Sekolah Gratis Gagasan Ganjar Ini Segera Buka Pendaftaran Siswa Baru
SMK yang digagas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo seluruh biaya pendidikan dan makan hingga seragam digratiskan.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Pendaftaran penerimaan peserta didik baru (PPDB) SMK Negeri Jateng atau SMK Boarding dan 15 SMK Semi Boarding segera dibuka. Di SMK yang digagas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo itu, selain fasilitas asrama, seluruh biaya pendidikan dan makan hingga seragam digratiskan.
Kepala SMK Negeri Jateng Semarang Samiran, mengatakan penyelenggaran pendaftaran PPDB SMK Boarding dan Semi Boarding dibuka di tiga SMK Boarding yakni SMKN Jateng di Semarang, Pati, dan Purbalingga; serta 15 SMK Semi Boarding.
Tercatat 15 SMK Semi Boarding itu adalah SMKN 1 Demak, SMKN 2 Rembang, SMKN 1 Wirosari Grobogan, SMKN 1 Jepon Blora, SMKN 1 Tulung Klaten, SMKN 1 Kedawung Sragen, SMKN 2 Wonogiri, SMKN 1 Purworejo, SMKN 2 Wonosobo, SMKN 1 Punggelan Banjarnegara, SMKN 1 Alian Kebumen, SMKN 2 Cilacap, SMKN 1 Kalibagor Banyumas, SMKN 1 Tonjong Brebes, dan SMKN 1 Randudongkal Pemalang.
"Kami SMK Boarding, yang khusus di SMK Boarding di Semarang ditunjuk dinas (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan) sebagai yang mengkoordinasikan 18 sekolah Boarding dan Semi Boarding, akan kami mulai (pendaftarannya) pada Februari (PPDB)," kata Samiran di SMK Jateng Semarang, Selasa (7/2/2023) sore.
Pihaknya telah mencoba aplikasi pendaftaran dan pertengahan Februari ini akan segera meresmikan (launching) aplikasi pendaftaran PPDB SMK Boarding dan Semi Boarding. Dengan demikian, pendaftaran PPDB SMK Boarding dan Semi Boarding akan dilakukan pada 14 Februari 2023. Masa pendaftaran akan dibuka sekitar 1-1,5 bulan.
"Insya Allah bulan Mei nanti sudah selesai dan siswa daftar ulang sekitar Mei akhir. Karena kita memberikan waktu untuk anak-anak yang tidak diterima di SMK Jateng baik Boarding maupun Semi Boarding, mendaftar di sekolah reguler," jelasnya lebih lanjut.
Samiran menjelaskan, untuk kuota PPDB di SMK Negeri Jawa Tengah tahun ini, di SMK Jateng di Semarang sebanyak 120 siswa, SMK Jateng di Pati 72 siswa, dan SMK Jateng di Purbalingga 96 siswa. Sedangkan di SMK Semi Boarding rata-rata kuota setiap sekolah 30 siswa, jadi dari total 15 sekolah, kuotanya sekitar 450 siswa.
Adapun yang membedakan SMK Jateng Boarding dan Semi Boarding yaitu, jika SMK Boarding seluruh siswanya tinggal dan belajar di sekolah. Sedangkan SMK Semi Boarding, siswa masih belajar dengan siswa reguler meski mereka tinggal di asrama.
Pemerintah Provinsi Jateng melalui Gubernur Ganjar Pranowo, terangnya, menginisiasi pengetasan kemiskinan melalui jalur pendidikan dalam hal ini lewat jalur SMK Boarding dan Semi Boarding.
"Maka kami mencoba memberantas kemiskinan ini dengan secara serius. Visinya harus menjadi pelopor, penggerak pemberantasan kemiskinan. Lulusannya setelah lima tahun harus bisa mengentaskan kemiskinan dirinya dan lingkungannya. Juga menggerakan masyarakat tersebut untuk pengetasan kemiksinan daerahnya," ujarnya.
Karena ini merupakan salah satu program pengentasan kemiskinan di Jateng, maka syarat utama calon siswa yang diterima adalah harus warga Jateng dan benar-benar dari kalangan miskin. Ini dibuktikan dari penyertaan KK dan terdaftar di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
SMKN Jateng merupakan program Gubernur Ganjar sejak 2014 lalu. Keberadaan sangat membantu pelajar Jateng kurang mampu dalam mengakses pendidikan. Dalam menempuh pendidikan, mereka sama sekali tidak dipungut biaya. Siswa juga mendapat berbagai fasilitas. Mulai dari tempat tinggal, makan, hingga fasilitas kesehatan.
SMK Negeri Jateng juga sudah terbukti berkualitas dan sangat diterima industri. Tidak hanya di dalam negeri, bahkan juga luar negeri. Dengan demikian, lulusan SMK Negeri Jateng tidak hanya mendapat akses pendidikan gratis, sekaligus juga bisa membantu perekonomian keluarga lepas dari jerat kemiskinan.
Satu di antaranya adalah Mohammad Safii Anshori. Warga RT 8 RW 2, Desa/Kecamatan Kayen, Pati itu merupakan lulusan SMK Negeri Jateng, Pati. Lulusan SMK Negeri Jateng itu saat ini bekerja di Jepang dengan penghasilan Rp 20 juta per bulan.
Punya pendapatan besar, tak membuat Safii berfoya-foya. Ia mengumpulkan penghasilannya di Negeri Matahari Terbit itu untuk berinvestasi. Dari hasil kerjanya, ia mengaku sudah mampu membeli dua bidang tanah seharga masing-masing Rp 150 juta dan Rp 130 juta dekat tempat tinggalnya. Ia pun bisa membelikan adiknya sepeda motor.
Safii tidak menyangka bisa membantu mengubah nasib keluarganya. Ayah Safii, Sobirin (49) hanya kuli bangunan. Sementara ibunya, Suaidah (47) tidak bekerja, cuna ibu rumah tangga. Bahkan, saat lulus dari SMP PGRI 6 Kayen, Safii hampir putus sekolah. Keinginannya untuk bisa melanjutkan sekolah ke SMA, dibayangi kemampuan ekonomi keluarganya yang tidak mampu.
Untung saja, ada SMK Negeri Jateng, boarding school yang bisa menampung Safii dan anak-anak dari golongan tidak mampu. Sejak kelas 1 hingga lulus, semuanya gratis. Asrama, makan tiga kali sehari, bahkan saat siswa sakit ada tim medis yang siap melayani.
Hal serupa juga dirasakan teman seangkatan Safii di SMK Negeri Jateng Pati, Rizki Indra Pradana. Rizki merupakan sulung dari tiga bersaudara. Ayahnya tukang ojek, sementara sang ibu tidak bekerja. Sama dengan Safii, ia kini bekerja di Jepang. Warga Blora ini pun berhasil mengubah nasib keluarganya. Dia bisa mampu membuatkan toko untuk ayahnya agar tak lagi ngojek.
Rizki bersyukur bisa masuk SMKN Jateng dan diarahkan untuk pelamaran kerja di Jepang. Dia berpesan agar anak-anak di Jateng dari keluarga miskin jangan takut tak bis sekolah. Menurutnya, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah punya 3 SMKN Jateng yang siap menampung dan mengarahkan lulusannya mendapatkan pekerjaan yang baik