Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tak Lagi Bakar Lahan, Petani di Kalteng Mulai Manfaatkan Lahan Produktif di Food Estate

Program Food Estate atau Lumbung Pangan Nasional memiliki potensi besar meningkatkan ketahanan pangan nasional Indonesia.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Tak Lagi Bakar Lahan, Petani di Kalteng Mulai Manfaatkan Lahan Produktif di Food Estate
Istimewa
Pengembangan Food Estate di Kabupaten Pulang Pisau seluas 10.000 ha. Di antaranya berada di Kecamatan Pandih Batu 5.871 ha, Maliku 1.221 ha, Kahayan Hilir 230 ha, Kahayan Kuala 2.443 ha, dan Sebangun Kuala 235 ha. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Program food estate atau lumbung pangan nasional yang sedang dijalankan pemerintah di Kabupaten Pulau Pisau, Kalimantan Tengah, adalah contoh untuk dijalankan secara nasional.

Sebagaimana diketahui, program Food Estate atau Lumbung Pangan Nasional memiliki potensi besar meningkatkan ketahanan pangan nasional Indonesia.

Tak hanya itu, program ini juga membantu mencegah kebakaran hutan akibat pembukaan lahan dengan cara dibakar.

Hal ini juga dijelaskan seorang petani bernama Timang, dari Kelompok Tani Ulin Berkarya Desa Garung, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, yang terbantu berkat program ini.

Timang menjelaskan semenjak program Food Estate berjalan, dirinya beserta banyak petani lain dapat mengubah perilaku tani yang sebelumnya membakar hutan untuk membuka lahan baru.

“Sekarang kami bisa menanam padi sawah, kami bisa berhenti lakukan kegiatan yang istilahnya sistem padi gunung atau sistem bakar, makanya kami manfaatkan ini dengan sebaik mungkin,” ujarnya, seperti dikutip dari Warta Kota, Senin (13/3/2023).

Dalam implementasinya, program Food Estate menerapkan beberapa hal seperti memanfaatkan lahan-lahan yang sudah ada, termasuk lahan-lahan yang terlantar atau tidak produktif.

Baca juga: Akademisi UPR Nilai Program Food Estate Berdampak Positif Terhadap Pendidikan

Berita Rekomendasi

Dengan begitu, tidak perlu lagi membuka lahan baru dengan membakar hutan atau lahan gambut yang rentan terhadap kebakaran.

Selain itu, jika perlu, membuka lahan baru pun dilakukan dengan cara modern lewat bantuan dari pemerintah.

"Kalau tanah seperti ini dulu, awalnya pertanian padi gunung kemudian kita sempat juga tanam karet. Tapi tidak menguntungkan, apalagi kalau musim hujan, bisa terendam," ujar Timang.

Komarudin, Ketua kelompok Tani Merpati Putih, Kecamatan Dadahup, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah menambahkan Food Estate juga berikan manfaat peningkatan produktivitas lahan yang semula tidak produktif.

"Setelah Food Estate masuk, lahan yang pernah tenggelam karena tanggul air yang rusak bisa diperbaiki. Kami bisa menanam kembali, malah tadinya saya kerja serabutan saja karena tidak ada lahannya yang bisa digarap," jelas Komarudin.


Oleh karenanya, pihaknya berharap agar program Food Estate terus disempurnakan, meski Joko Widodo (Jokowi) nanti tidak menjabat presiden lagi, program tersebut terus dijalankan.

"Kami berharap program ini terus dilanjutkan, yang mengganti Pak Jokowi pun melanjutkan, programnya saja. Jangan putus-putus, minimal tiga kali, selanjutnya mungkin sudah bisa petani mandiri," tutupnya.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan, program Food Estate di Kalimantan Tengah dapat menjadi role model bagi program food estate di tingkat nasional.

Perkembangan Food Estate sudah mulai terlihat adanya hal positif. Sehingga, diharapkan agar nantinya wilayah Kalimantan Tengah (Kalteng) bisa menjadi lumbung pangan bagi nasional.

“Pengembangan Food Estate ini dilakukan dengan cara meningkatkan infrastruktur, peningkatan produksi, dan produktivitas, serta menambah indek pertanaman (musim tanam)," kata Syahrul yang rutin mengunjungi Food Estate di Kalteng.

Sumber: Warta Kota

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas