Keluarga Pasutri Irsad & Wahyu dari Lampung Tiba di Mapolres Banjarnegara Jalani Tes Ante Mortem
Kedatangan keluarga Irsan dan istri ke Mapolres Banjarnegara didampingi oleh anggota Polres Pesawaran Lampung.
Penulis: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA - Keluarga dari Irsad dan istrinya Wahyu Triningsih akhirnya tiba di Mapolres Banjarnegara untuk mengikuti tes ante mortem serta pemeriksaaan kelengkapan administrasi/bekas.
Diketahui Irsad (43), warga Desa Tanjung Rejo Rt. 1/IV Kec Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung ini menjadi korban pembunuhan yang dilakukan oleh Slamet Tohari alias Mbah Slamet.
Tak hanya Irsad, istrinya Wahyu Triningsih (40) juga menjadi korban Mbah Slamet.
Kedatangan keluarga Irsan dan istri ke Mapolres Banjarnegara didampingi oleh anggota Polres Pesawaran Lampung.
Baca juga: Sederet Pengakuan Dukun Sadis Mbah Slamet: Uang Korban untuk Bayar Utang hingga Ingin Tobat
Jasad Irsad dan istrinya Wahyu Triningsih ditemukan pada Rabu (4/4/2023).
Jasad keduanya diketahui dari foto korban yang ada di lubang kuburan.
Baju yang dikenakan Irsan juga dikenali oleh anaknya.
Identitas Irsan juga diketahui berdasarkan hasil autopsi.
2 Pasutri Asal Lampung Korban Mbah Slamet
Dua pasangan suami istri asal Kabupaten Pesawaran Lampung menjadi korban Slamet Tohari alias Mbah Slamet, dukung pengganda uang di Banjarnegara, Jawa Tengah.
Dikutip dari Tribun Lampung, keluarga korban telah berangkat ke Banjarnegara guna menjalani tes ante mortem.
Data ante mortem diperlukan polisi mencocokkan data korban dengan pihak keluarga, meliputi pakaian yang dikenakan, perhiasan, aksesori, tanda lahir, tato, bekas luka, atau sampel DNA dari anggota keluarga kandung.
Selain Irsad dan istrinya Wahyu, ada pasangan suami istri lainnya yang menjadi korban Mbah Slamet, yakni Suheri dan Riani.
Baca juga: Polda Jateng Terima 17 Aduan Orang Hilang, akan Dicocokkan dengan Data Korban Pembunuhan Mbah Slamet
Kabid Humas Polda Lampung Kombes Pol Zahwani Pandra Arsyad mengatakan, keluarga korban sudah berangkat ke Banjarnegara, Jawa Tengah.
"Jadi ada empat orang dari dua keluarga korban yang mendampingi untuk melaksanakan tes kecocokan ante mortem," kata Pandra, Kamis (6/4/2023).
Ia mengatakan, salah satu anggota keluarga korban yang berangkat ke Banjarnegara yakni Alda Cahya Fisabililah.
Ia merupakan anak kandung pasutri Irsad dan Wahyu Triningsih.
Alda didampingi Adi Riyanto, adik ipar korban.
Sedangkan dari pihak keluarga pasutri Suheri dan Riani diwakili oleh Rani Dwi Wulandari.
Ia adalah anak kandung pasangan Suheri dan Riani.
Ia akan didampingi oleh Panut yang merupakan kakak korban.
Mereka dikawal dua polisi menuju Banjarnegara dengan menumpang mobil Toyota Innova BE 2109 UF.
Keduanya yakni Panit Min Intelkam Polsek Gedong Tataan Bripka Gus Herwanto dan Briptu Yudha Fahri dari Unit Reskrim Polsek Gedong Tataan.
Baca juga: Pengakuan Rani yang Orang Tuanya Jadi Korban Mbah Slamet, Sempat Kesulitan Hubungi Ayah dan Ibunya
Tertipu Mbah Slamet
Anak kandung korban mengungkap komunikasi orangtuanya dengan dukun pengganda uang Mbah Slamet.
Hal itu diungkapkan langsung oleh anak kandung korban yang dirahasiakan identitasnya pada Rabu (5/4/2023) di kediaman korban di Dusun Simbaretno, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Negeri Katon, Pesawaran Lampung.
Anak korban mengaku, pernah mendengar percakapan orangtuanya yakni saat komunikasi lewat telepon dengan pelaku yakni Slamet Tohari.
Sang dukun pengganda uang tersebut meminta ibu korban untuk datang ke alamatnya.
"Namun, ibu saya sempat tidak mau atau menolak permintaannya," ungkap sang anak sambil menahan perih dan tangis.
Kemudian, ibunya pun mau untuk pergi ke alamat yang ditujukan oleh Slamet Tohari sang dukun palsu.
