Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Banjir di Lahat, Misna Masih Terbayang Rumahnya Hanyut: Air Deras Datang Seperti Gelombang

Misnawati (60) Warga Desa Lubuk Sepang, Kecamatan Pulau Pinang, Kabupaten Lahat, Sumsel tak bisa menyembunyikan kesedihannya karena harus kehilangan

Editor: Wahyu Aji
zoom-in Banjir di Lahat, Misna Masih Terbayang Rumahnya Hanyut: Air Deras Datang Seperti Gelombang
Kolase/SRIPOKU.COM
Bangunan yang diterjang luapan air sungai itu diketahui Resto Demang Kenasin yang berada persis di tepian Sungai Lematang Desa Karang Baru Kecamatan Lahat Kabupaten Lahat. 

Banjir juga melanda Desa Sadan Kecamatan Jarai tepatnya di arah Sawah Libagh. Puluhan hektar sawah rusak dan terandam lumpur dari banjir bandang dari Sungai Rantai Dedap.

Bencana ini selain merusak rumah, areal pertanian dan bangunan lain, juga menyisakan trauma sejumlah warga, termasuk Eko (34) warga Desa Sadan.

Saat kejadian banjir bandang, Kamis (9/3) dini hari, Eko bersama anak dan istrinya sedang bermalam di lahan sawah mereka.

"Tadi malam kami sekeluarga memang sedang bermalam di sawah, saat dini hari saya terbangun mendengar suara gaduh dari bawa pondok. Namun saat saya lihat ternyata suara tersebut berasal dari aliran sungai yang sudah berada tepat dibawa pondok saya," ujarnya.

Melihat itu dia langsung membangunkan istri dan anaknya untuk pergi dari pondok. Namun melihat arus sungai yang sudah deras Eko takut meninggalkan pondok membawa anak istrinya.

"Anak dan istri saya sudah menangis karena takut pondok kami terbawa arus. Dengan rasa takut kami terpaksa menunggu hingga matahari terbit untuk bisa keluar dari pondok," katanya.

Saat menunggu matahari terbit Eko sudah pasrah jika hal buruk terjadi pada mereka. Pasalnya terdengar salah satu tiang pondok miliknya sudah terbawa arus sungai.

Berita Rekomendasi

"Cuma bisa pasrah, sebab untuk keluar pondok kami tidak bisa dan takut. Saya hanya berharap pondok kami tidak hanyut terbawa arus," ungkapnya.

Saat air sudah mulai surut Eko langsung membawa anak dan istrinya keluar meninggalkan pondok kearah dataran yang lebih tinggi.

"Pas sudah keluar saya langsung membawa anak istri saya lari dan terlihat satu tiang pondok kami memang sudah hilang terbawa arus," katanya.

Sedangkan untuk lahan sawah yang baru saja ditanamnya oleh Eko sudah tidak tampak lagi hanya aliran sungai yang terlihat.

"Saat air mulai surut areal sawah sudah dupenuhi lumpur dan semua tanaman padi sudah tidak terlihat. Sudah dipastikan kami tidak bisa panen karena tanam padi sudah terkubur," ujarnya.

Mansa (50), warga Desa Sadan, mengatakan, banjir bandang ini merupakan banjir terbesar kedua yang terjadi di Desa Sadan, pada 1979 juga pernah terjadi banjir bandang.

"Saat 1979 lalu banyak korban jiwa yang meninggal, Alhamdulillah banjir bandang kali ini tidak ada korban jiwa, tapi lahan pertanian warga yang banyak rusak," katanya. 

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas