Banjir di Lahat, Misna Masih Terbayang Rumahnya Hanyut: Air Deras Datang Seperti Gelombang
Misnawati (60) Warga Desa Lubuk Sepang, Kecamatan Pulau Pinang, Kabupaten Lahat, Sumsel tak bisa menyembunyikan kesedihannya karena harus kehilangan
Editor: Wahyu Aji
Desa lainnya terdampak yakni Sukaraja, Lebak Budi terutama yang terletak dipinggir Sungai Meo dan Sungai Enim terendam banjir. Terlihat warga berjaga-jaga dan telah memindahkan sebagian perabotan ke tempat yang lebih tinggi.
Desa yang terparah diterjang banjir adalah Desa Lubuk Nipis, setidaknya ada sekitar 20 rumah atau 62 KK yang terendam oleh banjir bandang tersebut.
Bahkan akses jalan satu-satunya keluar masuk ke desa sempat putus akibat terendam banjir sepanjang sekitar 50 meter dengan kedalaman sekitar 1 meter sehingga kendaraan roda dua dan empat terpaksa memilih berhenti menunggu air surut.
Sedangkan warga ada yang memilih menunggu, namun ada juga yang nekat menyeberang basah-basahan atau memilih jalur setapak menaiki tebing terjal dan berbahaya setinggi sekitar 100 meter yang berada di samping jalan. Selain itu, juga terpantau, warga dibantu TNI, Polri membersihkan material dan lumpur akibat banjir yang melanda Desa Lubuk Nipis.
Menurut salah satu korban banjir, Sisa (43), warga Dusun III, barang perabotan di rumahnya sebagian besar habis terendam air dan sebagian terbawa hanyut, termasuk untuk kebutuhan pokok seperti beras dan lainnya.
"Kami dak punyo apo-apo lagi yang nak dimakan, barang habis beras habis terendam galo," ujar salah satu penerima PKH ini sambil berurai air mata.
Diceritakannya, kejadian tersebut cukup cepat hanya hitungan menit tiba-tiba air naik.
Sebelumnya didesanya di guyur hujan seharian, lalu sekitar pukul 06.00 air terlihat naik. Awalnya ia mengira tidak naik lagi, seperti sebelumnya.
Namun sekitar pukul 07.30 air tiba-tiba membesar, dirinya bersama keluarga tak sempat mengamankan barang, beras dan yang lainnya. Karena rumahnya takut roboh terbawa arus sungai, maka pintu rumah depan dan belakang kami buka supaya air bisa lewat namun konsekuensinya perabotannya ikut keluar dan hanyut.
"Pas kejadian kami sekeluarga pas ada dirumah. Karena tiba-tiba kami hanya menyelematkan yang mampu saja diselamatkan. Kami minta tolong ada bantuan secepatnya karena kami butuh makan," ujar ibu anak satu ini.
Tokoh masyarakat desa Lubuk Nipis, Risan mengaku prihatin dan kecewa sebab sampai pukul 15.00 WIB, belum adanya bantuan dari pihak manapun, termasuk Pemkab Muara Enim untuk warga Desa Lubuk Nipis, terutama konsumsi untuk warga pasca banjir.
Padahal, makan tersebut adalah kebutuhan pokok dan tidak bisa ditunda-tunda. Sebab selain rumah terendam, puluhan hektar sawah terendam dan sebagian hanyut diterjang banjir.
"Saat ini kami tidak butuh ucapan dan seremoni, tetapi kami butuh makan. Ini musibah tidak main-main ada sekitar 62 KK terdampak, sampai ada warga yang 3 Kwintal berasnya hanyut berserakan, mau makan apa lagi," katanya.
Kepala Desa Lubuk Nipis, Dunsri mengatakan bahwa banjir yang pernah melanda desanya sudah tiga kali yaitu tahun 1982, 1991 dan 2023. Namun tahun ini, adalah yang terbesar sebab ada sekitar 20 rumah yang banjir berisi 63 Kepala Keluarga (KK) terdampak akibat kejadian ini.
Selain itu, ada sekitar 10 hektar yang rusak, lapangan voly, pagar kantor desa, rumah warga, jalan amblas. Banjir yang terparah di dusun I, dengan ketinggian air mencapai sekitar 5 meter. Kalau untuk kerugian meski tidak ada korban jiwa sudah dipastikan ratusan juta rupiah.
"Kami mewakili warga menanti bantuan, berikut juga warga kami yang sawahnya terkena banjir, karena sedang panen," katanya.
Baca juga: BPBD Sebut Banjir Bandang di Kabupaten Lahat Mulai Surut: Jalan dan Jembatan Rusak
Salah satu pemilik sawah, Nuraidah (53) mengatakan bahwa banjir kali ini memang cukub besar dan mendadak. Sebab banyak rumah warga dan sawah yang terendam.
Untuk itu pihaknya berharap adanya bantuan dari pihak terkait dan pemerintah atas musibah ini.
"Sawah saya terendam sekitar 1 hektar, dan di seberang 2 hektar terkena dampak banjir. Kami sudah panen namun padinya kami tumpuk dipondok sekitar 12 kwintal. Rencananya hari ini mau dijemur tidak tahunya terendam dan hanyut. Saya tidak tahu masih ada atau tidak padinya di pondok," ujarnya.
3 Rumah Hanyut di OKU Selatan
Hujan lebat melanda Desa Sidorahayu Kecamatan Buay Pemaca, Kabupaten OKU Selatan, Sumsel menjadi petaka bencana alam bagi warga Dusun VII Desa setempat.
Sungai Tehmi meluap menyebabkan banjir bandang dan menghantam 9 unit rumah warga sekitar.
Tidak ada korban jiwa, namun dilaporkan 9 unit rumah terdampak termasuk 3 di antaranya raib terbawa derasnya arus sungai. Sebuah jembatan gantung putus serta sebuah bangunan masjid ikut rusak.
Kepala Desa Kepala Desa Sido Rahayu, Syaparudin, mengungkapkan hujan lebat, Kamis (9/3) pukul 03.30 selama dua jam. Sungai mulai meluap dan warga mengungsi ke dataran tinggi.
"Setelah beberapa waktu setelah warga menyelamatkan diri maka aliran sungai way Tehmi meluap hingga menenggelamkan dan menghanyutkan rumah warga dan ada tiga rumah warga yang terbawa arus sungai," katanya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Koni Ramli mengatakan, pihaknya sudah menyalurkan bantuan dan kebutuhan mendesak ke lokasi berupa tenda mengungsi, dapur umum, dan air bersih. (ehdi/ean/ari/cr9/Sriwijayapost) (*)