"Ibu saya minta agar hanya tiga hari datang ke sana," ujar anak perempuanya yang masih shock dan tidak mau identitasnya di publikasikan media secara gamblang.
"Nanti pas pulangnya diantarkan pakai macan putih," ucap sang anak menirukan perkataan dari dukun tersebut.
Karena komunikasi tersebut tidak masuk akal, maka ia pun tidak mempercayainya.
Baca juga: Beredar Pesan dan Voice Note Korban Mbah Slamet sebelum Meninggal, Minta Anak Datang Bersama Aparat
Bahkan, sejak hari itu dan kepergian ibunya, setelah pamit dengan alasan untuk bekerja, komunikasinya terputus.
Dan kabar tidak lagi diketahuinya sampai akhirnya kabar buruk itu pun sampai.
Kabar diketahui dari keluarga di Solo, Jawa Tengah.
Dia mengaku mengetahui kabar adik dan iparnya tersebut telah tiada dan menjadi korban korban pembantaian oleh dukun bernama Slamet Tohari.
Anak korban mengaku bahwa mendapatkan informasi tersebut dari sanak saudaranya yang berada di Solo.
"Pas saya Subuh buka berita di Google terkait kabar beritanya," jawab dia.
Kemudian saya tanya langsung kepada anak korban, dan ternyata itu benar.
Dan saat ini masih menunggu hasil dari perkembangan terkait kebenaran identitas adik dan iparnya tersebut.
12 Korban Mbah Slamet
Sebelumnya diberitakan, Polda Jawa Tengah minta anggota keluarga korban dukun pengganda uang di Banjarnegara, Jawa Tengah melapor ke kepolisian.
Hal itu untuk membantu Polda Jawa Tengah mengungkap identitas pasti dari 12 korban dukun pengganda uang Mbah Slamet di Banjarnegara, Jawa Tengah.
Polda Jawa Tengah telah mengumumkan adanya dua warga Lampung yang jadi korban dukun pengganda uang Mbah Slamet, keduanya pasangan suami istri Irsad Wahyu Tri Ningsih warga Pesawaran.
Menurut Kapolda Jateng Irjen Ahmad Luthfi, untuk masyarakat yang merasa kehilangan keluarga supaya menghubungi polisi terutama dari daerah yang disebut tersangka.
"Tidak harus di Banjarnegara, bisa di polres wilayah kami, nanti untuk dilakukan pengambilan data antemortem," paparnya.
Kasus tersebut terbongkar berasal dari pesan WhatsApp korban Paryanto kepada anaknya.
Anaknya lantas melapor ke polisi, setelah diinterogasi, tersangka Slamet Tohari mengaku telah membunuh lima orang.
Para korbannya dikubur di lokasi sama di jalan setapak area perkebunan Dusun Balun, Wanayasa, Banjarnegara.
"Awalnya mengaku lima, setelah dibongkar ternyata ada sejumlah mayat lain," ucap Kapolda.
Polisi sejauh ini telah menemukan 12 jasad dari berbagai liang berbeda dari area kebun milik tersangka.
Dua jasad telah teridentifikasi, sisanya masih polisi dalami.
"Ada sepasang kekasih asal Palembang atas nama Mulyadi dan pacarnya dikubur di liang yang sama," ujar Kapolda Jateng Irjen Ahmad Luthfi.
Berikut nomor liang dan asal korban yang dikuburkan:
Para korban lainnya dipendam oleh tersangka, dibagi ke dalam beberapa liang.
Menurut pengakuan tersangka, korban Paryanto (53) asal Sukabumi dikubur di liang nomor 1.
Satu warga asal Gunung Kidul laki-laki dikubur di liang nomor 2.
Dua warga Tasikmalaya laki-laki dan perempuan dikubur di liang nomor 3.
Dua warga Jakarta laki-laki dan perempuan dikubur liang nomor 4.
Dua warga Palembang atas nama saudara Mulyadi dikubur dalam satu liang bersama sang kekasih di liang nomor 5.
Dua warga Jogja dikubur di lubang yang sama di liang nomor 6.
"Tiap dua jenazah dikubur di lima liang berbeda. Sisanya ada di tiap satu liang," imbuh Kapolda.
12 belas jasad tersebut telah diperiksa oleh Tim Forensik Polda Jateng.
Selain dua mayat yang sudah terindentifikasi atas nama Paryanto dan Mulyadi, 10 mayat lainnya belum terindentifikasi.
Polisi sejauh ini baru bisa mendeteksi sembilan mayat lainnya, yakni enam laki-laki umur 40-50 tahun dan tiga perempuan umur 25-35 tahun.
"Di masing-masing liang didapati botol air mineral bekas."
"Secara medis mati lemas tidak ada unsur kekerasan," terang Kapolda.
Sumber: (Polres Banjarnegara) (Tribun Lampung) (Tribunnews) (Tribun Jateng)