Solo Eksotis dalam Bingkai Seni Jalanan, Hangat Puisi Sapardi Djoko Damono dan Segelas Kopi
Kopi, puisi dan karya seni jalanan menjadi pesona tersendiri bagi wisata urban art di Kota Surakarta.
Penulis: garudea prabawati
Editor: Arif Fajar Nasucha
Sembari menikmati kopi di Kedai Konco Kopi, sayup-sayup terdengar bait puisi melantun dari seberang jalan.
Hujan Bulan Juni, puisi itu menjadi satu di antara puisi-puisi karya pujangga Sapardi Djoko Damono yang dibacakan malam itu dalam gelaran pembacaan puisi.
Sebuah gelaran pembacaan puisi bertajuk 'Panggung Pujangga Membaca Sapardi' terkemas dengan sederhana, panggung sama rata dengan para khalayak yang menyaksikan.
Panggung Pujangga Membaca Sapardi digelar di emperan salah satu toko bermural wajah Sapardi, bersanding dengan mural para penyair lainnya.
Uniknya gelaran Panggung Pujangga Membaca Sapardi membuka ruang bebas bagi warga umum untuk berekspresi membaca karya-karya Sapardi Djoko Damono di ruang publik.
Terlihat beberapa warga dari berbagai profesi dan pegiat kota Solo turut berpartisipasi membaca puisi pada malam itu, dari mulai mahasiswa, jurnalis, guru, pedagang, hingga manajer hotel berbintang, semua antusias membaca karya-karya pujangga asal Surakarta tersebut.
Panggung Pujangga Membaca Sapardi merupakan salah satu acara street art mingguan bertajuk 'Solo di Waktu Malam' yang digelar Solo is Solo berkolaborasi dengan Solo Art Market pada setiap akhir pekan di trotoar Koridor Gatsu.
Solo is Solo merupakan pengelola kegiatan seni juga yang berkaitan dengan seni mural di kawasan tersebut.
Irul Hidayat, Direktur Solo is Solo, menyebut kegiatan Panggung Pujangga yang digagas bersama Heru Mataya dari Mataya Herittage, akan menjadi acara berkelanjutan.
Penyair dan pujangga besar asal Solo lainnya yang beberapa di antaranya juga dilukis di Galeri Mural Koridor Gatsu, seperti WS Rendra, Wiji Thukul, Ronggowarsito, Kho Ping Ho, dan lain-lain, karyanya juga akan diekspresikan di ruang publik.
"Tidak hanya Panggung Pujangga, juga akan digelar artist talk, yang akan menampilkan sharing dan talk show dengan para muralis serta berbagai kegiatan performing arts lainnya di ruang publik," ujarnya kepada Tribunnews.
Irul mengatakan, Solo is Solo terus berupaya mengemas art event semacam Solo di Waktu Malam dengan memanfaatkan pesona Kota Solo itu sendiri.
"Selain sebagai wisata dan acara seni, event ini juga diupayakan sebagai wadah seniman lokal mengembangkan karya seninya, yakni lewat Solo Art Market, menambah nilai jual produk seni yang mereka hasilkan," ujarnya lagi.
Karya Seniman Lokal Eksis Lewat Solo Art Market
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.