliling.

Noviyanto sempat tertawa kecil menceritakan hal tersebut, dengan nada lugasnya, dirinya begitu terbuka menceritakan perjuangannya.

"Bahkan sampai jualan nasi berkah saya," ungkapnya, diakhiri dengan gelak tawa.

Hingga akhirnya Pabrik Keju Indrakila lambat laun mulai bernapas kembali.

Walaupun tidak seperti sediakala, Pabrik Keju Indrakila mulai memproduksi ratusan liter susu.

"Masih belum banyak kalau untuk produksi, sekitar 500 liter sekali produksi terbagi di 3 sampai 4 kali produksi dalam satu minggu," kata Noviyanto lagi.

500 liter susu itu diolah menjadi 50 kilogram (kg) varian keju.

Pandemi Covid-19, membuat Noviyanto mengubah strategi bisnisnya, serta mulai dari nol lagi mencari target pasar baru.

Diketahui pelanggan Pabrik Keju Indrakila dulu mayoritas dari pelaku usaha, yakni cafe serta restoran.

Namun kini sedikit berubah, pelanggannya mayoritas adalah warga lokal, dengan cakupan pasar dari Jawa Tengah, Yogyakarta, Jakarta, serta beberapa ke Bali.

"Dulu produk keju kami banyak lari ke Bali dengan penikmat warga asing, namun kini banyak warga lokal," lanjutnya.

Dari Pandemi Covid-19, Terbitlah PMK

Inovasi Pabrik Keju Indrakila, berupa produk kastengel keju. (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)
Inovasi Pabrik Keju Indrakila, berupa produk kastengel keju. (Tribunnews.com/Garudea Prabawati) ((Tribunnews.com/Garudea Prabawati))

Ketika Pabrik Keju Indrakila mulai merangkak dari gempuran pandemi Covid-19, datanglah wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Co-Founder Pabrik Keju Indrakila, yang juga adik kandung dari Noviyanto, Romy Anjas Arfiyanto, menjelaskan kondisi tersebut tentu saja berpengaruh besar bagi produksi keju.

"Peternak sapi di Boyolali saat wabah PMK terjadi, hampir kehilangan 2.000 liter susu per hari," ujarnya kepada Tribunnews, Rabu (28/12/2022).

Lanjutnya, wabah PMK yang menyerang ternak di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah mengakibatkan populasi sapi perah menurun.

Kondisi ini berdampak terhadap penurunan produksi susu.

Akibat PMK, para peternak sapi perah merugi, banyak ternak mereka yang mati, dipotong paksa, dan harga jualnya turun.

Tetap Jaga Kualitas

Walau demikian, Noviyanto dan tim Pabrik Keju Indrakila tetap berkarya, menghasilkan banyak varian keju lokal, namun dengan kualitas internasional.

Pantauan Tribunnews, Noviyanto tetap mempersolek toko Keju Indrakila, yang terletak di Jl Prof Soeharso No 41 Boyolali.

Di toko tersebut terdapat sejumlah jenis keju yang diproduksi Indrakila, ada mozzarella, feta, feta black pepper, hingga feta olive oil.

Pabrik Keju Indrakila juga memproduksi keju mountain, mountain chili, dan yang paling khas adalah keju boyobert.

Boyobert adalah keju inovatif dari Pabrik Keju Indrakila, keju lokal Boyolali yang terinspirasi keju asal Prancis, camembert.

"Kualitas tetap nomor satu, yang penting konsumen tetap diutamakan, sehingga ending-nya ada repeat order," imbuhnya.

Keju mozzarella produksi pabrik keju Indrakila
Keju mozzarella produksi pabrik keju Indrakila (TRIBUNNEWS.COM/DARYONO)

Pria penerima penghargaan Satu Indonesia Award dari PT Astra Internasional pada 2012 ini mengatakan untuk kuantitas pelanggan diakuinya lebih banyak saat ini.

"Strategi pasar kami baru, dulu produk kami banyak ke Bali, namun karena pasar Bali sekarang seret, jadi kami terus berusaha di pasar lokal, yang pemakaiannya untuk rumahan atau usaha kecil-kecilan, sehingga secara kuantitas pasar lebih banyak saat ini dibandingkan sebelum pandemi covid-19, artinya kalau kita mencermati rupanya banyak pelaku usaha kecil yang bertumbuh," ungkapnya lagi.

