Pembunuhan Mahasiswi di Medan Terungkap, Pelaku Mengaku Dendam, Nekat Bawa Pisau Dapur
Kasus pembunuhan Bunga Lestari, mahasiswi Polmed (Politeknik Medan) di kamar indekosnya di Jalan Sipirok akhirnya terungkap
Editor: Sanusi
Disini dokter meminta persetujuan agar anaknya bisa dioperasi.
Sementara Sakino dan istrinya juga sedang berada di dalam perjalanan menuju ke Medan dan langsung mengiyakan persetujuan melalui besan nya.
"Lalu dapat informasi dari dokter, meminta izin dilakukan operasi. Saya bilang silakan saja. saya, minta tolong baesan urus semuanya."
Pukul 17:00 WIB, mobil travel yang ditumpangi ayah dan ibu almarhum Bunga terus melaju.
Sepanjang perjalanan, mereka berdoa dan berharap cemas dalam hati atas nasib anak terakhirnya di rantau.
Disini mereka menerima telepon kalau anaknya akan dirujuk ke rumah sakit lain karena tingkat keparahan yang dialami.
Lantas ia pun langsung menyetujuinya.
Sekira pukul 17:40 WIB, ia dan istrinya sampai di Tarutung.
Sopir berhenti di SPBU untuk mengisi bahan bakar minyak (BBM) mobil.
Saat itu handphonenya berbunyi.
Dia langsung bergegas merogoh kantongnya dan mengangkat telepon dari besan nya.
Bak disambar petir.
Kabar buruk datang.
Bunga dinyatakan meninggal dunia oleh dokter.
"Saya berhenti di pom bensin, dikasih tau kalau Bunga sudah meninggal," ucapnya.
Mendengar kabar ini Sakino dan istrinya lemas, tak mampu berkata-kata.
Lantas mereka diminta kembali ke Tapanuli Selatan, menunggu jenazah anaknya diantar ke rumah.
Kira-kira 10 menit memutar arah jalan pulang, telepon berdering.
Ternyata jenazah Bunga tak bisa langsung dibawa pulang karena harus divisum dan autopsi.
Perasaannya semakin tak karuan ketika polisi tak bisa memberi kepastian kapan jenazah anaknya bisa dibawa ke kampung halaman.
"Kami komunikasi lagi supaya bisa disegerakan. Keluarga sudah kumpul di kampung. Sampai jam 3 malam, minta KTP, videokan karena ada kesepakatan," terang Sakino.
Bunga Lestari merupakan mahasiswa Politeknik Medan.
Dia menjadi korban pembunuhan yang dilakukan Muhammad Ramadhan Hasibuan (20), kuli bangunan sadis yang menghujami Bunga dengan pisau dapur pada Jumat siang.
Usai diautopsi, jenazah Bunga langsung dibawa ke kampung halamannya di Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan dan tiba pada hari Sabtu 8 April, sekitar pukul 11:00 WIB.
Suasana duka langsung menyelimuti kediaman Bunga di Lingkungan IV, Aek Pining, Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
Orang tuanya dan para tetangga langsung menagis histeris melihat kedatangan jenazah Bunga.
Setelah tiba, jenazah langsung dimandikan, disalatkan lalu dimakamkan sekitar pukul 14:00 WIB.
"Pemakaman di impres Aek Pining sekitar jam 14:00 WIB," katanya.
Sakino mengenang, Bunga Lestari merupakan anak yang baik.
Dia dikenal pemalu dan penakut jika harus keluar rumah.
Selama di kampung, jika hendak kemana-mana pasti selalu ditemani ibu atau abangnya.
Bahkan selama Bunga di Medan selama setahun lebih.
Anak ketiga dari 3 bersaudara itu pemalu jika harus keluar dari indekos.
Bunga Lestari telah dimakamkan.
Teman dan keluarganya berduka atas kehilangannya yang tragis.
Sakino berharap, pelaku bernama Muhammad Ramadhan Hasibuan (20) dihukum seberat-beratnya.
Bahkan bila perlu pelaku dihukum mati.
"Saya minta pelaku segera diadili seadil-adilnya dan diberi hukuman seberat-beratnya. Kalau harus hukuman mati, harus dilakukan,"pintanya.
16 Luka Tusuk
Sebelumnya, seorang wanita bernama Bunga Lestari, mahasiswi Politeknik Medan, menjadi korban pembunuhan di kamar indekosnya di Jalan Sipirok, Kecamatan Medan Selayang, Jumat 7 April siang sekitar pukul 13:00 WIB.
Korban sempat dibawa ke RS Universitas Sumatera Utara, namun nyawanya tak terselamatkan. Ia mengalami 16 luka tusuk di kepala dan tubuhnya.
Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Mahasiswi Polmed Dibunuh Pakai Pisau Dapur, Ayah Korban Minta Pelaku Dihukum Mati
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.