Viral ke Negara Tetangga, Pengusaha Lato-lato di Sumbar Pertama Kali Ekspor 7,8 Kwintal ke Malaysia
Untuk pertama kalinya pengusaha di Sumatera Barat ekspor lato-lato sebanyak 7,8 kwintal ke Malaysia.
Penulis: Isti Prasetya
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS,COM - Demam permainan lato-lato rupanya merambah hingga ke negara tetangga, Malaysia.
Permainan yang mengeluarkan bunyi 'tek-tek-tek' tersebut tergolong mudah dimainkan dan mudah didapatkan di Indonesia.
Cara memainkannya pun cukup sederhana, yakni dengan menggoyangkan dua bola yang diikat dengan tali supaya saling berbenturan.
Tak hanya itu, permainan ini juga semakin viral setelah banyak warganet yang memamerkan berbagai teknik mereka di media sosial dalam memainkan lato-lato.
Saking digandrunginya, untuk pertama kalinya pengusaha lato-lato di Sumatera Barat sampai mengirimkan 7 kwintal lebih ke Malaysia.
Baca juga: Lato-lato Menjamur, Pria di Salatiga Bisa Jual Hingga 100 Buah dalam Sehari
Ekspor lato-lato ini menjadi pertama kalinya yang dilepas oleh Bea Cukai Teluk Bayur, Padang Pariaman, Sumatera Barat dengan tujuan Malaysia dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM).
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Bea Cukai Teluk Bayur Indra Sucahyo.
Berdasarkan data Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), ekspor perdana lato-lato ke Malaysia ini memiliki berat bersih 785 kilogram yang dikemas dalam 40 karung.
Dikutip dari TribunPadang.com, ekspor perdana lato-lato tersebut dilepaskan pada Selasa (24/1/2023).
"Benar, kita melepasan ekspor mainan lato-lato ini perdana pada Selasa (24/1/2023) lalu," ujar Indra Sucahyo saat dikonfirmasi, Senin (30/1/2023).
Lebih lanjut, Indra Sucahyo menyebut permainan lato-lato ini pernah populer di Indonesia pada tahun 90-an.
Kemudian ditinggalkan dan digantikan permainan lainnya.
Namun, pada 2022 lalu, lato-lato kembali populer di kalangan anak-anak.
Kepopulerannya bahkan tidak hanya di dalam negeri tapi juga merambah hingga Malaysia.
Baca juga: Lato-lato Mainan Viral yang Dilarang AS Sampai Mesir, Disebut Berbahaya Hingga Melecehkan Presiden
Indra Sucahyo juga menyebut bahwa permainan ini dimainkan dengan cara yang sama, tetapi bahan lato-lato kini mulai berganti agar lebih aman dimainkan.
"Cara permainanya pun tidak berubah, hanya saja saat ini lato-lato tidak lagi menggunakan kaca temper, tetapi menggunakan plastik polimer," terangnya.
Di sisi lain, ekspor mainan lato-lato ini merupakan usaha miliki perorangan dan biasanya hanya bersifat sementara.
"Ini biasanya bersifat musiman, kalau di Malaysia tidak lagi musim mainan lato-lato ini jika terus dikirim, khawatirnya tidak dipakai," ujarnya.
Indra Sucahyo berharap ekspor tersebut dapat menjadi pemicu bagi masyarakat, khususnya masyarakat Sumatera Barat untuk semakin maju dan bersaing di pasar Internasional.
Lato-lato dilarang Amerika hingga Mesir
Dilansir dari Quartz, permainan lato-lato berasal dari Amerika Serikat.
Di negara asalnya, mainan tersebut diberi nama clackers, click-clacks, atau knockers.
Pada awal '70-an, ratusan pembuat mainan telah menjual jutaan clackers di seluruh dunia.
Saat itu, clackers dibuat dari kayu atau logam hingga akhirnya ada yang juga membuatnya dari tempered glass.
Sejak saat itu pula, clackers sangat populer sehingga permainan itu menjangkau penduduk sebuah provinsi kecil di Italia utara bernama Calcinatello.
Di wilayah yang mempunyai populasi 12.832 jiwa tersebut pernah diadakan kompetisi tahunan untuk penggemar clackers.
Dari sisi tampilan, clackers atau lato-lato ini bentuknya mirip dengan boleadoras, senjata pilihan untuk gaucho atau koboi ala Argentina yang digunakan untuk menangkap hewan bernama guanaco.
Hingga pada 1966, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), mengeluarkan peringatan terkait bahaya clackers.
FDA melarang mainan Clackers karena dianggap mengandung bahan kimia maupun radioaktif serta mudah terbakar.
Tiga tahun kemudian, kewenangan tersebut diperluas, yakni dengan melarang penjualan mainan clackers di pasaran.
Baca juga: Komedian Ucok Baba Jualan Lato-Lato di Pinggir Jalan
Tak hanya di Amerika Serikat, permainan lato-lato juga telah dilarang di Mesir sejak 2017.
Alasannya karena penamaan mainan itu melecehkan presiden Mesir, Abdul Fattah as-Sisi.
Melansir The New Arab, saat itu lato-lato di Mesir dinamai Sisi's balls.
Sisi dianggap mirip dengan nama presiden, sedangkan balls mengacu pada organ reproduksi laki-laki.
Oleh sebab itu, mainan itu juga dianggap melecehkan pemerintah.
Sumber lain menyebut, The clackers, yang kala itu telah menjadi mode mainan baru di Mesir, telah dijuluki "pendulum Sisi" atau memiliki arti sebagai "buah zakar Sisi".
Atas dasar kontroversi yang terjadi, Direktorat Keamanan Giza mengatakan pada saat itu bahwa polisi telah menangkap 41 penjual lato-lato dan menyita 1.403 pasang mainan itu.
(Tribunnews.com/Isti Prasetya, Mikael Dafit Adi Prasetyo, TribunPadang.com/Rima Kurniati)