Tim Tribunnews pun sempat diajak menengok lokasi produksi keju, terletak di Desa Kiringan, lokasinya hanya beberapa ratus meter dari toko Keju Indrakila.

Romy Anjas Arfiyanto, menjelaskan saat itu tengah mempersiapkan produksi keju untuk hari Rabu (28/12/2022).

Diterangkannya, dalam proses pembuatan keju, susu dari peternak akan disuling, difilter dan disaring, diproses dalam sebuah tangki besar.

Lantas adal proses pasteurisasi susu dengan suhu 70 derajat, kemudian diturunkan menjadi 50 derajat.

"Lantas proses selanjutnya dengan pemberian bakteri A dalam susu kemudian diaduk, dan kemudian memasukkan bakteri B," katanya kepada Tribunnews, Rabu (27/12/2022).

Bakteri akan bekerja, dan dengan melalui waktu dalam proses tersebut, kemudian menghasilkan curd dan whey.

Curd inilah yang kemudian diolah menjadi keju Indrakila, sedangkan whey yang merupakan limbah dari pengolahan akan dimanfaatkan untuk dijadikan pupuk atau campuran makanan sapi.

Perkuat Pasar Lokal di Tengah Gempuran Impor

Gertak langkah Noviyanto bersama tim-nya di Pabrik Keju Indrakila diperkuat, selain untuk mempertahanan usaha juga untuk upaya mendominasi pasar lokal.

"Saat ini pemain keju sudah banyak datang ke Boyolali, produk impor sudah banyak yang masuk, kalau kita diam akan tergerus lama-lama," katanya.

Menurut Novi masih banyak upaya-upaya yang dilakukan untuk tetap mendominasi pasar lokal.

Di sektor pariwisata contohnya, Pabrik Keju Indrakila terus bermain di sektor tersebut.

Baginya ada semacam nasionalisme kecil untuk berupaya ikut serta memanjukan perekonomian Boyolali, salah satunya lewat wisata kuliner.

"Jadi ikut mempertahankan produk lokal Boyolali, sehingga kalau ada wisatawan ke Boyolali, ada apa to di sini, oh ada keju, oh ada susu, di mana itu khas produk sini, bukan malah produk pendatang yang mendominasi," kata Noviyanto.

Semangat Kolaboratif, Tak Melulu Soal Cuan

Salah satu antisipasi yang dilakukan Noviyanto dalam upaya ikut serta memperkuat pasar lokal adalah dengan berkolaborasi dengan UMKM lokal.

Termasuk dengan masuk Forum Brand Lokal Boyolali.

"Di forum tersebut isinya UMKM-UMKM lokal asal Boyolali, tidak hanya olahan susu ada kopi dan lain-lain, kami bersama-sama saling membantu memperkenalkan produk kami, dengan tujuan besar memperkuat pangsa pasar kami masing-masing," katanya.

Praktiknya, Noviyanto menyediakan tempat di Toko Keju Indrakila, untuk produk UMKM lain sistemnya kongsinyasi, dan hal tersebut diakuinya berjalan cukup lancar.

Pun produk Keju Indrakila, yang kadangkala dititipkan ke UMKM rekanan yang mengikuti pameran.

Selain itu Pabrik Keju Indrakila juga membuka pelatihan pembuatan keju natural untuk masyarakat umum.

Hingga saat ini, lanjut Noviyanto, sudah 1.000 orang yang mengikuti pelatihan pembuatan pabrik keju.

"Dengan asumsi besok kalau kita bisa ngelatih pembuatan keju, dan berlanjut sampai produksi,  kita memiliki teman untuk keroyokan mendominasi pasar lokal di tengah gempuran importir," pungkasnya.

"Bukan memerangi pasar impor, dan bukan lagi teknik kompetisi, namun kolaborasi, sehingga pangsa pasar semakin kuat," tutupnya.

(Tribunnews.com/Garudea Prabawati

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas