GEGER 52 Siswi SMPN di Bengkulu Utara Kompak Lukai Tangan Pakai Silet, Tak Disangka Ini Motifnya
Kapolres Bengkulu Utara, AKBP Andy Pramudya Wardana mengatakan, pihak kepolisian dan dinas terkait sudah turun langsung memeriksa kasus ini
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Romi Juniandra
TRIBUNNEWS.COM, BENGKULU - Masyarakat Provinsi Bengkulu dihebohkan dengan insiden sejumlah siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang melakukan tindakan melukai tangan dengan silet di salah satu SMP Negeri di Argamakmur, Kabupaten Bengkulu Utara.
Aksi 52 siswi SMP di Bengkulu Utara itu melakukan aksi melukai diri dengan cara menyayat tangan secara beramai-ramai.
Kapolres Bengkulu Utara AKBP Andy Pramudya Wardana mengatakan, pihak kepolisian dan dinas terkait sudah turun langsung memeriksa kasus ini.
Hasilnya, siswi ini seperti mengikuti trend kekinian, sebagai tanda, seolah-olah ada gangster di sekolah.
"Kepala sekolah sudah menghubungi pihak kepolisian dan pihak kita sudah turun memberikan pendampingan," kata Andy kepada TribunBengkulu.com, Jumat (10/3/2023).
Baca juga: Kasus KDRT di Konawe Utara, Suami Sayat Wajah Istri yang Sedang Tidur Menggunakan Silet
Aksi para siswi ini diketahui oleh salah satu guru pada Rabu (8/3/2023) lalu. Saat itu, sang guru melihat beberapa siswi memiliki luka yang sama.
Setelah diperiksa, diketahui ada 52 siswi yang memiliki luka yang sama.
Hasil pemeriksaan dari pihak sekolah, aksi melukai diri ini tidak terkait hal negatif lain selain mengikuti trend media sosial.
Pihak sekolah kemudian memanggil orang tua siswi, untuk ikut mengawasi anak agar tidak lagi melakukan perbuatan yang sama.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perlindungan Perempuan Anak (PPA) Provinsi Bengkulu, Ainul Mardiati S.Psi, MH mengatakan, perbuatan melukai diri ini kemungkinan dilakukan oleh siswi yang memiliki masalah, dan menginginkan perhatian.
Hanya saja, di kasus siswi SMP Bengkulu Utara ini, siswi bemasalah yang menginginkan perhatian ini hanya 1 atau 2 orang saja.
"Sementara, siswi lain hanya ikut-ikutan, meniru media sosial," kata Ainul yang juga ketua Asosiasi Psikologi Forensik (APSIFOR) wilayah Bengkulu ini.
Butuh Konseling Khusus